Senin, 20 Maret 2023

Pawai Ta'aruf

(Dokpri: Siswa-siswi SDIT Baitul Qur'an menghelat pawai ta'aruf)

"Barang siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, maka Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka", Riwayat dalam kitab Darrut an-Nasihin.

Ramadan adalah bulan yang penuh berkah. Salah satu bulan yang kedatangannya senantiasa ditunggu-tunggu oleh umat Islam. Keagungannya: diwajibkannya puasa dalam rangka menunaikan rukun Islam yang keempat, bulan turunnya kitab suci Al-Qur'an, tempat amal ibadah dilipatgandakan hingga turunnya malam Lailatul Qadar menjadi pesona yang tak pernah lekang dinantikan.  

Berpijak pada rentetan momentum sakral itulah maka tak heran jika kemudian khalayak umat Islam selalu dalam keadaan terpana untuk menyambut kehadiran bulan yang mulia dan penuh berkah itu. Penyambutan tamu agung satu tahun sekali itu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu di antaranya yakni dengan pawai ta'aruf. Pawai ta'aruf adalah agenda kegiatan tahunan LPIT Baitul Qur'an Tulungagung dalam menyambut kehadiran bulan suci Ramadan. 

(Dokpri: Para siswa berjalan di jalan raya Mangunsari-Simo)

Jum'at (17/3/2023) seluruh sumber daya manusia lembaga di bawah naungan yayasan LPIT Baitul Qur'an Tulungagung (baca: TKI dan SDIT) telah menghelat pawai ta'aruf. Seluruh santri dan dewan asatidz kompak mengenakan pakaian serba putih. Warna putih menyimbolkan kesucian. Dalam artian menyeru kepada khalayak ramai untuk menyambut bulan suci Ramadan dengan mensucikan diri baik secara dohir mau pun batin. 

Suci secara dohir dapat dimaknai bersih dari kotoran, najis dan berbagai hal yang dipandang sebagai cela atau pun yang menghinakan fisik kita. Termasuk menggunakan pakaian yang tidak menutup aurat bahkan dipandang melanggar kode etik dan norma kelayakan sosial-agama dalam berpakaian juga disebut sebagai cela. Dengan demikian, maka menggunakan pakaian yang paling baik versi kemampuan kita, bersih dan suci menurut hukum fiqih merupakan salah satu bentuk dari indikator kesucian dohir yang dimaksud. 

(Dokpri: santri berjalan di pemukiman warga sekitar)

Adapun kesucian batin lebih identik dengan keadaan hati. Dalam menyongsong bulan suci Ramadan kita sangat dianjurkan memurnikan niat, menjalaninya dengan hati yang tulus dan ikhlas. Hendaknya berpuasa semata-mata hanya mengharapkan rida Allah SWT. Untuk mencapai derajat hati yang murni, tulus dan ikhlas terlebih dahulu kita harus mengosongkan kesalahan di antara sesama manusia. 

Proses pengosongan batin dimulai dengan saling mengakui dan memaafkan atas segala gunungan kesalahan, khilaf dan dosa selama ini yang telah masing-masing kita perbuat. Baik disengaja atau pun tidak. Dalam prakteknya, proses pengosongan direpresentasikan oleh adanya kalimat permintaan maaf lahir batin, musyafahah dan ekspresi saling mengikhlaskan. Selain itu melanggengkan wudu supaya diri senantiasa dalam keadaan suci, mendisiplinkan ibadah dan berbuat baik juga termasuk dalam maqamat kesucian batin. 

Khusus di hari itu seluruh santri dan dewan asatidz pawai mengelilingi lingkungan sekitar lembaga. Pawai ta'aruf sendiri dilakukan setelah pembelajaran Tahfidzul Qur'an. Sebelum berangkat, dewan asatidz menata beberapa santri yang bertugas membawa poster dan flyer. Poster-poster yang terbuat dari kardus bergagang bambu itu bertuliskan pesan, kesan dan instruksi persuasif yang menegaskan keutamaan sekaligus kemuliaan bulan suci Ramadan.

(Dokpri: para siswa membagikan nasi kotak Jumat berkah)

Beberapa tulisan poster tersebut di antaranya: Dilungkas poso, puasa itu sehat, selamat menunaikan ibadah puasa, berbagi takjil itu indah, marhaban ya ramadhan, semangat puasa yuk dan lain sebagainya. Poster-poster itu diberikan kepada santri pilihan yang secara suka rela (baca: sadar, ikhlas dan tidak menggerutu) mau mengangkat tinggi sepanjang rute pawai. 

Sementara flyer yang dibentangkan oleh dua orang santri kelas 6 yang silih bergantian bertajuk: "Pawai Ta'aruf Lembaga Pendidikan Islam Tahfidz Baitul Qur'an Mangunsari Dalam Rangka Menyambut Bulan Ramadan Berakhlak Qur'ani, Berpengetahuan dan Berwawasan Luas." Pembawa flyer ini menjadi garda terdepan sepanjang pawai berlangsung. 

Tidak hanya itu, lantas pawai ta'aruf disempurnakan dengan kegiatan Jum'at berkah. Beberapa santri yang telah dibekali nasi kotak oleh dewan asatidz berusaha membagikannya kepada setiap orang yang ditemui di sepanjang rute pawai. Tidak ada istilah memilah-milah, tua muda sama saja. Yang jelas, siapa pun yang ditemui; berpapasan dengan pawai kami jika ia berkehendak kami beri. 

Pawai tahun ini pun semakin menyedot perhatian manakala santri mulai melantunkan rangkaian Asmaul Husna di sepanjang jalan. Entah itu jalan raya Mangunsari-Simo, Kedungwaru-pasar Ngemplak sampai dengan gang-gang kecil yang kami lewati bergema. Yang paling nyentrik, adalah penampilan kelas 1 yang menggunakan topi bulu ayam kreasi masing-masing santri. 

Melalui pawai ta'aruf ini, besar harapan kami semoga terpupuk dan kian subur semangat juang generasi muda khususnya para santri Baitul Qur'an umumnya khalayak ramai masyarakat di lingkungan sekitar. Tampaknya harus ditegaskan bahwa agenda pawai ta'aruf ini dilakukan sebagai ajang dakwah untuk menjalankan perintah Allah SWT. Yakni menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadan. [] (Roni Ramlan)



Tiga Budaya Baik yang Wajib Dilestarikan di Sekolah

(Dokpri: Ustadzah Elly sedang menyampaikan amanat upacara bendera)

Senin (13/03/2023) kedua dalam suasana Penilaian Tengah Semester (PTS) genap apel pagi kembali dihelat. Semenjak PTS genap dihelat memang sudah dua kali sekolah tidak melaksanakan upacara bendera. 

Tidak dilaksanakannya upacara bendera Senin tersebut karena pertimbangan jadwal yang tidak efektif. Tidak efektif seperti apa? Akan sangat tidak efektif jika kemudian melaksanakan upacara bendera dalam keadaan yang terburu-buru, kurang persiapan; tidak khidmat dan harus merombak jadwal perhelatan PTS. Tentu saja hal yang demikian itu sangatlah tidak elok. 

Atas dasar itulah dalam upaya menjaga esensi dari perhelatan upacara bendera yang sudah kali absen, maka sekolah menggantinya dengan apel. Mengapa opsionalnya apel? Karena dalam apel pagi salah satu inti upacara bendera--amanat; motivasi belajar--disampaikan. 

Kebetulan pembina apel pagi yang mewakili dewan asatidz lembaga Senin ini adalah ustadzah Elly Puji Lestari, M. Pd. Beliau adalah wali kelas 5. Adapun amanat yang disampaikan beliau pada sesi ini, yakni mengusung topik Tiga Budaya Baik yang Wajib Dilestarikan di Sekolah.

Apa saja ketiga budaya baik tersebut? Apakah itu budaya verbal? Tindakan? Ataukah budaya yang sifatnya spiritual? Tiga budaya baik yang wajib dilestarikan di sekolah tersebut yakni budaya minta tolong, terima kasih dan minta maaf. 


Minta Maaf

Interaksi sosial di lingkungan sekolah dapat dipastikan tidak pernah luput dari upaya dan proses keakraban yang kian hari mendarah daging hingga menjadi budaya. Salah satu di antara sekian banyak budaya yang berlaku di lingkungan sekolah adalah minta maaf. 

Minta maaf secara harfiah berarti bersifat verbalis. Satu perkara yang akan gugur manakala diucapkan oleh kedua bibir kita. Merangkai kata penyesalan yang mencerminkan ketulusan hati, mewakili ketertundukkan ego, dan kesadaran diri dipandang lebih baik daripada mengumbar dua kutub egoistis yang terus menganga di antara dua orang yang berkonflik. 

Dalam proses dan prakteknya, minta maaf pun tentu memiliki adab tersendiri. Misalnya saja tatkala seseorang meminta maaf hendaknya menggunakan bahasa yang penuh sopan santun, menampilkan rasa empati dan menunjukkan i'tikad yang baik. 

Tidak hanya ucapan, meminta maaf tentu juga melibatkan ekspresi wajah yang meyakinkan dan gestur tubuh yang jelas, tegas dan sehat. Meminta maaf sembari membuang wajah; meminta maaf namun ogah berjabat tangan; meminta maaf sembari mengacungkan jari tengah dan tingkah nyeleneh lainnya tentu akan menyakiti hati orang yang bersangkutan, sehingga menimbulkan konflik baru. 

Sungguh ketiga contoh yang terakhir tersebut merupakan adab yang tidak baik dalam meminta maaf. Jika demikian upaya meminta maaf yang dilakukan pun saya kira hanya berakhir pada taraf yang sia-sia belaka. Maka merugilah yang menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia.  Begitupun juga sia-sia belaka manakala kita meminta maaf namun dengan cara membentak orang yang bersangkutan. 


Terima kasih

Budaya yang terkadang luput dari perhatian kita selama proses berinteraksi dengan sesama manusia: teman, orang tua, tetangga, dewan asatidz dan khalayak masyarakat salah satu lainnya adalah berterima kasih. Bentuk terima kasih bervariatif, bisa secara verbal maupun tindakan. 

Bentuk terima kasih secara verbal misalnya tatkala kita diberi suatu makanan oleh tetangga ataupun teman maka alangkah baiknya mengucapkan kata terima kasih, matur nuwun (baca: bahasa Jawa), hatur nuhun (baca: bahasa Sunda), syukron (baca: bahasa Arab), thank you (baca: bahasa Inggris) serta bentuk kalimat ucapan terima kasih lainnya yang disesuaikan dengan bahasa Ibu. 

Lain halnya dengan bentuk terima kasih dalam wujud tindakan. Sebagai analoginya, tatkala seorang tetangga membagikan jajanan cinderamata setelah datang dari luar kota maka alangkah baik kita juga kembali memberikan buah tangan (bingkisan) kepadanya. 

Atau mungkin ada kasus lain. Misalnya saja ketika kita sedang tertimpa musibah lantas seorang tetangga dengan senang hati menolong kita. Selain kita mengucapkan terima kasih, di lain hari kemudian kita memiliki rezeki dan bermaksud berbalas budi dengan melakukan hal yang sama. Kita memberikan pertolongan tatkala tetangga sedang kekusahan. 

Perwujudan bentuk terima kasih terus-menerus berkembang dan bercabang sesuai dengan kebutuhan, kehendak, situasi dan keadaan. Semua bentuk itu menjalar kuat dalam kehidupan sosial masyarakat di lingkungan hidup sekitar di mana ia tinggal. Tak terkecuali di lingkungan lembaga pendidikan, sekolah. 


Minta Tolong

Budaya baik yang tak kalah pentingnya dalam hiruk-pikuk interaksi sosial adalah minta tolong. Minta tolong umumnya digunakan tatkala seseorang sedang membutuhkan bantuan. Baik itu pertolongan secara langsung dan tidak langsung; secara verbal ataupun tindakan. 

Dalam prakteknya, minta tolong dapat dilakukan dan terjadi kepada siapa pun yang dipandang layak--mampu, mengerti dan memahami--secara teknis untuk mewujudkannya. Baik itu meminta tolong kepada sesama teman, orang yang lebih dewasa ataupun orang yang usianya lebih muda daripada orang peminta tolong. 

Kendati demikian bukan berarti pula setiap orang dapat minta tolong dengan semena-mena. Misalnya minta tolong untuk mengambilkan air minum, mengambilkan makan dan memakai baju padahal orang yang meminta tolong tersebut tidak sedang repot; dalam keadaan sehat bugar dan mampu melakukan hal yang demikian dengan sendirinya namun ia malah meminta tolong kepada orang lain. Tentu saja, secara kontekstual, kasus itu adalah penempatan minta tolong yang keliru. Bahkan salah kaprah saya kira. 

Bertolak pada pertimbangan hukum kausalitas yang berlaku di lingkungan masyarakat maka upaya minta tolong sendiri selaiknya dilakukan dengan memperhatikan rambu-rambu yang berlaku dalam dimensi interaksi sosial. Norma, kode etik dan budaya yang berlaku di lingkungan sekitar. Tak terkecuali budaya yang mendarah daging di lingkungan sekolah. 

Contohnya, secara verbal, ketika kita meminta tolong kepada sesama teman tentu harus dengan adab yang baik. Menggunakan bahasa yang sopan, lemah lembut, lugas: mudah dipahami-dimengerti dan jelas, sekaligus disertai gestur tubuh yang meyakinkan. 

Tatkala pensil kita terjatuh persis di bawah bangku yang sedang diduduki oleh salah seorang teman dan tangan kita tak mampu menjangkaunya, maka kita dapat minta tolong kepada teman itu seraya berucap, "Tolong ambilkan pensil yang ada di bawah bangkumu ya. Soalnya tanganku tidak bisa menggapainya". Kita bisa mengucapkan kalimat itu sembari merapatkan kedua tangan di dada. 

Tentu akan berbeda cerita ketika kita minta tolong namun sembari cengengesan, marah-marah atau berteriak-teriak tidak jelas. Orang yang dimintai tolong tentu saja akan memberikan respons yang tidak dapat ditebak. Bahkan bisa saja menolak, mengabaikan permohonan kita. 

Yang harus dicatat dalam upaya minta tolong adalah bedakan cara meminta tolong kepada orang yang lebih muda daripada kita, sesama teman (teman sebaya) dan kepada orang yang lebih dewasa. Rangkaian kata yang diramu sesuai dengan kadar usia juga akan berdampak positif-negatif terhadap upaya meminta tolong. Penggunaan bahasa ibu: daerah atau bahasa nasional juga akan mempengaruhi hasilnya.

Ketiga budaya baik tersebut sudah selaiknya dilestarikan dalam kontinuitas kehidupan kita. Kejelian dalam bertutur kata dan bertindak pada dasarnya mencerminkan watak dan kepribadian kita. Tidak ada penghormatan yang lebih baik kepada sesama makhluk sosial selain bertutur kata dan bertindak yang menyenangkan dan membahagiakan orang lain. Dan itu bukanlah sesuatu hal yang sia-sia.[] (Roni Ramlan)

Saran Pengawas Dinas Pendidikan Kecamatan Kedungwaru

(Dokpri: Ilustrasi Pengawas sekolah sedang menyampaikan evaluasi)

Seakan-akan tidak cukup puas dengan upaya korektor (evaluasi) yang dilakukan oleh Pak Tentara perwakilan dari Koramil Kedungwaru, Ibu Sutikah, S. Pd. Selaku pengawas Dinas Pendidikan Kecamatan Kedungwaru juga setelah upacara bendera selesai digelar juga memberikan beberapa masukan kepada dewan asatidz SDIT Baitul Qur'an Tulungagung.

Setelah upacara bendera digelar memang tim pengawas perhelatan upacara bendera dipersilakan untuk rehat sejenak di ruangan yang sebelumnya telah kami persiapkan. Ruang kelas 1 disetting sedemikian rupa untuk menjamu tamu istimewa. Enam meja dengan dua belas bangku dibentuk melingkar, sehingga masing-masing kami dapat saling bertatap muka.

Sekitar 20 menitan tim pengawas terlibat percakapan santai dengan kepala sekolah, pelatih upacara bendera dan bendahara sekolah. Sesaat tawa gelitik melimpah ruah memenuhi ruangan. Bahkan gema itu sampai terdengar ke kantor yang memang ruangannya berdampingan. Tak lama dari itu dua Pak tentara perwakilan dari Koramil Kedungwaru tampak pamit pulang terlebih dahulu. 

Barulah sesaat kemudian dewan asatidz SDIT Baitul Qur'an Tulungagung yang ada di kantor diinstruksikan untuk memasuki ruang jamuan tamu untuk mendengarkan beberapa pencerahan dan arahan dari Ibu Sutikah. Pencerahan dan arahan yang diberikan tidak berbeda jauh dengan kritik dan saran yang telah diberikan Pak Tentara perwakilan Koramil Kedungwaru sebelumnya. Kendati demikian terdapat juga poin penting dan berbeda. 

Beliau menegaskan tiga hal penting yang wajib dilakukan oleh dewan asatidz secara kontinuitas, yakni bagaimana cara untuk regenerasi petugas protokoler upacara, latihan baris-berbaris yang dimaksimalkan dan penyisipan lagu nasional wajib dalam upacara bendera. 

Pertama, perihal pentingnya regenerasi petugas protokoler upacara bendera. Jika merujuk pada pengamatan dan pengalaman yang ada terdapat dua cara untuk regenerasi petugas protokoler upacara bendera, yakni dengan sistem bergiliran dan sulam tambal. 

Regenerasi petugas protokoler upacara bendera dengan sistem bergiliran dewan asatidz dapat membuat jadwal petugas protokoler sesuai dengan jenjang kelas. Meski begitu jenjang kelas yang diutamakan (direkomendasikan) menjadi petugas protokoler upacara bendera adalah kelas atas yang dipandang lebih mudah diatur dan dikondisikan dengan baik. 

Melalui sistem bergiliran sesuai dengan jenjang kelas ini, setidaknya petugas protokoler upacara bendera memiliki cadangan jika sebagian yang lain berhalangan hadir. Di samping itu para siswa juga akan mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang baik tentang perhelatan upacara bendera karena kerap dilatih dengan porsi yang sama. 

Sedangkan regenerasi petugas protokoler upacara bendera dengan sistem sulam tambal, pelatih upacara bisa mengombinasikan petugas protokoler dari jenjang kelas yang berbeda. Sebagai contohnya, pimpinan upacara diambil dari kelas 6, petugas pembaca Undang-undang Dasar 1945 dan doa dari kelas 5, petugas pembaca teks Pancasila, Drijen, dan pimpinan pasukan dari kelas 4. 

Melalui sistem sulam tambal ini para petugas protokoler upacara bendera akan jauh lebih efektif, disiplin dan bertanggung jawab. Hal ini disebabkan masing-masing petugas protokoler adalah representatif dari jenjang kelas mereka. Orang-orang pilihan yang dipandang mumpuni dan berkesempatan banyak berkolaborasi dengan kakak tingkatnya. Alhasil, sistem sulam tambal ini memberikan keuntungan personal dari segi pengalaman bagi para pengampunya. 

Lain halnya dengan latihan baris-berbaris (LBB). Latihan baris-berbaris menurut Ibu Sutikah dapat disiasati dan dimaksimalkan proses latihannya, salah satunya, dengan cara disisipkan dalam materi pelajaran PJOK. Keuntungan itu ditinjau dari mata pelajaran PJOK yang memang termasuk mata pelajaran untuk semua jenjang kelas. 

Status mata pelajaran PJOK yang demikian memudahkan proses latihan baris-berbaris yang mungkin dapat dilakukan oleh semua jenjang kelas secara merata. Alhasil, proses latihan baris-berbaris yang digalakkan dalam pelajaran PJOK dapat disempurnakan lebih lanjut melalui latihan persiapan upacara bendera. Penempaan merata yang berskala itu dipandang jauh lebih efektif. 

Sedangkan untuk upaya persiapan lagu nasional wajib dalam upacara bendera dapat disisipkan dalam mata pelajaran SBdP. Dalam mempelajari materi nada dan lagu, para siswa dapat difokuskan untuk mempelajari lagu-lagu nasional wajib. Lagu-lagu nasional itu lantas ditulis dan dinyanyikan bersama-sama hingga para siswa benar-benar hafal. 

Penyisipan lagu nasional ini sebenarnya tidak hanya bisa disisipkan pada mata pelajaran SBdP, namun juga dapat diaplikasikan ke dalam mata pelajaran umum lainnya. Misalnya saja dapat dijadikan sebagai apresiasi sebelum atau pun sesudah proses pembelajaran dihelat. 

Dengan mengimplementasikan tiga poin penting tersebut ke dalam sesi pelajaran, menurut Ibu Sutikah, proses perhelatan upacara bendera selanjutnya akan jauh lebih berkualitas, efektivitas dan efisiensi. Tidak hanya berkutat pada level mengugurkan tugas: terlaksana atau tidak, melainkan semua petugas protokoler upacara bendera juga akan mengalami peningkatan kualitas. Baik dalam hal regenerasi petugas, kedisiplinan dan penghayatan dalam prosesi upacara bendera.[] (Roni Ramlan)

Evaluasi Perhelatan Upacara Bendera

 

(Dokpri: Perwakilan Dandim Koramil Kedungwaru sedang menyampaikan evaluasi)

Perhelatan upacara bendera selesai dilaksanakan. Siswa-siswi diistirahatkan. Semua siswa diinstruksikan untuk jongkok dan duduk santai di tempat semula mereka berdiri. Santai namun tetap terkondisikan dengan baik: Tetap rapi, tidak celometan dan membuat gaduh.

Pak tentara perwakilan dari Koramil Kedungwaru selaku pengawas upacara bendera di setiap sekolah kecamatan Kedungwaru mulai menyampaikan hasil evaluasi dari perhelatan upacara bendera yang telah digelar. Hasil evaluasi tersebut bersifat mata pisau: Terdapat kelebihan dan kekurangan; positif dan negatif. 

Terdapat sisi positif yang dinilai telah bagus dari perhelatan upacara bendera di Baitul Qur'an, di antaranya petugas pembaca Undang-undang Dasar 1945 dan pengibar bendera. Kategori bagus yang disematkan bagi pembaca teks UUD 1945 dipandang dari aspek pelafalan, tegas dan intonasi suara. Begitu halnya dengan petugas pengibar bendera secara protokoler sudah bagus meski pimpinan petugas pengibaran bendera juga harus tegas dalam memberikan instruksi.

Adapun beberapa hal yang harus diperbaiki lebih lanjut dalam perhelatan upacara bendera selanjutnya adalah ketegasan dari petugas pembaca protokol upacara, petugas pembacaan do'a dan pimpinan upacara. Masukkan lainnya adalah saat mengheningkan cipta tidak elok jika sambil bernyanyi. Itu artinya kehadiran tim paduan suara sangat penting dan dibutuhkan dalam hal ini.

Faktanya, memang selama ini dalam perhelatan upacara bendera tidak pernah ada tim panduan suara yang ditempatkan, dilatih dan diseleksi secara khusus. Mengapa yang demikian terjadi? Karena memang kuantitas siswa yang sedikit menjadi bahan pertimbangan dewan asatidz. 

Kendati begitu, saya kira masukan tersebut sangatlah baik dan layak untuk dipertimbangkan. Pertimbangannya, dengan dibentuk tim panduan suara khusus dapat menjadi representasi bagi generasi selanjutnya. Para siswa yang masih duduk di bangku kelas bawah: 1, 2 dan 3 dapat menyaksikan, menghayati dan meneladani langsung proses menyanyi yang dilakukan tim panduan suara kelas atas. 

Selain memberi saran untuk membuat tim panduan suara khusus, Pak tentara juga menyarankan untuk menyanyikan lagi nasional wajib. Lagu nasional wajib itu misalnya Halo-halo Bandung, Ampar-ampar Pisang, Maju Tak Gentar, Rayuan Pulau Kelapa, Bendera Merah Putih dan lain sebagainya. Dengan demikian tim paduan suara tidak semata-mata menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Gugur Bunga tatkala mengheningkan cipta.

Evaluasi atas perhelatan upacara bendera tersebut tentu saja sangatlah penting guna meningkatkan kualitas dan kemampuan para siswa di SDIT Baitul Qur'an Tulungagung. Melalui evaluasi tersebut plus minus yang ada menjadi jauh lebih kentara. Melalui kritik saran yang diberikan tersebut setidaknya dapat menjadi tolok ukur kami (dewan asatidz) dalam proses penempatan upacara bendera selanjutnya. 

Kami yakin, pelan-pelan tapi pasti perubahan dan perkembangan menuju arah yang lebih baik akan terjadi selama sumber daya manusia lembaga yang ada tidak menutup mata, bersikap kooperatif dan terus bersinergi untuk proses latihan yang terus digalakkan tanpa henti. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas kritik dan sarannya.[] (Roni Ramlan)

Amanat Pak Dandim Koramil Kedungwaru

(Dokpri: Perwakilan Dandim Koramil Kedungwaru sedang menyampaikan amanat)

Senin (13/2/2023) adalah salah satu hari yang berkesan bagi seluruh sumber daya manusia lembaga yang ada di SDIT Baitul Qur'an Tulungagung. Pasalnya pada hari itu kami menghelat upacara bendera dengan dihadiri oleh jajaran tamu istimewa: Koramil Kedungwaru, pengawas sekolah dan perwakilan dari kecamatan Kedungwaru. Sayangnya, perwakilan dari Polsek Kedungwaru berhalangan untuk hadir di hari itu. 

Segala perlengkapan upacara bendera disiapkan. Sound sistem, tiga microphone, satu stand mic, bendera hingga beberapa naskah protokol yang akan dibacakan tatkala upacara dihelat. Sedangkan para peserta telah berbaris sesuai tinggi badan masing-masing. Siswa-siswi yang badan tinggi berdiri paling depan, sedangkan yang pendek berada di barisan paling belakang.

Para petugas upacara bendera Senin ini adalah kelas 6. Sementara pembina upacara diemban oleh perwakilan dari Koramil. Hal itu terjadi setelah melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan jajaran tamu undangan yang hadir. Bahkan tatkala upacara dimulai, salah seorang Pak Tentara sempat meminta map untuk menyimpan teks pidato yang akan disampaikan tatkala sesi amanat upacara.

Sontak hal itu sedikit mengubah rencana awal yang sudah dirancang, karena sebelumnya dewan guru menunjuk Pak Imam yang akan bertugas sebagai pembina upacara. Tentu saja, pergantian pembina upacara bendera itu bukan berarti menggugurkan tugas dan tanggung jawab dari Pak Imam, melainkan hanya soal menggeserkan jadwal saja. Pak Imam akan menjadi pembina upacara bendera di hari Senin selanjutnya.

Sesi upacara bendera yang dihadiri oleh tim pengawas kali ini benar-benar menuntut para petugasnya untuk melakukan masing-masing tugasnya secara serius. Bahkan saking seriusnya, pemandangan tegang terpancar jelas dari wajah para petugas. Tidak hanya petugas bahkan para peserta upacara yang biasanya celometan pun kala itu tampak khidmat. Menghayati setiap proses perhelatan upacara bendera berlangsung. 

Dalam kekhidmatan yang bercampur ketegangan itu perwakilan dari Koramil dan kecamatan Kedungwaru sempat berlalu-lalang untuk mengabadikan momen upacara bendera edisi spesial itu. Dokumentasi itu penting untuk dilakukan sebagai bukti konkrit bahwa tugas telah dilakukan sesuai jadwal dengan sebaik-baiknya. 

Perhelatan upacara bendera pun sampai pada sesi penyampaian amanat. Dalam sesi amanat upacara bendera, Pak tentara yang mewakili Pak Dandim Koramil Kedungwaru menyampaikan beberapa poin penting mengenai esensi dari perhelatan upacara bendera di hari Senin. 

Pertama, beliau menegaskan bahwa kegiatan upacara bendera di setiap sekolah harus dihelat secara rutin. Mengapa demikian? Sebab perhelatan upacara bendera pada hakikatnya adalah jembatan atau salah satu sarana untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan patriotisme terhadap generasi muda Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemupukan jiwa nasionalisme dan patriotisme bagi para siswa sangatlah penting sebab hakikatnya generasi muda sekarang kelak akan menjadi penerus bangsa Indonesia. Sebagai generasi penerus bangsa Indonesia yang baik tentunya harus memahami, menghormati dan melestarikan identitas jati diri bangsa. Utamanya bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan kaya akan multikultural.

Kedua, melalui upacara bendera sejatinya kita sedang meneladani dan menghormati jasa para pejuang kemerdekaan Indonesia. Jika dahulu kala nenek moyang kita berjibaku dengan berlumuran darah bahkan hingga berani mengorbankan nyawa; gugur di medan tempur untuk terbebas dari penjajahan kolonialisme Belanda dan sekutunya, maka sekarang kita telah menuai hasil perjuangannya. 

Kini bendera merah putih adalah simbol atas kemenangan, kemerdekaan dan kemandirian bangsa Indonesia. Bendera yang dikibarkan penuh sarat dan makna. Merah bermakna keberanian. Seperti halnya gejolak dan semangat juang para pejuang kemerdekaan yang terus menyala. Semangat juang terus mengalir sampai tujuan dan cita-cita bersama terwujudkan.

Lantas keberanian yang disimbolkan dengan warna merah itu terpancang kuat di atas warna putih. Putih bersih menandakan kesucian. Kesucian hati dan raga. Kesucian yang menandakan bahwa pengorbanan para pejuang kemerdekaan berlandaskan keikhlasan hati dan pikiran. 

Ketiga, dua poin penting sebelumnya juga harus ditopang dengan upaya menghayati dan melestarikan budaya dan karakteristik bangsa yang multikulturalisme. Sehingga para siswa dituntut untuk bisa, tahu dan berperan aktif dalam membawakan lagu-lagu nasional, tradisi dan budaya daerah. Hal ini penting untuk menjaga identitas dan karakteristik bangsa Indonesia. Maka tak ayal jika kemudian dalam proses upacara bendera hari Senin selalu menyelipkan sesi menyanyikan lagu wajib nasional.

Keempat, tak ketinggalan pembina upacara bendera juga menyampaikan bahwa kunjungan pengawasan upacara bendera di seluruh sekolah di Kabupaten Tulungagung adalah program kerjasama antara dinas pendidikan, kebudayaan dan olahraga dengan Koramil, Kapolsek dan pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan nasionalisme dan patriotisme terhadap bangsa Indonesia.

Di samping itu, harapan kedepannya, melalui program kunjungan dan pengawasan upacara bendera di seluruh sekolah yang ada di kabupaten Tulungagung ini mampu meningkatkan kedisiplinan para siswa-siswi. Utamanya terhindar dari paham dan jaringan radikalisme yang anti Pancasila, Undang-undang dan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.[] (Roni Ramlan)


Minggu, 26 Februari 2023

Karya Kelas Literasi: Kreativitas Tanpa Batas

 

(Dokumentasi pribadi: Ilustrasi para siswa sedang menulis karya)

Sabtu (25/02/2023) kelas ekstra kurikuler tuelah dihelat kembali setelah tiga Sabtu berturut-turut libur. Pada pertemuan sesi ini para siswa kelas literasi mengumpulkan masing-masing karyanya. Kebetulan pada sesi pertemuan sebelumnya, Sabtu penghujung bulan Januari, mereka diinstruksikan untuk menuangkan ide dan kreativitasnya di atas kertas HVS A4. 

Di atas kertas HVS A4 itu mereka bebas menuangkan kreativitas sesuai kehendaknya. Tidak ada paksaan bagi mereka, yang jelas tidak ada batasan tema, genre dan bentuk karya yang hendak dibuat. 

Sebagai hasilnya, ternyata dari mereka semua, sebagian siswa ada yang membuat puisi. Ada pula yang memilih membuat pantun dan satu orang memutuskan untuk menggambar. Sebagai bentuk konkritnya berikut karyanya kami lampirkan di bawah ini. 


Pantun Nasihat

Aishah


Makan gorengan di pinggir kali

Sambil menikmati indahnya sore hari

Walaupun jarak memisahkan diri

Tapi doaku akan selalu menyertai

*****

Rupa-rupa Pantun  

Alya


Jalan-jalan ke Amerika

Sivera pakai baju merah

Kalau kamu tidak suka

Kamu jangan marah-marah

**

Segarnya es rumput laut

Diminumnya di kota Jogjakarta

Mereka yang saling ribut

Dia yang punya diam saja

***

Minum teh hangat-hangat

Minumnya sama kamu

Belajarlah dengan giat

Agar tercapai cita-citamu

*****

Bunga melati wanginya segar

Ditaruh di atas buku

Putih-putih dalam pagar

Coba tebak siapa aku?

*****

Genre Puisi:

Alamku Indonesia

Aida


Alamku Indonesia

Alam yang penuh bahagia

Sawah dan ladang luas menghampar

Bagaikan permadani tergelar


Bermacam-macam bunga bermekaran

Semerbak harum menjadi teman

Pepohonan rindang melambaikan tangan

Menjadi cerita yang tak lekang dilupakan


Lihatlah alamku yang asri nian

Hawanya sejuk menyehatkan 

Hatiku ingin menari

Bagaikan burung yang terbang tinggi


Gunung-gunung menjulang tinggi 

Gelombang laut memecah pantai

Itulah anugerah Tuhan kepada kita

Seluruh bangsa Indonesia 

***********

Ingin Menjadi Dokter

Aruni


Seragam putih menjadi cirimu

Stetoskop tertengger di antara leher dan bahu yang bidang

Tanganmu yang lincah merangkul tanpa memilah-milah

Teruntuk menolong sepenuh hati


Kuingin menjadi dokter

Meneladani jasa sepertimu

Membantu semua orang 

Sehat kembali 


Kamis, 23 Februari 2023

Kelas Pantun

(Dokumentasi pribadi: Anak kelas 4 sedang membuat pantun)


Pergi ke pasar naik sepeda

Ke pasar beli gula

Jangan lupakan orang tua

Agar rezeki kita tetap ada


Cabe merah

Cabe hijau

Jangan marah

Karena gurau

*Dua pantun di atas adalah karya Ananda Hisyam kelas 4 

**************

Pergi ke pasar beli sayur

Sayurnya sayur bayam

Kalau tidur jangan bersiul

Supaya mata tetangga tetap bisa terpejam


Pergi ke restoran bersama keluarga

Yang dibeli cuma ikan pindang

Kalau rindu jangan lupa bersua

Supaya hati kita tetap riang

*Pantun di atas adalah karya Fahmi kelas 4.

*******************

Tuan rumah yang tidak murah hati

Tidak mau memberi sedekah

Coba tebak ini teka-teki

Hewan apa yang punya rumah

*Pantun adalah karya Ananda Alya kelas 4.

Ibuku Pahlawanku

 

(Keterangan foto: Gambar adalah karya Ananda Ghozali kelas 5)


Pergi ke pasar membawa tebu

Pulangnya berjalan kaki

Janganlah membentak ibu

Karena surga di bawah kaki


Pergi ke sawah mencari tebu

Tebu itu manis rasanya

Besar sekali pengorbanan ibu

Hanya surga sebagai ganjarannya 

*Pantun dan gambar dibuat oleh Ananda Ghozali dalam rangka memperingati hari ibu

Jasamu di Pelupuk Mataku

(Dokumentasi pribadi: Ilustrasi Kedekatan Ibu dan Anak)


Ibu istri ayahku

Ibu anak nenek

Ibu anak kakek

Aku anak Ibu


Ibu mutiara hatiku

Malaikat suci nan senantiasa melindungiku

Memupuk tumbuh-kembang kebesaranku

Menanti lukisan senyum menghiasai hari-hariku


Bu, tanpa kusadari setiap waktu

Engkau sosok penikmat sejati kebahagiaanku

Pecinta ulung setiap jengkal sumringah merangkul kujur tubuhku

Tetesan air matamu berkata jujur pada hatiku


Ibu...

Engkau telah merawatku

Menjaga dari segala keburukan yang menimpaku 

Dan engkau tak segan bahkan tanpa ba-bi-bu 

Meluluhlantakkan kekang keluh kesahku


Ibu, engkau semangat hidupku

Jantung dimana aku memupuk harapan dan cita-citaku

Alasan mengapa aku harus menjadi sesuatu

Sukses harus kugenggam sebelum hayat berlalu


Pun sungguh, beribu harapan selalu ku inginkan untuk dirimu

Pintalan do'a terbaik terbumbung setiap waktu

Di sepanjang hirupan nafas dalam hidupku 

Menerobos putaran zaman yang mendikte langkahku


Semoga yang terbaik dapat ku berikan padamu

Karena memang aku punya tekad kuat untukmu

Kendati sangat tak mungkin aku mampu

Menyicil balasan untuk sekian banyak jasa-jasamu

(Karya Ananda Shaquilla kelas 5)


Kasihmu Tak Bertepi

 

(Dokumentasi pribadi: Ananda Shaquilla kelas 5)


Ibu...

Terima kasih telah merawatku

Terima kasih telah menjagaku

Terima kasih telah membesarkanku


Ibu...

Terima kasih telah memaafkanku

Terima kasih telah menjadi bendahara sejatiku

Gunungan terima kasih takan pernah cukup menebus cucuran keringat jerih payahmu


Ibu...

Engkau sebaik-baiknya pahlawanku

Engkau malaikat tak bersayapku

Tanpamu aku tak lebih berharga dari butiran debu


Ibu...

Engkau selalu menghujani hari-hariku dengan kasih sayang tak bertepi

Engkau melimpahkan cinta kasih yang tak mampu ku beli

Terima kasih atas segala hal yang kau berikan padaku sekali lagi


(Karya Ananda Shaquilla kelas 5)

Minggu, 05 Februari 2023

Hati-hati Rentan Penculikan Anak

(Dokumentasi pribadi: Ustadz Ali sedang menyampaikan wejangannya)

Santernya pemberitaan tentang penculikan anak di media sosial menjadi kekhawatiran dan kegetiran tersendiri bagi para orang tua dan masyarakat sekitar. Tak terkecuali lembaga pendidikan sebagai tempat berkumpulnya anak-anak dalam menimba ilmu. Utamanya lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah dasar negeri ataupun swasta; umum ataupun berbasis agama. 

Dilansir dari laman resmi tirto.id (27/01/2023) per Januari 2023 telah terjadi 4 kasus penculikan anak di berbagai wilayah. Empat kasus tersebut yakni penculikan Malika di Jakarta Pusat, penculikan Fitria di Cilegon, penculikan dan pembunuhan anak di Makassar dan penculikan anak di Semarang. 

Keempat kasus penculikan anak tersebut dilakukan dengan berbagai cara dan modus. Dari sekian banyak cara penculikan tersebut di antaranya yakni dengan diiming-imingi makanan, uang, berpura-pura menanyakan alamat, dibius dan lain sebagainya. Adapun modus utama penculikan anak tersebut di antaranya hendak dijadikan pengemis, trafficing anak hingga tergiur menjual organ tubuh--utamanya ginjal--sang anak. 

Terupdate, kasus dugaan penculikan anak yang terjadi di SDN 1 Mekarjadi, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat yang diberitakan detik.com (02/02/2023). Berita dengan tajuk Aksi Heroik Kepsek Gagalkan Penculikan Anak SD di Ciamis tersebut memaparkan bahwa terduga pelaku yang berhasil lolos itu menyatroni ruang kelas dengan modus menanyakan alamat rumah kepada seorang siswa kelas 4. 

Tidak hanya itu, bahkan untuk melancarkan niatnya pelaku mengaku sebagai kerabat jauh dari keluarga siswa. Lantas pelaku memaksa sang korban untuk mengantarkan pulang ke rumahnya. Namun, korban menolak karena tidak mengenalinya. Mendapati yang demikian beberapa teman kelasnya melaporkan kejadian tersebut kepada kepala sekolah dengan bergegas. 

Kepala sekolah SDN 1 Mekarjadi pun segera menghampiri pelaku dan korban. Kepala sekolah menanyakan maksud dan tujuan kedatangannya. Sebagai orang yang bertanggung jawab atas keselamatan siswa selama berada di sekolah, beliau pun menegaskan kepada sang siswa untuk memberitahukan alamat yang diminta pelaku. Namun siswa tidak diperbolehkan untuk ikut dengan pelaku, terlebih akhir-akhir ini marak pemberitaan tentang penculikan.

Disebutkan pelaku sempat bersikukuh memaksa korban yang telah menggendong tas untuk pulang dengan menarik tangannya, namun dengan sigap kepala sekolah menegurnya. Pelaku sendiri adalah seorang perempuan dengan ciri-ciri memakai baju biru, memakai masker dan berpostur pendek. 

Kepala sekolah langsung melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang. Tak ketinggalan pihak sekolah juga berusaha mengkonfirmasi kejadian tersebut kepada pihak keluarga korban. Ada asumsi bahwa mungkin keluarga korban memiliki urusan utang-piutang dan lain sebagai sehingga dicari-cari oleh orang asing. Namun setelah dikonfirmasi pihak keluarga tidak merasa mengutus orang untuk menjemput anaknya, terlebih memiliki masalah utang-piutang. 

Menyikapi hal itu Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) Republik Indonesia menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk lebih waspada dan terlibat langsung dalam melindungi anak-anak. Orang tua, guru, pemerintahan, masyarakat dan penegak hukum saling bersinergi melindungi anak-anak, sehingga anak-anak dijauhkan dari berbagai dampak buruk yang senantiasa mengintainya. 

Upaya yang sama juga dilakukan oleh LPIT Baitul Qur'an Tulungagung. Sebagai lembaga pendidikan Islam, Baitul Qur'an memiliki tanggung jawab penuh terhadap keselamatan dan kenyamanan siswa-siswi yang bernaung di dalamnya. Senin (31/01/2023) Ustadz Ali sebagai ketua yayasan memberikan wejangan kepada seluruh siswa-siswi untuk senantiasa menjaga keselamatan dan kesehatan diri. 

Isu penculikan anak dengan berbagai modus hendaknya membuat diri sang anak harus lebih berhati-hati dan mawas diri. Jika didatangi oleh orang yang tidak dikenal 'asing' hendaknya berlari (menghindar). Apabila dikasih makanan oleh orang 'asing' sebaiknya ditolak. Apabila digendong orang asing dengan tiba-tiba maka sebaiknya berteriak dan memberontak semampunya. Dan antisipasi lain yang sekiranya dapat membebaskan diri dari segala bentuk upaya penculikan.

Melihat modus yang ada, maraknya kasus penculikan anak sendiri ditengarai oleh banyak faktor penyebab. Mulai dari lemahnya pengawasan orangtua saat anak-anak bermain di luar rumah; abainya masyarakat sekitar terhadap anak-anak; terdesak kebutuhan ekonomi; kurangnya peran, tugas dan fungsi lembaga pendidikan; adanya kesempatan sampai dengan tidak mampunya anak menjaga diri. 

Temuan fakta yang terjadi mayoritas santri Baitul Qur'an Tulungagung pulang pergi ke sekolah diantar jemput oleh masing-masing orangtua. Kendati demikian tidak sedikit pula santri yang memilih ke sekolah secara mandiri. Pulang pergi bersepeda. Ada pula segelintir santri yang terkadang langganan dijemput dengan ojek online, grab. Dua cara pulang pergi santri ke sekolah yang terakhir itulah yang dipandang rawan sebagai kesempatan penculikan. Dan ini menjadi pusat perhatian utama berbagai pihak sumber daya manusia lembaga yang ada. 

Sebagai solusinya peran guru piket berusaha dimaksimalkan. Utamanya tatkala piket pulang sekolah, guru yang bertugas harus benar-benar jeli dan teliti dengan siapa sosok yang menjemput para santri. Tatkala pembelajaran dihelat, pintu gerbang ditutup rapat-rapat. Semua pasang mata menjadi cctv. Satu sama lain saling memperhatikan dan mengawasi. Jam istirahat sekolah diperketat, dirundung kehati-hatian.

Kehati-hatian tak hanya digalakkan habis-habisan di lingkungan sekolah, namun upaya itu juga harus dipadupadankan dengan dorongan; sistem support dari lingkungan keluarga santri. Alhasil, komunikasi dua arah berusaha dijalin melalui grup WhatsApp himpunan wali santri. Beberapa flyer dan video terjadi dan pencegahan penculikan anak disebarluaskan, dengan harapan pandangan dan pemikiran menjadi simpul satu kesatuan. 

Sinergi antara pihak lembaga dan wali santri ini penting mengingat kedua lokus ini--keluarga dan pendidikan--bersentuhan langsung dengan seberapa besar tingkat kenyamanan dan keselamatan anak-anak. Kenyamanan dan keselamatan anak-anak yang diberikan oleh kedua lokus ini juga turut diperhitungkan dalam membangun keberanian interaksi sosial anak di ruang publik. Sebab tidak sedikit, justru sikap permisif, preventif dan intoleransi yang diberikan kedua lokus terdekatnya menjadikan sang anak lebih nyaman dan merasa bebas mengekspresikan diri di ruang publik.[] (Roni Ramlan)

Selasa, 31 Januari 2023

Adab Musyafahah Kepada Guru

 

(Dokumentasi pribadi: Ustadzah Elly sedang menyampaikan amanat upacara bendera)

"Al Adaabu Fauqol ilmu, adab di atas ilmu".

Mahfudot Arab tersebut menegaskan bahwa posisi adab lebih utama dari ilmu. Orang yang berilmu namun tidak memiliki adab maka tindak tanduknya akan sia-sia belaka. Yang tercermin dari orang tak beradab tidak lain hanya kepongahan, sombong dan melampaui batasan kehendak diri sebagai seorang hamba. 

Orang yang berilmu tanpa adab berarti menjalani kehidupan dengan sengaja mengingkari dan menafikan fakta hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial sudah barang tentu membutuhkan interaksi sosial dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga dalam prakteknya manusia akan melakukan proses interaksi sosial baik secara verbal, visual, ataupun tindakan. 

Elemen penting dalam interaksi sosial adalah adab. Tanpa adanya adab, proses interaksi sosial di antara sesama manusia itu akan kacau balau. Bahkan tanpa adanya adab, interaksi sosial bisa jadi tidak akan pernah terbangun. Orang yang berilmu tanpa adab, sama halnya menghinakan, menihilkan dan membumihanguskan ilmu sekaligus martabat orang yang bersangkutan.

Salah satu adab yang harus diperhatikan dalam interaksi sosial selaku umat Islam adalah musafahah (bersalaman, berjabat tangan) tatkala bertemu. Baik itu musafahah dengan sesama teman, orangtua ataupun guru kita semua. Bersalaman dengan ketiga unsur tersebut tentu memiliki adab tersendiri. Sangatlah keliru jika kemudian kita menyamakan cara musafahah antara guru atau orangtua dengan sesama teman. 

Kekeliruan dalam bermusyafahah inilah yang selama ini banyak dipraktekkan. Baik itu dalam tradisi personal ataupun budaya yang telah mendarah daging dalam lingkup kelembagaan. Kasus yang sama juga ditemukan di lingkungan yayasan pendidikan Islam Baitul Qur'an Tulungagung. Tak sedikit dari para santri yang membudayakan musyafahah secara keliru. 

Menyikapi budaya yang demikian Ustadzah Elly (sapaan akrab) dalam upacara bendera hari Senin (30/01/2023) menyampaikan amanat dengan tajuk Meluruskan Adab Musyafahah yang Keliru. Bdaya musyafahah yang telah mengakar di lingkungan sekolah sudah sangatlah baik, akan tetapi dalam prakteknya masih dapat dikatakan belum benar. Utamanya tatkala para santri bermusyafahah kepada dewan asatidz.

Musyafahah (salaman, berjabat tangan) yang benar dengan seorang guru hendaknya disesuaikan dengan hukum kemahramahannya. Jika seorang santri bermusyafahah kepada seorang guru laki-laki (ustadz) maka sebaiknya ia melakukan adab sebagai berikut:

1. Menghampiri ke hadapan guru yang bersangkutan. Jarak di antara keduanya kurang lebih 30 cm.

2. Menyodorkan kedua tangan terlebih dahulu.

3. Mengucapkan salam

4. Menundukan kepala disertai membungkukkan punggung 

5. Hidung didekatkan dengan tangan ustadz. Bukan ditempelkan di jidat, di pipi, di rambut ataupun dagu. Posisi itu seperti halnya sedang menghirup keberkahan dari sang guru.

Adapun jika santri bermusyafahah dengan guru yang bukan mahram maka sebaiknya santri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:  

1. Mendekati guru yang bersangkutan 

2. Menundukkan kepala disertai membungkukkan badan 

3. Kedua tangan santri direkatkan di dada

4. Mengucapkan salam. Jangan sampai kita bermusyafahah kepada guru yang bukan mahram dari jarak yang sanga jauh. 

Mengucapkan salam kepada sesama manusia--utamanya muslim--pada dasarnya adalah saling mendoakan. Mendoakan orang yang disalami semoga senantiasa mendapatkan limpahan Rahmat, lindungan dan keselamatan dari Allah SWT. Maka tak ayal jika kemudian seseorang yang disalami dan menerima ucapan salam hukumnya wajib menjawab. Bahkan mendoakan kembali. 

Bukankah saling mendoakan dengan maksud menghendaki kebaikan untuk sesama adalah tindakan yang terpuji?[] (Roni Ramlan)

Lomba Ceria Anak Se-kabupaten Tulungagung

(Dokumentasi pribadi: Ustadz Lazim sedang menyerahkan piala kepada para pemenang)

"Berlomba-lombalah dalam kebaikan dan kebajikan".

Dalam rangka memaksimalkan upaya penerimaan peserta didik baru (PPDB), Sabtu (21/01/2023) ketiga di bulan perdana semester genap LPIT Baitul Qur'an Mangunsari Tulungagung telah menghelat agenda Lomba Ceria Anak Se-kabupaten Tulungagung. Terdapat empat kategori lomba yang dikompetisikan: mewarnai, hafalan surat pendek, menyusun balok dan menjaring ikan.

Keempat kategori lomba yang digalakkan tersebut dihelat sesuai dengan jenjang usia partisipan. Yakni lomba mewarnai gambar hanya boleh diikuti oleh peserta yang berusia 5-6 tahun; peserta yang berusia 5-6 tahun juga bisa mengikuti lomba hafalan surat-surat pendek; adapun peserta yang masih berusia 3-4 tahun hanya diperkenankan untuk mengikuti lomba menyusun balok dan menjaring ikan. 

Jauh-jauh hari sebelum acara dihelat tampak panitia pelaksana sibuk mempersiapkan seluruh perlengkapan acara. Hal itu dibuktikan dengan intensitas rapat koordinasi persiapan yang terhitung lumayan ketat. Maklum saja, ini adalah agenda besar perdana di semester genap. Adapun panitia pelaksana acara ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu dewan asatidz SDIT, TK dan Komite Baitul Qur'an Tulungagung. 

Terhitung, seminggu sebelum acara surat undangan telah siap untuk disebarkan. Dari sekian banyak lembaga pendidikan taman kanak-kanak  (TK) dan pendidikan anak usia dini (PAUD) yang ada di Tulungagung, kurang lebih 50 lembaga menjadi tujuan penerima undangan. Masing-masing undangan disebarkan oleh dewan asatidz yang bertugas. Setiap asatidz melakukan kunjungan maksimal ke lima lembaga. 

Dari jumlah undangan tersebut kurang lebih  40 lembaga yang mengirimkan putra-putri terbaiknya untuk berpartisipan. Jumlah partisipan itu belum ditambah dengan partisipan yang mendaftarkan diri secara personal, non lembaga. Umumnya partisipan non lembaga mendapatkan informasi lomba ceria anak dari flyer yang disebarluaskan melalui media sosial. Entah itu story WhatsApp, Instagram ataupun Facebook. Tak heran, hal itu terjadi karena memang flyer sudah dipublikasikan hampir tiga Minggu sebelum acara dihelat. 

Dalam pelaksanaannya, acara lomba ceria anak ini benar-benar di luar ekspektasi. Sebab jumlah partisipan yang hadir sangatlah membludak. Kurang lebih 400 orang peserta hadir dalam acara ini. Jumlah itu belum ditotal dengan orang tua dan guru yang mengantarkan para peserta. Kapasitas yang sebenarnya melampaui daya tampung lingkungan sekitar LPIT Baitul Qur'an Tulungagung. 

Motor-motor para pengantar terpakir rapih memenuhi jalan gang sekolah. Halaman tetangga sempat dipinjam untuk mengakali kapasitas kendaraan yang over load. Saking banyaknya, kendaraan pengantar itu harus memakan markah jalan KHR. Abdul Fattah IV Mangunsari. Alhasil, arah jalan raya Mangunsari-Simo sedikit mengalami kemacetan. Sebab sisi Barat jalan raya dipakai satu deret parkir motor, sedangkan sisi Timur jalan raya dipakai parkir beberapa mobil pengantar. Lima panitia pelaksana turun tangan untuk menata ruang parkir dan mengurai kemacetan. 

Di dalam lingkungan sekolah, para peserta dan pengantar tampak berlalu-lalang dengan bergegas menuju arena perlombaan. Sempat beberapa di antara mereka tumpah ruah memadati sumber informasi karena kebingungan mencari tempat digelarnya perlombaan. Namun dengan sigap panitia mengarahkan dan menuntun seluruh peserta. Peserta yang telah hadir diarahkan heregistrasi untuk mengambil nomor urut dan jatah snack yang disediakan panitia.

(Dokumentasi pribadi: para peserta lomba mewarnai)

Pukul 08.00 WIB seluruh rangkaian lomba dimulai. Masing-masing penanggung jawab lomba memaparkan petunjuk, teknis dan simulasi perlombaan kepada seluruh peserta. Masing-masing perlombaan dihelat di area yang berbeda. Perlombaan mewarnai gambar bertempat di lahan milik yayasan yang baru saja dibebaskan dan hendak dibangun asrama. Kurang lebih 200 orang peserta menata meja masing-masing di tempat yang teduh. 

(Dokumentasi pribadi: keadaan para peserta sedang lomba hafalan surat-surat pendek)

Lomba hafalan surat-surat pendek digelar di ruang kelas dekat kantor. Ruang kelas 1, 2 dan 3 ditata sedemikian rupa menjadi satu ruangan lomba. Ruangan yang cukup besar untuk menampung kapasitas 100 orang lebih peserta. Tepat di depan ruangan kelas itu terdapat meja heregistrasi peserta. Sementara untuk mengawal jalannya perlombaan, terdapat 4 orang panitia pelaksana yang berkompeten dalam bidangnya. 

(Dokumentasi pribadi: Para peserta sedang menyusun balok)

Lain halnya dengan lomba menyusun balok. Lomba menyusun balok bertempat di salah satu kelas TK bagian Utara. Kelas berukuran kecil itu dipandang cukup mengingat secara teknis perlombaan setiap sesi hanya melibatkan 4 orang peserta. Itu pun setiap peserta harus menyusun balok di area kotak yang telah dibatasi oleh garis. Jika tidak demikian, maka balok yang telah tersusun dianggap tidak sah. Saat 4 orang peserta sedang asyik lomba berpacu dengan waktu di dalam ruangan, peserta yang lain menunggu di teras kelas. 

Pemandangan berbeda tampak dari area lomba menjaring ikan. Hal itu dipicu karena arena perlombaan menjaring ikan yang memang dihelat di ruangan terbuka, halaman sekolah. Dua aquarium ikan di letakkan di pusat arena yang dibatasi oleh tali rumput jepang yang diikatkan ke empat tiang. Di pojok bagian Utara terdapat satu aquarium kaca yang menampung stok ikan lele, satu ember sedang dan gayung untuk mengisi stok air. 

(Dokumentasi pribadi: Arena lomba menjaring ikan lele)

Jaring-jaring ikan berukuran kecil masing-masing tiga buah diletakkan di dekat dua aquarium. Sementara enam orang peserta akan dipanggil sesuai dengan nomor urut. Enam orang peserta itu dibagi menjadi dua kelompok: tiga orang di aquarium pertama, sedangkan sisanya di aquarium kedua. Masing-masing mereka harus beradu cepat menyerok ikan lele dalam durasi waktu 2 menit. Kuncinya, siapa penyerok ikan lele paling banyak dialah pemenangnya. Kebetulan perlombaan ini menggunakan sistem gugur. 

Butuh waktu satu jam setengah sampai dua jam-an untuk memastikan seluruh kategori lomba selesai. Sembari menunggu rekapitulasi penilaian hasil perlombaan semua peserta dan pengantar diarahkan untuk menuju panggung utama. Di sana mereka disuguhkan beberapa tampilan dari para santri Baitul Qur'an Tulungagung.

Adapun rangkaian penampilan dari para santri tersebut di antaranya ialah Tilawatil Qur'an, membacakan Asmaul Husna yang disertai gerakan, Tahfidzul Qur'an hingga pembacaan puisi. Tak ketinggalan, penampilan finalis dari lomba hafalan surat-surat pendek juga sempat mengisi waktu senggang sebelum pengumuman para pemenang lomba. 

Rangkaian penampilan tersebut cukup manjur mengatasi rasa jenuh dan kebosanan para peserta dan pengantar. Dalam hal ini  ustadz Fadhil selaku mc berperan penting. Sesaat kemudian barulah pihak panitia menyerahkan rekapitulasi hasil perlombaan. Tak butuh waktu lama untuk ustadz Fadhil memanggil deretan para pemenang lomba sesuai kategori. 

Juara lomba mewarnai diraih oleh:

Juara 1: Rafan dari RA Al Istighotsah

Juara 2: Jill Mahya dari TK Dharma Wanita IV

Juara 3: Rangga dari TK Dharma Wanita Ketanon

Adapun juara lomba menyusun balok disabet oleh:

Juara 1: Adel dari Dharma Wanita Simo

Juara 2: Fathan dari Paud Cahaya Bunda

Juara 3: Irsyad Zaidan (belum sekolah)

Kategori lomba hafalan surat-surat pendek dimenangkan oleh:

Juara 1: Naura

Juara 2: Nilna

Juara 3: Abil

Sedangkan untuk kategori lomba menjaring ikan lele juara 1 dimenangkan oleh peserta nomor urut 48 dengan skor 80. Juara 2 disabet oleh peserta nomor 14 dengan skor 75. Sedangkan penyabet juara 3 diraih oleh peserta nomor 37 dengan skor 72. 

Semua para pemenang mendapatkan sertifikat, piala, uang tunai dan beasiswa sekolah di yayasan LPIT Baitul Qur'an. Beasiswa sekolah itu hanya berlaku manakala para pemenang lomba melanjutkan sekolah di Baitul Qur'an. Sementara para peserta umum dapat mengunduh sertifikat digital melalui akun Instagram LPIT Baitul Qur'an.

Tak terlupakan, untuk memeriahkan sesi pengumuman, pengumuman juara itu diselingi dengan mengundian para pemenang door prize. Alhasil bagi mereka yang tidak mendapatkan juara juga turut bersuka cita karena berhasil mendapatkan door prize.[] (Roni Ramlan)


Guru Sebagai Warosatul An Biyya

(Dokumentasi pribadi: Ustadz Mardi sedang menyampaikan materi)

"Jaga sabarmu, tegakkan salatmu. Amalkanlah ilmu yang telah diteguk. Manfaatkanlah kekayaanmu untuk bersedekah serta berjihadlah dengan kekuasaan yang diamanahkan ke dalam genggamanmu".

Minggu kedua di bulan perdana semester genap, tepatnya Sabtu (14/01/2023), SDIT Baitul Qur'an Tulungagung kembali menghelat agenda up grade kompetensi dan wawasan dewan asatidz. Kajian rutin bulanan ini dinarasumberi oleh Ustadz Mardi, S. Pd.I. Onwer sekaligus founding father warung Berkah. Salah satu warung gratis untuk kalangan Mustadafin di sekitar Tulungagung. 

Ustadz Mardi memantik pembicaraan dengan upaya menghayati keadaan. Kebetulan kala itu hujan menghiasai sepanjang perhelatan kegiatan. Beliau menegaskan, bahwa saat terjadinya hujan adalah salah satu waktu mustajab. Waktu maqbulnya do'a atas segala bentuk hajat. Atas dasar itulah, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak memanjatkan do'a tatkala turunnya hujan.

Dengan gaya penuturan yang friendly, sharing dan cangkrukan, beliau sempat menyelipkan kerikil guyon yang menyentuh hati. Bahwa tatkala turunnya hujan adalah momentum yang tepat bagi para jomlo, orang yang terlilit utang, dan siapapun yang gelisah akan segala onak atas hidup untuk banyak melantunkan rangkaian do'a. Maka bersyukurlah atas diturunkannya hujan, bukan malah sebaliknya. 

Dalam sekejap beliau memfokuskan pembicaraan pada topik pembahasan mengenai urgensi eksistensi guru (dewan asatidz) dalam suatu lembaga pendidikan. Utamanya pendidikan yang berbasis agama Islam. Tak terkecuali dengan kehadiran SDIT Baitul Qur'an Tulungagung yang memiliki visi mencetak generasi qur'ani dan menjunjung tinggi nilai-nilai ahlul qur'an. Lebih lanjut, beliau menyebutkan bahwa mengamalkan Al-Qur'an sebagai pedoman dan lentera kehidupan adalah poin penting pertama yang harus dimiliki oleh seluruh sumber daya manusia lembaga. Utamanya berlaku bagi seluruh dewan asatidz. 

Mengamalkan Al-Qur'an sebagai pedoman dan lentera kehidupan adalah keutamaan amal. Sehingga sebaik-baiknya mukmin adalah yang mempelajari Al-Qur'an, mengajarkan dan mengamalkannya. Hal yang demikian berlaku karena ahlul Qur'an memiliki esensi yang sama dengan titah menegakkan salat dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Tumbuh-kembang dan bercongkolnya rasa diawasi oleh Allah SWT. sebagai barometer tampilnya sikap Ihsan dalam tindak-tanduk umat Islam. Dalam konteks inilah ayat aqiimus shalah berkorespondensi dengan ayat inna shalaati 'anil fahsyai wal mungkar. 

Kedua, guru pada dasarnya adalah warosatul an biyya. Penerus; pewaris penegak kebajikan yang dilakukan oleh para utusan Allah. Maka pertanyaan mendasarnya: Sudah layakkah kita (sebagai seorang guru) disebut dan mengemban amanah Warosatul An Biyya? Pertanyaan ini tentu harus dijawab dengan penuh penghayatan, kesadaran dan tanggung jawab sebagai seorang hamba. Introspeksi diri sebagai kuncinya. 

Proses introspeksi diri tersebut dapat dimulai dengan mengevaluasi niat yang terhujam di dalam sanubari masing-masing kita. Apakah kita sebagai seorang guru sudah bekerja dengan penuh rasa ikhlas atau tidak? Bekerja semata-mata karena hendak mencari berkah atau karena alasan tergiur jumlah nominal materi saja. Bukankah janji Allah SWT benar-benar nyata dan berkali-kali ditegaskan dalam Al-Qur'an mengenai balasan apa yang akan dituai oleh para pelaku yang berjuang di jalan Allah. 

Pendek kata, dalam konteks ini rasa dan sikap ikhlas sebagai timbangan penilaian amal perbuatan kita. Alhasil, penilaian ini akan berdampak pada proses dan capaian kinerja. Maka dalam hal ini niat bukan sekadar soal kreteg ati tapi bicara banyak tentang goals. Terlebih-lebih dewan asatidz berperan sebagai "Amil" di lembaga pendidikan Islam dan Tahfidz Baitul Qur'an Tulungagung. 

Ketiga, masalah adalah keniscayaan yang lumrah terjadi. Tampaknya sudah menjadi rahasia umum jikalau suatu lembaga tidak pernah terbebas dari konflik internal dan eksternal di lingkungan sekitar. Justru kecamuk dan gunungan konflik itu tidak lain adalah proses pembelajaran alami. Setiap konflik yang mencuat ke permukaan akan senantiasa menyelipkan butiran hikmah yang mendewasakan setiap orang yang bersangkutan. Hal itu berlaku bagi orang-orang yang mau berpikir dan berjiwa melek.

Kendati demikian, berjejalnya konflik dalam suatu lembaga juga akan berdampak negatif pada ritme, motivasi dan capaian kinerja sumber daya manusia lembaga. Tidak menutup kemungkinan pula kerikil konflik itu memancing kehadiran sikap-sikap egoisme dan tercela. Misalnya saja hasad, dengki, adu domba, fitnah dan lain sebagainya. 

Sebagai jalan keluarnya, maka berkonfliklah dengan ilmu. Meski konflik itu bersifat wajar akan tetapi perbedaan cara pandang, kedewasaan dalam menyikapi dan kematangan dalam menyelesaikan konflik juga menjadi salah satu unsur penting yang harus dipertimbangkan. Begitulah seseorang yang berilmu, ia tidak akan gegabah, mudah goyah dan menghalalkan segala cara untuk menyelesaikan konflik secara egois. Namun orang yang bersangkutan juga akan mempertimbangkan baik-buruknya bagi stabilitas lingkungan sekitar. 

Keempat, tazkiyaatun nufus. Tazkiyaatun nufus di sini bermakna mensucikan jiwa dari berbagai cela yang dapat mengotori hati. Cela dan kekotoran hati yang ditumbulkan dari berbagai hiruk-pikuk onak yang merongrong keajegan manusia dalam menunaikan ibadah dan kebaikan. Tak terkecuali kotoran dan cela yang ditimbulkan oleh konflik di antara sesama manusia yang laten mendera di lingkungan kerja. Di antaranya sifat hasad, tamak, ghodob, mengumbar hawa nafsu dan lain sebagainya.

Hadirnya sifat hasad adalah pintu gerbang pertama masuknya setan untuk menguasai dan mengontrol kecondongan hati nurani kita pada kebajikan. Sifat hasad pada dasarnya muncul karena kecemburuan terhadap nikmat yang ada pada diri seseorang. Alhasil orientasi dari sifat hasad adalah kehendak (harapan) perpindahan atas satu nikmat yang dirasakan seseorang kepada orang yang memiliki sifat hasad tersebut. Orientasi sifat hasad yang demikian inilah yang determinasi merusak keramahan dan kesahajaan lingkungan hidup sekitar. Merusak diri pelaku dan korban. 

Kendati demikian, ada pula iri atau kecemburuan sosial yang bersifat positif, Ghofthoh. Ghofthoh berarti cemburu atau iri terhadap nikmat yang ada di dalam diri seseorang namun tidak disertai dengan harapan ataupun kehendak berpindahnya nikmat tersebut. Dengan kata lain, ghofthoh adalah menjadikan iri sebagai alasan kenapa seseorang harus mampu meraih nikmat (kesuksesan) seperti yang dimiliki oleh orang lain. Jika kita meminjam terminologi yang berlaku dalam rumpun sosiologi, ghofthoh sama halnya dengan identifikasi. Menjadikan kecemburuan sosial sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik bukankah hal yang absah?

Timbulnya sifat hasad sendiri tidak lain ditengara oleh sifat tamak yang berkecamuk hebat di dalam diri seseorang yang bersangkutan. Tamak dalam kamus besar bahasa Indonesia offline bermakna serakah; loba; rakus; selalu ingin memperoleh banyak untuk diri sendiri. 

Lebih lanjut disebutkan, bahwa sifat tamak dapat membinasakan pelaku yang melanggengkan kehadirannya di dalam diri. Kenapa demikian? Sebab tamak lebih berbahaya daripada hewan yang paling buas di muka bumi. Lantas tamak dianalogikan dengan dua ekor serigala yang kelaparan tidak lebih tamak daripada manusia yang membanggakan diri dan mengharapkan jabatan. 

Dalam kitab Ihya 'Ulumuddin disebutkan Rasulullah SAW bersabda: "Ada tiga sifat yang dapat membinasakan manusia: 1. Sikap bakhil (pelit) yang dipatuhi. 2. Hawa nafsu yang diikuti. 3. Merasa bangga dengan diri sendiri". 

Tamak yang sudah tidak dapat terkontrol dan terus menganga dengan mudah akan mengantarkan kita pada sikap ghodob, marah. Kemarahan sendiri selalu hadir karena kecekakan dalam berpikir, akibat dangkalnya pengetahuan dan kewarasan yang sudah tercemari oleh kehendak hawa nafsu. Hawa nafsu sendiri memiliki sifat negatif dan destruktif. 

Kendati demikian hawa nafsu tidak dapat dihilangkan dalam diri manusia. Sebab manusia hidup, salah satunya karena faktor adanya nafsu yang menggelora. Menggerakkan tindak-tanduk kita untuk melakukan sesuatu. Tanpa adanya nafsu yang bersemayam di dalam diri, bisa saja manusia sirna dari carut-marut perubahan alam semesta. 

Menyikapi hal yang demikian maka kita hanya mampu mengontrol kecondongan hawa nafsu dengan langkah kebajikan. Menipiskan kecenderungan hawa nafsu yang membabi buta menjadi bahasa dan gerak-gerik yang lebih halus sekaligus dapat dikendalikan. Berimam pada kemurnian hati nurani yang senantiasa menuntun kita pada kebajikan.

Sebagai upaya konkret dalam berkiblat pada kemurnian hati nurani, alangkah baiknya kita juga beristikamah dalam menegakkan ritual peribadatan. Sebab kebiasaan yang kita lakukan akan menjadi karakter pribadi kita masing-masing. Oleh karena itu maka jaga sabarmu, tegakkan salatmu. Amalkanlah ilmu yang telah diteguk. Manfaatkanlah kekayaanmu untuk bersedekah serta berjihadlah dengan kekuasaan yang diamanahkan ke dalam genggamanmu.[] (Roni Ramlan)


Tips Menjadi Penghafal Al-Qur'an

 

(Dokumentasi pribadi: Ustadzah Diyah sedang menyampaikan amanat upacara bendera)

"Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya", (Q.S. Al-Qiyamah: 17)

Minggu ketiga masuk sekolah, Senin (16/01/2023) siswa-siswi SDIT Baitul Qur'an Tulungagung kembali mengawali rutinitas pembelajaran dengan upacara bendera. Seperti biasanya, upacara bendera berlangsung di halaman sekolah. Kebetulan petugas protokoler upacara bendera kali ini diambil dari siswa-siswi kelas 6. 

***

Tidak ada otak yang tak bisa

Yang ada hanya belum terbiasa

Untuk terbiasa maka harus dipaksa

Saya bisa

Pasti bisa

Insyaallah bisa

Bisa, bisa, yes.

Menghafal itu mudah.

Murja'ah lebih asyik.

Allahu Akbar.

***

Yel-yel Tahfidzul Qur'an dipekikan ustadzah Sugeng Rahayu Nur Widayah (selanjutnya disapa ustadzah Diyah, panggilan akrab) setelah menanyakan kabar untuk membuka amanat yang hendak beliau sampaikan kepada partisipan upacara bendera kali ini. 

Adapun tema yang diusung ustadzah Diyah dalam sesi amanat upacara bendera Senin ini adalah Tips Menjadi Penghafal Al-Qur'an. Menurut beliau, terdapat enam tips untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur'an. Lantas, apa saja enam tips untuk menjadi penghafal Al-Qur'an tersebut? 

1. Niat Menjadi Penghafal Al-Qur'an 

Poin penting pertama yang harus dimiliki oleh seseorang yang hendak--mewujudkan cita-cita, mimpi--menjadi seorang hufadz adalah niat yang murni dan lurus. Kemurnian niat ini akan memengaruhi tahapan proses yang harus dilalui dalam menghafal Al-Qur'an. 

Mengapa demikian? Sebab dalam prakteknya, dalam menghafal Al-Qur'an sendiri akan mendapatkan rintangan yang tidak ringan. Baik itu rintangan yang sifatnya datang dari dalam diri sendiri ataupun timbul dari faktor eksternal yang hadirnya di luar dugaan.

2. Memperbaiki Bacaan (Tahsin)

Cara kita membaca Al-Qur'an menjadi poin penting kedua yang perlu diperhatikan. Seseorang yang hendak atau telah menjadi hufadz alangkah baiknya membiasakan membaca Al-Qur'an. Mengapa harus demikian? Sebab tradisi membaca Al-Qur'an yang terdisiplinkan (jam terbang) akan memengaruhi kualitas bacaan.

Rumus yang berlaku dalam tahsin, adalah semakin kita terbiasa membaca Al-Qur'an maka secara otomatis kita akan dituntut untuk memperbaiki setiap kesalahan yang dilakukan. Baik itu Tahsin dalam rangka memperbaiki kekurangtepatan yang ditinjau dari sudut pandang hukum tajwid ataupun tatkala melafalkan huruf Hijaiyah. Perbaikan bacaan ditinjau dari hukum makhorijul huruf. 

3. Mengulang-ulang Ayat yang Akan Dihafalkan

Setelah melakukan tahsin dengan mempertimbangkan validitas hukum tajwid dan makhorijul huruf, seorang calon hufadz juga dituntut untuk membaca ayat Al-Qur'an yang akan dihafalkan secara berulang-ulang. Pertanyaan mendasarnya, ayat yang akan dihafalkan tersebut harus dibaca sebanyak berapa kali? 

Menurut ustadzah Diyah, dengan merujuk pada keumuman yang berlaku baik dari pengalamannya selama mengajar di Baitul Qur'an ataupun bercermin dari lembaga lain, seorang hufadz akan hafal terhadap ayat-ayat Al-Qur'an tertentu setelah ayat yang bersangkutan dibaca minimal 10 kali. 

Jikalau ayat tersebut sudah dibaca sebanyak 10 kali akan tetapi belum juga hafal, maka sangat dianjurkan seorang hufadz untuk membaca ayat Al-Qur'an yang akan dihafalkan sebanyak 15 kali. Sementara jika dalam prakteknya cara itu belum juga ampuh, maka seorang hufadz bisa membaca ayat yang bersangkutan sebanyak 20 kali. Kelipatan dalam mengulangi bacaan itu terus ditingkatkan sampai hufadz yang bersangkutan benar-benar hafal terhadap ayat-ayat tersebut. 

Lantas, bagaimana dengan kasus seseorang yang hafal dalam satu kali bacaan saja? Hal itu berarti menandakan kualitas ingatan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan kuat. Kendati demikian ingatan itu akan lebih afdhol manakala mencukupi patokan minimal baca 10 kali. 

Yang perlu diperhatikan dalam konteks mengulang-ulang ayat yang akan dihafalkan di sini, adalah jangan sampai seorang hufadz langsung menghafalkan ayat Al-Qur'an sebelum melalui tahapan proses tahsin terlebih dahulu. Mengapa harus demikian? Sebab hal ini menyangkut porsi benar-salah bacaan ayat Al-Qur'an yang dihafalkan tersebut. 

Jika ternyata ayat Al-Qur'an yang dihafalkan tersebut telanjur dibaca dengan bacaan yang salah maka tidak hanya menyebabkan dosa melainkan juga harus melakukan perbaikan atas ayat yang dihafalkannya. Dan memperbaiki kesalahan dalam hafalan itu bukanlah sesuatu hal yang mudah. Karena hal itu menyangkut bongkar pasang (relokasi) inventarisasi ingatan sang hufadz. 

4. Muraja'ah

Setelah seorang hufadz hafal terhadap ayat-ayat Al-Qur'an melalui tahapan membaca secara berulang-ulang bukan berarti tugasnya telah selesai. Justru tugasnya disambung dengan kewajiban bagaimana caranya untuk menjaga hafalan yang dimiliki supaya tidak lupa dan hilang. Metode yang paling baik untuk menjaga hafalan adalah dengan muraja'ah. 

Metode muraja'ah sendiri berarti mengulangi hafalan secara kontinuitas. Diulang kembali secara terus-menerus tanpa putus-putus. Analogi yang digunakan adalah seperti halnya mengasah sebilah pisau yang kerapkali diasah maka akan semakin tajam. Begitu juga dengan hafalan. Semakin terdisiplinkan muraja'ah maka akan semakin kuat hafalan yang dimiliki.

Dalam prakteknya, muraja'ah bisa dilakukan dengan dua cara: secara mandiri dan setoran. Murja'ah secara mandiri dilakukan dengan membiasakan diri membaca Al-Qur'an. Sedangkan muraja'ah dengan setoran, hufadz akan membacakan hafalannya di depan salah seorang guru atau teman sejawatnya lantas setiap bacaannya akan dievaluasi. 

5. Do'a kedua orangtua dan ustadz-ustadzah untuk kelancaran hafalan

Hal yang tidak kalah penting dalam proses menghafalkan Al-Qur'an adalah keikhlasan dan rida dari dua orang yang berperan penting dalam hidup seorang hufadz, yakni orang tua dan guru. Alangkah baiknya seorang hufadz juga memohon do'a restu kepada orang tua sebelum menghafalkan Al-Qur'an. Do'a restu itu diminta tatkala kita hendak berangkat ke sekolah atau sebelum memulai hafalan.

Tak lupa seorang hufadz yang baik tentu juga berkewajiban memohon do'a restu kepada guru (dewan asatidz) selaku yang mendidik dan mengajarkan mengenal huruf Hijaiyah sehingga bisa membaca Al-Qur'an. Ikhlas dan rida dari seorang guru juga tak kalah penting dari orangtua untuk mencapai tujuan mulia dari hafalan Al-Qur'an.

Melalui do'a restu yang ikhlas dan rida dua orang yang berperan penting dalam hidup seorang hufadz tersebut semoga akan menjadi jembatan penghantar yang dapat memudahkan proses menghafal. Tidak hanya kemudahan dalam prosesnya namun juga menaruh harapan besar kelak hafalannya akan bermanfaat.

6. Salat malam

Sebagai pamungkas, ustadzah Diyah juga menegaskan bahwa seorang hufadz selaiknya melanggengkan salat malam. Salat malam ini ditujukan untuk mohon restu kepada Allah SWT supaya dimudahkan dalam menghafal. Selain itu, seorang hufadz juga dapat menjadikan momentum waktu sepertiga malam untuk menambah hafalan. Sebab waktu-waktu menjelang Subuh adalah waktu yang baik untuk belajar dan mengisi otak sebelum terisi penuh dengan yang lain.[] (Roni Ramlan)

Senin, 09 Januari 2023

Adab Pelajar di Dalam Kelas

 

(Keterangan foto: Ustadzah Asna sedang menyampaikan amanat)

"Al adaabu fauqol ilmu"

Minggu kedua masuk sekolah, Senin (09/01/2023) SDIT Baitul Qur'an Tulungagung kembali menghelat upacara bendera. Adapun yang menjadi pembina upacara bendera kali ini adalah ustadzah Asna Silvia Febriana, M. Pd. (selanjutnya disebut ustadzah Asna). Satu-satunya guru  mata pelajaran bahasa Inggris yang dimiliki lembaga.

Pada kesempatan sesi amanat upacara bendera ini beliau mengusung topik pembahasan mengenai Adab di Dalam Kelas. Menurut beliau terdapat delapan adab yang harus dimiliki oleh seorang pelajar tatkala berada di dalam kelas. Kedelapan adab tersebut ialah sebagai berikut.

Niat karena Allah SWT

Seorang pelajar alangkah baiknya memiliki niat yang tulus dalam thalabul 'ilmi di sekolah. Niat itu harus terpancangkan kuat di dalam hati semenjak ia hendak berangkat ke sekolah. Mengapa demikian? Sebab niat yang terhujam di dalam diri masing-masing pelajar akan berpengaruh pada capaian dan hasil dari proses pembelajaran selama di sekolah. 

Seorang pelajar yang semenjak dari rumah memiliki niat untuk bermain tatkala di sekolah tentu tidak akan mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajarannya. Begitupun sebaliknya, seorang pelajar yang memiliki niatan tulus dan lurus mencari ilmu tatkala di sekolah maka insyaallah akan menengguk nikmatnya ilmu yang diraihnya. 

Hal itu menegaskan bahwa niat memiliki posisi yang fundamental dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pelajar. Kadaritas niat yang benar-benar tulus, lurus dan mantap berjuang di jalan Allah--dalam konteks ini mencari ilmu pengetahuan sekaligus menggugurkan kewajiban sebagai seorang hamba--hanya karena Allah SWT yang menjadikan seorang pelajar akan tetap istikamah.

Berdoa sebelum belajar

Hal penting kedua yang perlu diperhatikan oleh seorang pelajar tatkala mencari ilmu adalah berdoa sebelum belajar. Berdoa sebelum belajar dapat diartikan sebagai prepare--secara fisik dan psikis; raga dan jiwa--untuk memasuki gerbang ilmu. Melalui berdo'a kita berharap akan dimudahkan dalam proses dan mencapai hasil yang maksimal.

Dalam prakteknya, Alhamdulillah, selama ini setiap jenjang kelas yang ada di SDIT Baitul Qur'an Tulungagung sudah terbiasa memanjatkan doa sebelum belajar. Bahkan, pembiasan berdoa sebelum belajar itu digenapkan pula dengan budaya salat duha, Tahfidzul Qur'an dan salat duhur berjamaah di sekolah. 

Mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru dengan sungguh-sungguh

Ketiga, adab yang harus dimiliki oleh seorang pelajar tatkala di dalam kelas adalah mendengarkan seluruh materi yang disampaikan oleh guru dengan bersungguh-sungguh. Hal ini penting dilakukan, mengingat tersampaikan, dipahami dan diamalkan terhadap materi  tertentu salah satunya sangat bergantung pada bagaimana gaya seorang pelajar mendengarkan materi. 

Seorang pelajar yang tidak fokus dan konsentrasi tatkala guru menyampaikan materi tentu pemahamannya terhadap materi tidak akan utuh dan sempurna: mengalami distorsi, reduksi dan disorientasi. Alhasil pelajar yang bersangkutan akan mengalami kesulitan tatkala diinstruksikan untuk menerangkan ulang terkait materi yang telah disampaikan, mengerjakan soal hingga kebingungan tatkala dihadapkan dengan ujian.

Sebaliknya, pelajar yang sungguh-sungguh mendengarkan materi ia akan dengan mudah memahami, mengerjakan soal hingga mengaplikasikannya sesuai dengan tuntutan keadaan yang sedang dihadapi. Bukankah menjadi seorang pelajar yang penuh antusias dan sungguh-sungguh dalam mendengarkan materi itu lebih baik?

Menjaga Kebersihan kelas

Dalam sebuah hadits disebutkan, "Athahuru sathrul minal ima" (kebersihan itu sebagian dari iman). Hadits tersebut mengingatkan kita semua--selaku umat Islam--bahwa agama Islam memerintahkan kita untuk senantiasa menjaga kebersihan. Baik itu kebersihan diri, batin hingga lingkungan. 

Tak terkecuali, hal yang sama berlaku pula untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar di mana seorang pelajar menuntut ilmu, sekolah. Lebih tepatnya kelas. Pada dasarnya lingkungan sekolah adalah tanggung jawab seluruh sumber daya manusia lembaga yang ada akan tetapi hal itu akan menjadi ringan manakala sekolah memiliki staf kebersihan lingkungan sendiri. 

Kendati demikian, sebagai upaya mendisiplinkan dan melatih sikap tanggung jawab yang terbenam di dalam diri masing-masing pelajar maka kebersihan kelas diamanahkan kepada mereka. Atas dasar demikian itu pula maka hadir jadwal piket dan struktur perangkat kelas. 

Kehadiran jadwal piket itu menandakan bahwa kenyamanan lingkungan kelas sangat dipengaruhi tanggung jawab dan kedisiplinan siswa-siswi. Menghelat kegiatan pembelajaran dengan keadaan kelas yang bersih, rapih dan nyaman tentu aka memiliki proses dan hasil yang berbeda dengan keadaan kelas yang kotor, semrawut dan sistem pencahayaan yang buruk.

Tidak sedikit siswa-siswi yang berprestasi muncul dan berkembang dari lingkungan sekitar yang mendukung. Baik itu secara sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta kebersihan lingkungan sekitar sekolah yang terdisiplinkan. Bukankah mata dan diri kita akan sangat nyaman manakala belajar di tempat yang indah, nyaman dan bersih?

Izin ketika ada kepentingan untuk keluar kelas

Selanjutnya, poin penting yang perlu diperhatikan seorang pelajar di dalam kelas adalah membudayakan izin terlebih dahulu tatkala ada kepentingan keluar kelas yang mendesak. Kepentingan keluar kelas yang mendesak di sini dapat diartikan sebagai kebutuhan primer secara personal. Misalnya saja kebutuhan kebelet buang air kecil dan besar, hendak buang angin, membasuh hidung yang tersumbat karena flu serta lain sebagainya.

Membudayakan izin tatkala ada kepentingan pribadi ini penting dilakukan sebab dampaknya juga berkaitan langsung dengan kenyamanan lingkungan kelas. Seorang pelajar mana mungkin akan mampu berkonsentrasi penuh mengikuti pembelajaran sedangkan dirinya menahan rasa ingin buang air kecil. 

Bentuk kalimat izin karena kepentingan pribadi ini bervariatif, tergantung dengan mata pelajaran apa yang sedang dihelat. Misalnya saja kita hendak izin ke kamar mandi tatkala pembelajaran bahasa Inggris tentu akan elok jika seorang pelajar izin dengan menggunakan bahasa Inggris. Begitupun seterusnya.

Yang terpenting dalam persoalan meminta izin ini harus memuat unsur: Sopan santun, bahasa baku, dan kontekstual. Tidak elok pula jika seorang pelajar meminta izin ke kamar mandi untuk buang air kecil namun faktanya ia malah pergi ke kantin sekolah atau justru malah bermain-main dengan temannya. Tak baik pula, jika seorang pelajar yang berkepentingan keluar kelas karena hajat tertentu namun ia main selonong begitu saja. 

Jangan membuat gaduh (mengajak teman-temannya untuk gaduh)

Tatkala seorang pelajar mengikuti pembelajaran atau pun ada di dalam kelas alangkah baiknya ia tidak membuat gaduh. Baik itu kegaduhan yang ditimbulkan dengan maksud menghibur diri atau secara sengaja (terang-terangan) mengajak teman-temannya untuk gaduh. Tentu saja tindakan itu tidak elok, sebab kebisingan yang ditimbulkan dapat memecah tingkat konsentrasi dan fokus siswa-siswi lain dalam mengikuti proses pembelajaran. 

Proses pembelajaran yang diwarnai dengan kegaduhan tentu tidak akan maksimal dan efektif. Terlebih-lebih kegaduhan itu dapat menyulut emosi dan ketegangan otot penghuni semua jenjang kelas yang ada di sekolah yang bersangkutan. 

Jangan mudah putus asa 

Salah satu budaya yang berlaku di sekolah adalah pelajar alergi terhadap beberapa mata pelajaran yang dipandang sulit. Misalnya kasus yang banyak ditemukan di SDIT Baitul Qur'an Tulungagung dan lainnya, secara general mayoritas pelajar tampaknya sepakat memandang mata pelajaran matematika, bahasa Inggris, bahasa Jawa tergolong mata pelajaran yang sukar dipahami.

Alasan itu pula yang kemudian kerap menjadi batu sandungan mengapa pelajar kerap berputus asa sebelum benar-benar mencicipi materi pelajaran yang diajarkan. Kendati demikian saya kira itu bukanlah satu alasan yang statis atau pun gunungan es yang tak bisa mencair, sebab kesukaran itu dapat dipecahkan manakala sedari awal: persepsi, antusias dan keyakinan pelajar  senantiasa dikondisikan positif thinking sekaligus dimotivasi bahwa mata pelajaran itu mudah. 

Jika pun suatu materi pelajaran sedikit sukar untuk dipahami dan dimengerti melalui cara tertentu, maka seorang guru yang kreatif dan inovatif dapat mengajarkan materi pelajaran melalui pendekatan dan metode yang lebih efektif. Di samping itu, pelajar juga dituntut aktif bertanya tatkala menemukan materi yang sungkar dipahami. Upaya-upaya tersebut penting dilakukan untuk menunjang sinerginya pemahaman atas materi.

Berdoa ketika selesai belajar

Sebagai pamungkas dari proses pembelajaran, tak lupa selaiknya seorang pelajar juga harus menutupnya dengan rapalan do'a. Jika di awal pembelajaran pelajar menjadikan doa untuk membukakan pintu pemahaman atas ilmu yang dipelajari, maka doa yang dipanjatkan setelah proses pembelajaran bertujuan memohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT atas ilmu yang telah terpahami. 

Melalui doa penutup pembelajaran, sesungguhnya kita sedang menitipkan pemahaman atas ilmu dan berharap pemilik samudera ilmu senantiasa menjaga keutuhan keterpahaman dalam ingatan dan hati nurani yang terpancangkan.[] (Roni Ramlan)