Selasa, 31 Januari 2023

Adab Musyafahah Kepada Guru

 

(Dokumentasi pribadi: Ustadzah Elly sedang menyampaikan amanat upacara bendera)

"Al Adaabu Fauqol ilmu, adab di atas ilmu".

Mahfudot Arab tersebut menegaskan bahwa posisi adab lebih utama dari ilmu. Orang yang berilmu namun tidak memiliki adab maka tindak tanduknya akan sia-sia belaka. Yang tercermin dari orang tak beradab tidak lain hanya kepongahan, sombong dan melampaui batasan kehendak diri sebagai seorang hamba. 

Orang yang berilmu tanpa adab berarti menjalani kehidupan dengan sengaja mengingkari dan menafikan fakta hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial sudah barang tentu membutuhkan interaksi sosial dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga dalam prakteknya manusia akan melakukan proses interaksi sosial baik secara verbal, visual, ataupun tindakan. 

Elemen penting dalam interaksi sosial adalah adab. Tanpa adanya adab, proses interaksi sosial di antara sesama manusia itu akan kacau balau. Bahkan tanpa adanya adab, interaksi sosial bisa jadi tidak akan pernah terbangun. Orang yang berilmu tanpa adab, sama halnya menghinakan, menihilkan dan membumihanguskan ilmu sekaligus martabat orang yang bersangkutan.

Salah satu adab yang harus diperhatikan dalam interaksi sosial selaku umat Islam adalah musafahah (bersalaman, berjabat tangan) tatkala bertemu. Baik itu musafahah dengan sesama teman, orangtua ataupun guru kita semua. Bersalaman dengan ketiga unsur tersebut tentu memiliki adab tersendiri. Sangatlah keliru jika kemudian kita menyamakan cara musafahah antara guru atau orangtua dengan sesama teman. 

Kekeliruan dalam bermusyafahah inilah yang selama ini banyak dipraktekkan. Baik itu dalam tradisi personal ataupun budaya yang telah mendarah daging dalam lingkup kelembagaan. Kasus yang sama juga ditemukan di lingkungan yayasan pendidikan Islam Baitul Qur'an Tulungagung. Tak sedikit dari para santri yang membudayakan musyafahah secara keliru. 

Menyikapi budaya yang demikian Ustadzah Elly (sapaan akrab) dalam upacara bendera hari Senin (30/01/2023) menyampaikan amanat dengan tajuk Meluruskan Adab Musyafahah yang Keliru. Bdaya musyafahah yang telah mengakar di lingkungan sekolah sudah sangatlah baik, akan tetapi dalam prakteknya masih dapat dikatakan belum benar. Utamanya tatkala para santri bermusyafahah kepada dewan asatidz.

Musyafahah (salaman, berjabat tangan) yang benar dengan seorang guru hendaknya disesuaikan dengan hukum kemahramahannya. Jika seorang santri bermusyafahah kepada seorang guru laki-laki (ustadz) maka sebaiknya ia melakukan adab sebagai berikut:

1. Menghampiri ke hadapan guru yang bersangkutan. Jarak di antara keduanya kurang lebih 30 cm.

2. Menyodorkan kedua tangan terlebih dahulu.

3. Mengucapkan salam

4. Menundukan kepala disertai membungkukkan punggung 

5. Hidung didekatkan dengan tangan ustadz. Bukan ditempelkan di jidat, di pipi, di rambut ataupun dagu. Posisi itu seperti halnya sedang menghirup keberkahan dari sang guru.

Adapun jika santri bermusyafahah dengan guru yang bukan mahram maka sebaiknya santri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:  

1. Mendekati guru yang bersangkutan 

2. Menundukkan kepala disertai membungkukkan badan 

3. Kedua tangan santri direkatkan di dada

4. Mengucapkan salam. Jangan sampai kita bermusyafahah kepada guru yang bukan mahram dari jarak yang sanga jauh. 

Mengucapkan salam kepada sesama manusia--utamanya muslim--pada dasarnya adalah saling mendoakan. Mendoakan orang yang disalami semoga senantiasa mendapatkan limpahan Rahmat, lindungan dan keselamatan dari Allah SWT. Maka tak ayal jika kemudian seseorang yang disalami dan menerima ucapan salam hukumnya wajib menjawab. Bahkan mendoakan kembali. 

Bukankah saling mendoakan dengan maksud menghendaki kebaikan untuk sesama adalah tindakan yang terpuji?[] (Roni Ramlan)

Lomba Ceria Anak Se-kabupaten Tulungagung

(Dokumentasi pribadi: Ustadz Lazim sedang menyerahkan piala kepada para pemenang)

"Berlomba-lombalah dalam kebaikan dan kebajikan".

Dalam rangka memaksimalkan upaya penerimaan peserta didik baru (PPDB), Sabtu (21/01/2023) ketiga di bulan perdana semester genap LPIT Baitul Qur'an Mangunsari Tulungagung telah menghelat agenda Lomba Ceria Anak Se-kabupaten Tulungagung. Terdapat empat kategori lomba yang dikompetisikan: mewarnai, hafalan surat pendek, menyusun balok dan menjaring ikan.

Keempat kategori lomba yang digalakkan tersebut dihelat sesuai dengan jenjang usia partisipan. Yakni lomba mewarnai gambar hanya boleh diikuti oleh peserta yang berusia 5-6 tahun; peserta yang berusia 5-6 tahun juga bisa mengikuti lomba hafalan surat-surat pendek; adapun peserta yang masih berusia 3-4 tahun hanya diperkenankan untuk mengikuti lomba menyusun balok dan menjaring ikan. 

Jauh-jauh hari sebelum acara dihelat tampak panitia pelaksana sibuk mempersiapkan seluruh perlengkapan acara. Hal itu dibuktikan dengan intensitas rapat koordinasi persiapan yang terhitung lumayan ketat. Maklum saja, ini adalah agenda besar perdana di semester genap. Adapun panitia pelaksana acara ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu dewan asatidz SDIT, TK dan Komite Baitul Qur'an Tulungagung. 

Terhitung, seminggu sebelum acara surat undangan telah siap untuk disebarkan. Dari sekian banyak lembaga pendidikan taman kanak-kanak  (TK) dan pendidikan anak usia dini (PAUD) yang ada di Tulungagung, kurang lebih 50 lembaga menjadi tujuan penerima undangan. Masing-masing undangan disebarkan oleh dewan asatidz yang bertugas. Setiap asatidz melakukan kunjungan maksimal ke lima lembaga. 

Dari jumlah undangan tersebut kurang lebih  40 lembaga yang mengirimkan putra-putri terbaiknya untuk berpartisipan. Jumlah partisipan itu belum ditambah dengan partisipan yang mendaftarkan diri secara personal, non lembaga. Umumnya partisipan non lembaga mendapatkan informasi lomba ceria anak dari flyer yang disebarluaskan melalui media sosial. Entah itu story WhatsApp, Instagram ataupun Facebook. Tak heran, hal itu terjadi karena memang flyer sudah dipublikasikan hampir tiga Minggu sebelum acara dihelat. 

Dalam pelaksanaannya, acara lomba ceria anak ini benar-benar di luar ekspektasi. Sebab jumlah partisipan yang hadir sangatlah membludak. Kurang lebih 400 orang peserta hadir dalam acara ini. Jumlah itu belum ditotal dengan orang tua dan guru yang mengantarkan para peserta. Kapasitas yang sebenarnya melampaui daya tampung lingkungan sekitar LPIT Baitul Qur'an Tulungagung. 

Motor-motor para pengantar terpakir rapih memenuhi jalan gang sekolah. Halaman tetangga sempat dipinjam untuk mengakali kapasitas kendaraan yang over load. Saking banyaknya, kendaraan pengantar itu harus memakan markah jalan KHR. Abdul Fattah IV Mangunsari. Alhasil, arah jalan raya Mangunsari-Simo sedikit mengalami kemacetan. Sebab sisi Barat jalan raya dipakai satu deret parkir motor, sedangkan sisi Timur jalan raya dipakai parkir beberapa mobil pengantar. Lima panitia pelaksana turun tangan untuk menata ruang parkir dan mengurai kemacetan. 

Di dalam lingkungan sekolah, para peserta dan pengantar tampak berlalu-lalang dengan bergegas menuju arena perlombaan. Sempat beberapa di antara mereka tumpah ruah memadati sumber informasi karena kebingungan mencari tempat digelarnya perlombaan. Namun dengan sigap panitia mengarahkan dan menuntun seluruh peserta. Peserta yang telah hadir diarahkan heregistrasi untuk mengambil nomor urut dan jatah snack yang disediakan panitia.

(Dokumentasi pribadi: para peserta lomba mewarnai)

Pukul 08.00 WIB seluruh rangkaian lomba dimulai. Masing-masing penanggung jawab lomba memaparkan petunjuk, teknis dan simulasi perlombaan kepada seluruh peserta. Masing-masing perlombaan dihelat di area yang berbeda. Perlombaan mewarnai gambar bertempat di lahan milik yayasan yang baru saja dibebaskan dan hendak dibangun asrama. Kurang lebih 200 orang peserta menata meja masing-masing di tempat yang teduh. 

(Dokumentasi pribadi: keadaan para peserta sedang lomba hafalan surat-surat pendek)

Lomba hafalan surat-surat pendek digelar di ruang kelas dekat kantor. Ruang kelas 1, 2 dan 3 ditata sedemikian rupa menjadi satu ruangan lomba. Ruangan yang cukup besar untuk menampung kapasitas 100 orang lebih peserta. Tepat di depan ruangan kelas itu terdapat meja heregistrasi peserta. Sementara untuk mengawal jalannya perlombaan, terdapat 4 orang panitia pelaksana yang berkompeten dalam bidangnya. 

(Dokumentasi pribadi: Para peserta sedang menyusun balok)

Lain halnya dengan lomba menyusun balok. Lomba menyusun balok bertempat di salah satu kelas TK bagian Utara. Kelas berukuran kecil itu dipandang cukup mengingat secara teknis perlombaan setiap sesi hanya melibatkan 4 orang peserta. Itu pun setiap peserta harus menyusun balok di area kotak yang telah dibatasi oleh garis. Jika tidak demikian, maka balok yang telah tersusun dianggap tidak sah. Saat 4 orang peserta sedang asyik lomba berpacu dengan waktu di dalam ruangan, peserta yang lain menunggu di teras kelas. 

Pemandangan berbeda tampak dari area lomba menjaring ikan. Hal itu dipicu karena arena perlombaan menjaring ikan yang memang dihelat di ruangan terbuka, halaman sekolah. Dua aquarium ikan di letakkan di pusat arena yang dibatasi oleh tali rumput jepang yang diikatkan ke empat tiang. Di pojok bagian Utara terdapat satu aquarium kaca yang menampung stok ikan lele, satu ember sedang dan gayung untuk mengisi stok air. 

(Dokumentasi pribadi: Arena lomba menjaring ikan lele)

Jaring-jaring ikan berukuran kecil masing-masing tiga buah diletakkan di dekat dua aquarium. Sementara enam orang peserta akan dipanggil sesuai dengan nomor urut. Enam orang peserta itu dibagi menjadi dua kelompok: tiga orang di aquarium pertama, sedangkan sisanya di aquarium kedua. Masing-masing mereka harus beradu cepat menyerok ikan lele dalam durasi waktu 2 menit. Kuncinya, siapa penyerok ikan lele paling banyak dialah pemenangnya. Kebetulan perlombaan ini menggunakan sistem gugur. 

Butuh waktu satu jam setengah sampai dua jam-an untuk memastikan seluruh kategori lomba selesai. Sembari menunggu rekapitulasi penilaian hasil perlombaan semua peserta dan pengantar diarahkan untuk menuju panggung utama. Di sana mereka disuguhkan beberapa tampilan dari para santri Baitul Qur'an Tulungagung.

Adapun rangkaian penampilan dari para santri tersebut di antaranya ialah Tilawatil Qur'an, membacakan Asmaul Husna yang disertai gerakan, Tahfidzul Qur'an hingga pembacaan puisi. Tak ketinggalan, penampilan finalis dari lomba hafalan surat-surat pendek juga sempat mengisi waktu senggang sebelum pengumuman para pemenang lomba. 

Rangkaian penampilan tersebut cukup manjur mengatasi rasa jenuh dan kebosanan para peserta dan pengantar. Dalam hal ini  ustadz Fadhil selaku mc berperan penting. Sesaat kemudian barulah pihak panitia menyerahkan rekapitulasi hasil perlombaan. Tak butuh waktu lama untuk ustadz Fadhil memanggil deretan para pemenang lomba sesuai kategori. 

Juara lomba mewarnai diraih oleh:

Juara 1: Rafan dari RA Al Istighotsah

Juara 2: Jill Mahya dari TK Dharma Wanita IV

Juara 3: Rangga dari TK Dharma Wanita Ketanon

Adapun juara lomba menyusun balok disabet oleh:

Juara 1: Adel dari Dharma Wanita Simo

Juara 2: Fathan dari Paud Cahaya Bunda

Juara 3: Irsyad Zaidan (belum sekolah)

Kategori lomba hafalan surat-surat pendek dimenangkan oleh:

Juara 1: Naura

Juara 2: Nilna

Juara 3: Abil

Sedangkan untuk kategori lomba menjaring ikan lele juara 1 dimenangkan oleh peserta nomor urut 48 dengan skor 80. Juara 2 disabet oleh peserta nomor 14 dengan skor 75. Sedangkan penyabet juara 3 diraih oleh peserta nomor 37 dengan skor 72. 

Semua para pemenang mendapatkan sertifikat, piala, uang tunai dan beasiswa sekolah di yayasan LPIT Baitul Qur'an. Beasiswa sekolah itu hanya berlaku manakala para pemenang lomba melanjutkan sekolah di Baitul Qur'an. Sementara para peserta umum dapat mengunduh sertifikat digital melalui akun Instagram LPIT Baitul Qur'an.

Tak terlupakan, untuk memeriahkan sesi pengumuman, pengumuman juara itu diselingi dengan mengundian para pemenang door prize. Alhasil bagi mereka yang tidak mendapatkan juara juga turut bersuka cita karena berhasil mendapatkan door prize.[] (Roni Ramlan)


Guru Sebagai Warosatul An Biyya

(Dokumentasi pribadi: Ustadz Mardi sedang menyampaikan materi)

"Jaga sabarmu, tegakkan salatmu. Amalkanlah ilmu yang telah diteguk. Manfaatkanlah kekayaanmu untuk bersedekah serta berjihadlah dengan kekuasaan yang diamanahkan ke dalam genggamanmu".

Minggu kedua di bulan perdana semester genap, tepatnya Sabtu (14/01/2023), SDIT Baitul Qur'an Tulungagung kembali menghelat agenda up grade kompetensi dan wawasan dewan asatidz. Kajian rutin bulanan ini dinarasumberi oleh Ustadz Mardi, S. Pd.I. Onwer sekaligus founding father warung Berkah. Salah satu warung gratis untuk kalangan Mustadafin di sekitar Tulungagung. 

Ustadz Mardi memantik pembicaraan dengan upaya menghayati keadaan. Kebetulan kala itu hujan menghiasai sepanjang perhelatan kegiatan. Beliau menegaskan, bahwa saat terjadinya hujan adalah salah satu waktu mustajab. Waktu maqbulnya do'a atas segala bentuk hajat. Atas dasar itulah, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak memanjatkan do'a tatkala turunnya hujan.

Dengan gaya penuturan yang friendly, sharing dan cangkrukan, beliau sempat menyelipkan kerikil guyon yang menyentuh hati. Bahwa tatkala turunnya hujan adalah momentum yang tepat bagi para jomlo, orang yang terlilit utang, dan siapapun yang gelisah akan segala onak atas hidup untuk banyak melantunkan rangkaian do'a. Maka bersyukurlah atas diturunkannya hujan, bukan malah sebaliknya. 

Dalam sekejap beliau memfokuskan pembicaraan pada topik pembahasan mengenai urgensi eksistensi guru (dewan asatidz) dalam suatu lembaga pendidikan. Utamanya pendidikan yang berbasis agama Islam. Tak terkecuali dengan kehadiran SDIT Baitul Qur'an Tulungagung yang memiliki visi mencetak generasi qur'ani dan menjunjung tinggi nilai-nilai ahlul qur'an. Lebih lanjut, beliau menyebutkan bahwa mengamalkan Al-Qur'an sebagai pedoman dan lentera kehidupan adalah poin penting pertama yang harus dimiliki oleh seluruh sumber daya manusia lembaga. Utamanya berlaku bagi seluruh dewan asatidz. 

Mengamalkan Al-Qur'an sebagai pedoman dan lentera kehidupan adalah keutamaan amal. Sehingga sebaik-baiknya mukmin adalah yang mempelajari Al-Qur'an, mengajarkan dan mengamalkannya. Hal yang demikian berlaku karena ahlul Qur'an memiliki esensi yang sama dengan titah menegakkan salat dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Tumbuh-kembang dan bercongkolnya rasa diawasi oleh Allah SWT. sebagai barometer tampilnya sikap Ihsan dalam tindak-tanduk umat Islam. Dalam konteks inilah ayat aqiimus shalah berkorespondensi dengan ayat inna shalaati 'anil fahsyai wal mungkar. 

Kedua, guru pada dasarnya adalah warosatul an biyya. Penerus; pewaris penegak kebajikan yang dilakukan oleh para utusan Allah. Maka pertanyaan mendasarnya: Sudah layakkah kita (sebagai seorang guru) disebut dan mengemban amanah Warosatul An Biyya? Pertanyaan ini tentu harus dijawab dengan penuh penghayatan, kesadaran dan tanggung jawab sebagai seorang hamba. Introspeksi diri sebagai kuncinya. 

Proses introspeksi diri tersebut dapat dimulai dengan mengevaluasi niat yang terhujam di dalam sanubari masing-masing kita. Apakah kita sebagai seorang guru sudah bekerja dengan penuh rasa ikhlas atau tidak? Bekerja semata-mata karena hendak mencari berkah atau karena alasan tergiur jumlah nominal materi saja. Bukankah janji Allah SWT benar-benar nyata dan berkali-kali ditegaskan dalam Al-Qur'an mengenai balasan apa yang akan dituai oleh para pelaku yang berjuang di jalan Allah. 

Pendek kata, dalam konteks ini rasa dan sikap ikhlas sebagai timbangan penilaian amal perbuatan kita. Alhasil, penilaian ini akan berdampak pada proses dan capaian kinerja. Maka dalam hal ini niat bukan sekadar soal kreteg ati tapi bicara banyak tentang goals. Terlebih-lebih dewan asatidz berperan sebagai "Amil" di lembaga pendidikan Islam dan Tahfidz Baitul Qur'an Tulungagung. 

Ketiga, masalah adalah keniscayaan yang lumrah terjadi. Tampaknya sudah menjadi rahasia umum jikalau suatu lembaga tidak pernah terbebas dari konflik internal dan eksternal di lingkungan sekitar. Justru kecamuk dan gunungan konflik itu tidak lain adalah proses pembelajaran alami. Setiap konflik yang mencuat ke permukaan akan senantiasa menyelipkan butiran hikmah yang mendewasakan setiap orang yang bersangkutan. Hal itu berlaku bagi orang-orang yang mau berpikir dan berjiwa melek.

Kendati demikian, berjejalnya konflik dalam suatu lembaga juga akan berdampak negatif pada ritme, motivasi dan capaian kinerja sumber daya manusia lembaga. Tidak menutup kemungkinan pula kerikil konflik itu memancing kehadiran sikap-sikap egoisme dan tercela. Misalnya saja hasad, dengki, adu domba, fitnah dan lain sebagainya. 

Sebagai jalan keluarnya, maka berkonfliklah dengan ilmu. Meski konflik itu bersifat wajar akan tetapi perbedaan cara pandang, kedewasaan dalam menyikapi dan kematangan dalam menyelesaikan konflik juga menjadi salah satu unsur penting yang harus dipertimbangkan. Begitulah seseorang yang berilmu, ia tidak akan gegabah, mudah goyah dan menghalalkan segala cara untuk menyelesaikan konflik secara egois. Namun orang yang bersangkutan juga akan mempertimbangkan baik-buruknya bagi stabilitas lingkungan sekitar. 

Keempat, tazkiyaatun nufus. Tazkiyaatun nufus di sini bermakna mensucikan jiwa dari berbagai cela yang dapat mengotori hati. Cela dan kekotoran hati yang ditumbulkan dari berbagai hiruk-pikuk onak yang merongrong keajegan manusia dalam menunaikan ibadah dan kebaikan. Tak terkecuali kotoran dan cela yang ditimbulkan oleh konflik di antara sesama manusia yang laten mendera di lingkungan kerja. Di antaranya sifat hasad, tamak, ghodob, mengumbar hawa nafsu dan lain sebagainya.

Hadirnya sifat hasad adalah pintu gerbang pertama masuknya setan untuk menguasai dan mengontrol kecondongan hati nurani kita pada kebajikan. Sifat hasad pada dasarnya muncul karena kecemburuan terhadap nikmat yang ada pada diri seseorang. Alhasil orientasi dari sifat hasad adalah kehendak (harapan) perpindahan atas satu nikmat yang dirasakan seseorang kepada orang yang memiliki sifat hasad tersebut. Orientasi sifat hasad yang demikian inilah yang determinasi merusak keramahan dan kesahajaan lingkungan hidup sekitar. Merusak diri pelaku dan korban. 

Kendati demikian, ada pula iri atau kecemburuan sosial yang bersifat positif, Ghofthoh. Ghofthoh berarti cemburu atau iri terhadap nikmat yang ada di dalam diri seseorang namun tidak disertai dengan harapan ataupun kehendak berpindahnya nikmat tersebut. Dengan kata lain, ghofthoh adalah menjadikan iri sebagai alasan kenapa seseorang harus mampu meraih nikmat (kesuksesan) seperti yang dimiliki oleh orang lain. Jika kita meminjam terminologi yang berlaku dalam rumpun sosiologi, ghofthoh sama halnya dengan identifikasi. Menjadikan kecemburuan sosial sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik bukankah hal yang absah?

Timbulnya sifat hasad sendiri tidak lain ditengara oleh sifat tamak yang berkecamuk hebat di dalam diri seseorang yang bersangkutan. Tamak dalam kamus besar bahasa Indonesia offline bermakna serakah; loba; rakus; selalu ingin memperoleh banyak untuk diri sendiri. 

Lebih lanjut disebutkan, bahwa sifat tamak dapat membinasakan pelaku yang melanggengkan kehadirannya di dalam diri. Kenapa demikian? Sebab tamak lebih berbahaya daripada hewan yang paling buas di muka bumi. Lantas tamak dianalogikan dengan dua ekor serigala yang kelaparan tidak lebih tamak daripada manusia yang membanggakan diri dan mengharapkan jabatan. 

Dalam kitab Ihya 'Ulumuddin disebutkan Rasulullah SAW bersabda: "Ada tiga sifat yang dapat membinasakan manusia: 1. Sikap bakhil (pelit) yang dipatuhi. 2. Hawa nafsu yang diikuti. 3. Merasa bangga dengan diri sendiri". 

Tamak yang sudah tidak dapat terkontrol dan terus menganga dengan mudah akan mengantarkan kita pada sikap ghodob, marah. Kemarahan sendiri selalu hadir karena kecekakan dalam berpikir, akibat dangkalnya pengetahuan dan kewarasan yang sudah tercemari oleh kehendak hawa nafsu. Hawa nafsu sendiri memiliki sifat negatif dan destruktif. 

Kendati demikian hawa nafsu tidak dapat dihilangkan dalam diri manusia. Sebab manusia hidup, salah satunya karena faktor adanya nafsu yang menggelora. Menggerakkan tindak-tanduk kita untuk melakukan sesuatu. Tanpa adanya nafsu yang bersemayam di dalam diri, bisa saja manusia sirna dari carut-marut perubahan alam semesta. 

Menyikapi hal yang demikian maka kita hanya mampu mengontrol kecondongan hawa nafsu dengan langkah kebajikan. Menipiskan kecenderungan hawa nafsu yang membabi buta menjadi bahasa dan gerak-gerik yang lebih halus sekaligus dapat dikendalikan. Berimam pada kemurnian hati nurani yang senantiasa menuntun kita pada kebajikan.

Sebagai upaya konkret dalam berkiblat pada kemurnian hati nurani, alangkah baiknya kita juga beristikamah dalam menegakkan ritual peribadatan. Sebab kebiasaan yang kita lakukan akan menjadi karakter pribadi kita masing-masing. Oleh karena itu maka jaga sabarmu, tegakkan salatmu. Amalkanlah ilmu yang telah diteguk. Manfaatkanlah kekayaanmu untuk bersedekah serta berjihadlah dengan kekuasaan yang diamanahkan ke dalam genggamanmu.[] (Roni Ramlan)


Tips Menjadi Penghafal Al-Qur'an

 

(Dokumentasi pribadi: Ustadzah Diyah sedang menyampaikan amanat upacara bendera)

"Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya", (Q.S. Al-Qiyamah: 17)

Minggu ketiga masuk sekolah, Senin (16/01/2023) siswa-siswi SDIT Baitul Qur'an Tulungagung kembali mengawali rutinitas pembelajaran dengan upacara bendera. Seperti biasanya, upacara bendera berlangsung di halaman sekolah. Kebetulan petugas protokoler upacara bendera kali ini diambil dari siswa-siswi kelas 6. 

***

Tidak ada otak yang tak bisa

Yang ada hanya belum terbiasa

Untuk terbiasa maka harus dipaksa

Saya bisa

Pasti bisa

Insyaallah bisa

Bisa, bisa, yes.

Menghafal itu mudah.

Murja'ah lebih asyik.

Allahu Akbar.

***

Yel-yel Tahfidzul Qur'an dipekikan ustadzah Sugeng Rahayu Nur Widayah (selanjutnya disapa ustadzah Diyah, panggilan akrab) setelah menanyakan kabar untuk membuka amanat yang hendak beliau sampaikan kepada partisipan upacara bendera kali ini. 

Adapun tema yang diusung ustadzah Diyah dalam sesi amanat upacara bendera Senin ini adalah Tips Menjadi Penghafal Al-Qur'an. Menurut beliau, terdapat enam tips untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur'an. Lantas, apa saja enam tips untuk menjadi penghafal Al-Qur'an tersebut? 

1. Niat Menjadi Penghafal Al-Qur'an 

Poin penting pertama yang harus dimiliki oleh seseorang yang hendak--mewujudkan cita-cita, mimpi--menjadi seorang hufadz adalah niat yang murni dan lurus. Kemurnian niat ini akan memengaruhi tahapan proses yang harus dilalui dalam menghafal Al-Qur'an. 

Mengapa demikian? Sebab dalam prakteknya, dalam menghafal Al-Qur'an sendiri akan mendapatkan rintangan yang tidak ringan. Baik itu rintangan yang sifatnya datang dari dalam diri sendiri ataupun timbul dari faktor eksternal yang hadirnya di luar dugaan.

2. Memperbaiki Bacaan (Tahsin)

Cara kita membaca Al-Qur'an menjadi poin penting kedua yang perlu diperhatikan. Seseorang yang hendak atau telah menjadi hufadz alangkah baiknya membiasakan membaca Al-Qur'an. Mengapa harus demikian? Sebab tradisi membaca Al-Qur'an yang terdisiplinkan (jam terbang) akan memengaruhi kualitas bacaan.

Rumus yang berlaku dalam tahsin, adalah semakin kita terbiasa membaca Al-Qur'an maka secara otomatis kita akan dituntut untuk memperbaiki setiap kesalahan yang dilakukan. Baik itu Tahsin dalam rangka memperbaiki kekurangtepatan yang ditinjau dari sudut pandang hukum tajwid ataupun tatkala melafalkan huruf Hijaiyah. Perbaikan bacaan ditinjau dari hukum makhorijul huruf. 

3. Mengulang-ulang Ayat yang Akan Dihafalkan

Setelah melakukan tahsin dengan mempertimbangkan validitas hukum tajwid dan makhorijul huruf, seorang calon hufadz juga dituntut untuk membaca ayat Al-Qur'an yang akan dihafalkan secara berulang-ulang. Pertanyaan mendasarnya, ayat yang akan dihafalkan tersebut harus dibaca sebanyak berapa kali? 

Menurut ustadzah Diyah, dengan merujuk pada keumuman yang berlaku baik dari pengalamannya selama mengajar di Baitul Qur'an ataupun bercermin dari lembaga lain, seorang hufadz akan hafal terhadap ayat-ayat Al-Qur'an tertentu setelah ayat yang bersangkutan dibaca minimal 10 kali. 

Jikalau ayat tersebut sudah dibaca sebanyak 10 kali akan tetapi belum juga hafal, maka sangat dianjurkan seorang hufadz untuk membaca ayat Al-Qur'an yang akan dihafalkan sebanyak 15 kali. Sementara jika dalam prakteknya cara itu belum juga ampuh, maka seorang hufadz bisa membaca ayat yang bersangkutan sebanyak 20 kali. Kelipatan dalam mengulangi bacaan itu terus ditingkatkan sampai hufadz yang bersangkutan benar-benar hafal terhadap ayat-ayat tersebut. 

Lantas, bagaimana dengan kasus seseorang yang hafal dalam satu kali bacaan saja? Hal itu berarti menandakan kualitas ingatan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan kuat. Kendati demikian ingatan itu akan lebih afdhol manakala mencukupi patokan minimal baca 10 kali. 

Yang perlu diperhatikan dalam konteks mengulang-ulang ayat yang akan dihafalkan di sini, adalah jangan sampai seorang hufadz langsung menghafalkan ayat Al-Qur'an sebelum melalui tahapan proses tahsin terlebih dahulu. Mengapa harus demikian? Sebab hal ini menyangkut porsi benar-salah bacaan ayat Al-Qur'an yang dihafalkan tersebut. 

Jika ternyata ayat Al-Qur'an yang dihafalkan tersebut telanjur dibaca dengan bacaan yang salah maka tidak hanya menyebabkan dosa melainkan juga harus melakukan perbaikan atas ayat yang dihafalkannya. Dan memperbaiki kesalahan dalam hafalan itu bukanlah sesuatu hal yang mudah. Karena hal itu menyangkut bongkar pasang (relokasi) inventarisasi ingatan sang hufadz. 

4. Muraja'ah

Setelah seorang hufadz hafal terhadap ayat-ayat Al-Qur'an melalui tahapan membaca secara berulang-ulang bukan berarti tugasnya telah selesai. Justru tugasnya disambung dengan kewajiban bagaimana caranya untuk menjaga hafalan yang dimiliki supaya tidak lupa dan hilang. Metode yang paling baik untuk menjaga hafalan adalah dengan muraja'ah. 

Metode muraja'ah sendiri berarti mengulangi hafalan secara kontinuitas. Diulang kembali secara terus-menerus tanpa putus-putus. Analogi yang digunakan adalah seperti halnya mengasah sebilah pisau yang kerapkali diasah maka akan semakin tajam. Begitu juga dengan hafalan. Semakin terdisiplinkan muraja'ah maka akan semakin kuat hafalan yang dimiliki.

Dalam prakteknya, muraja'ah bisa dilakukan dengan dua cara: secara mandiri dan setoran. Murja'ah secara mandiri dilakukan dengan membiasakan diri membaca Al-Qur'an. Sedangkan muraja'ah dengan setoran, hufadz akan membacakan hafalannya di depan salah seorang guru atau teman sejawatnya lantas setiap bacaannya akan dievaluasi. 

5. Do'a kedua orangtua dan ustadz-ustadzah untuk kelancaran hafalan

Hal yang tidak kalah penting dalam proses menghafalkan Al-Qur'an adalah keikhlasan dan rida dari dua orang yang berperan penting dalam hidup seorang hufadz, yakni orang tua dan guru. Alangkah baiknya seorang hufadz juga memohon do'a restu kepada orang tua sebelum menghafalkan Al-Qur'an. Do'a restu itu diminta tatkala kita hendak berangkat ke sekolah atau sebelum memulai hafalan.

Tak lupa seorang hufadz yang baik tentu juga berkewajiban memohon do'a restu kepada guru (dewan asatidz) selaku yang mendidik dan mengajarkan mengenal huruf Hijaiyah sehingga bisa membaca Al-Qur'an. Ikhlas dan rida dari seorang guru juga tak kalah penting dari orangtua untuk mencapai tujuan mulia dari hafalan Al-Qur'an.

Melalui do'a restu yang ikhlas dan rida dua orang yang berperan penting dalam hidup seorang hufadz tersebut semoga akan menjadi jembatan penghantar yang dapat memudahkan proses menghafal. Tidak hanya kemudahan dalam prosesnya namun juga menaruh harapan besar kelak hafalannya akan bermanfaat.

6. Salat malam

Sebagai pamungkas, ustadzah Diyah juga menegaskan bahwa seorang hufadz selaiknya melanggengkan salat malam. Salat malam ini ditujukan untuk mohon restu kepada Allah SWT supaya dimudahkan dalam menghafal. Selain itu, seorang hufadz juga dapat menjadikan momentum waktu sepertiga malam untuk menambah hafalan. Sebab waktu-waktu menjelang Subuh adalah waktu yang baik untuk belajar dan mengisi otak sebelum terisi penuh dengan yang lain.[] (Roni Ramlan)

Senin, 09 Januari 2023

Adab Pelajar di Dalam Kelas

 

(Keterangan foto: Ustadzah Asna sedang menyampaikan amanat)

"Al adaabu fauqol ilmu"

Minggu kedua masuk sekolah, Senin (09/01/2023) SDIT Baitul Qur'an Tulungagung kembali menghelat upacara bendera. Adapun yang menjadi pembina upacara bendera kali ini adalah ustadzah Asna Silvia Febriana, M. Pd. (selanjutnya disebut ustadzah Asna). Satu-satunya guru  mata pelajaran bahasa Inggris yang dimiliki lembaga.

Pada kesempatan sesi amanat upacara bendera ini beliau mengusung topik pembahasan mengenai Adab di Dalam Kelas. Menurut beliau terdapat delapan adab yang harus dimiliki oleh seorang pelajar tatkala berada di dalam kelas. Kedelapan adab tersebut ialah sebagai berikut.

Niat karena Allah SWT

Seorang pelajar alangkah baiknya memiliki niat yang tulus dalam thalabul 'ilmi di sekolah. Niat itu harus terpancangkan kuat di dalam hati semenjak ia hendak berangkat ke sekolah. Mengapa demikian? Sebab niat yang terhujam di dalam diri masing-masing pelajar akan berpengaruh pada capaian dan hasil dari proses pembelajaran selama di sekolah. 

Seorang pelajar yang semenjak dari rumah memiliki niat untuk bermain tatkala di sekolah tentu tidak akan mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajarannya. Begitupun sebaliknya, seorang pelajar yang memiliki niatan tulus dan lurus mencari ilmu tatkala di sekolah maka insyaallah akan menengguk nikmatnya ilmu yang diraihnya. 

Hal itu menegaskan bahwa niat memiliki posisi yang fundamental dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pelajar. Kadaritas niat yang benar-benar tulus, lurus dan mantap berjuang di jalan Allah--dalam konteks ini mencari ilmu pengetahuan sekaligus menggugurkan kewajiban sebagai seorang hamba--hanya karena Allah SWT yang menjadikan seorang pelajar akan tetap istikamah.

Berdoa sebelum belajar

Hal penting kedua yang perlu diperhatikan oleh seorang pelajar tatkala mencari ilmu adalah berdoa sebelum belajar. Berdoa sebelum belajar dapat diartikan sebagai prepare--secara fisik dan psikis; raga dan jiwa--untuk memasuki gerbang ilmu. Melalui berdo'a kita berharap akan dimudahkan dalam proses dan mencapai hasil yang maksimal.

Dalam prakteknya, Alhamdulillah, selama ini setiap jenjang kelas yang ada di SDIT Baitul Qur'an Tulungagung sudah terbiasa memanjatkan doa sebelum belajar. Bahkan, pembiasan berdoa sebelum belajar itu digenapkan pula dengan budaya salat duha, Tahfidzul Qur'an dan salat duhur berjamaah di sekolah. 

Mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru dengan sungguh-sungguh

Ketiga, adab yang harus dimiliki oleh seorang pelajar tatkala di dalam kelas adalah mendengarkan seluruh materi yang disampaikan oleh guru dengan bersungguh-sungguh. Hal ini penting dilakukan, mengingat tersampaikan, dipahami dan diamalkan terhadap materi  tertentu salah satunya sangat bergantung pada bagaimana gaya seorang pelajar mendengarkan materi. 

Seorang pelajar yang tidak fokus dan konsentrasi tatkala guru menyampaikan materi tentu pemahamannya terhadap materi tidak akan utuh dan sempurna: mengalami distorsi, reduksi dan disorientasi. Alhasil pelajar yang bersangkutan akan mengalami kesulitan tatkala diinstruksikan untuk menerangkan ulang terkait materi yang telah disampaikan, mengerjakan soal hingga kebingungan tatkala dihadapkan dengan ujian.

Sebaliknya, pelajar yang sungguh-sungguh mendengarkan materi ia akan dengan mudah memahami, mengerjakan soal hingga mengaplikasikannya sesuai dengan tuntutan keadaan yang sedang dihadapi. Bukankah menjadi seorang pelajar yang penuh antusias dan sungguh-sungguh dalam mendengarkan materi itu lebih baik?

Menjaga Kebersihan kelas

Dalam sebuah hadits disebutkan, "Athahuru sathrul minal ima" (kebersihan itu sebagian dari iman). Hadits tersebut mengingatkan kita semua--selaku umat Islam--bahwa agama Islam memerintahkan kita untuk senantiasa menjaga kebersihan. Baik itu kebersihan diri, batin hingga lingkungan. 

Tak terkecuali, hal yang sama berlaku pula untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar di mana seorang pelajar menuntut ilmu, sekolah. Lebih tepatnya kelas. Pada dasarnya lingkungan sekolah adalah tanggung jawab seluruh sumber daya manusia lembaga yang ada akan tetapi hal itu akan menjadi ringan manakala sekolah memiliki staf kebersihan lingkungan sendiri. 

Kendati demikian, sebagai upaya mendisiplinkan dan melatih sikap tanggung jawab yang terbenam di dalam diri masing-masing pelajar maka kebersihan kelas diamanahkan kepada mereka. Atas dasar demikian itu pula maka hadir jadwal piket dan struktur perangkat kelas. 

Kehadiran jadwal piket itu menandakan bahwa kenyamanan lingkungan kelas sangat dipengaruhi tanggung jawab dan kedisiplinan siswa-siswi. Menghelat kegiatan pembelajaran dengan keadaan kelas yang bersih, rapih dan nyaman tentu aka memiliki proses dan hasil yang berbeda dengan keadaan kelas yang kotor, semrawut dan sistem pencahayaan yang buruk.

Tidak sedikit siswa-siswi yang berprestasi muncul dan berkembang dari lingkungan sekitar yang mendukung. Baik itu secara sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta kebersihan lingkungan sekitar sekolah yang terdisiplinkan. Bukankah mata dan diri kita akan sangat nyaman manakala belajar di tempat yang indah, nyaman dan bersih?

Izin ketika ada kepentingan untuk keluar kelas

Selanjutnya, poin penting yang perlu diperhatikan seorang pelajar di dalam kelas adalah membudayakan izin terlebih dahulu tatkala ada kepentingan keluar kelas yang mendesak. Kepentingan keluar kelas yang mendesak di sini dapat diartikan sebagai kebutuhan primer secara personal. Misalnya saja kebutuhan kebelet buang air kecil dan besar, hendak buang angin, membasuh hidung yang tersumbat karena flu serta lain sebagainya.

Membudayakan izin tatkala ada kepentingan pribadi ini penting dilakukan sebab dampaknya juga berkaitan langsung dengan kenyamanan lingkungan kelas. Seorang pelajar mana mungkin akan mampu berkonsentrasi penuh mengikuti pembelajaran sedangkan dirinya menahan rasa ingin buang air kecil. 

Bentuk kalimat izin karena kepentingan pribadi ini bervariatif, tergantung dengan mata pelajaran apa yang sedang dihelat. Misalnya saja kita hendak izin ke kamar mandi tatkala pembelajaran bahasa Inggris tentu akan elok jika seorang pelajar izin dengan menggunakan bahasa Inggris. Begitupun seterusnya.

Yang terpenting dalam persoalan meminta izin ini harus memuat unsur: Sopan santun, bahasa baku, dan kontekstual. Tidak elok pula jika seorang pelajar meminta izin ke kamar mandi untuk buang air kecil namun faktanya ia malah pergi ke kantin sekolah atau justru malah bermain-main dengan temannya. Tak baik pula, jika seorang pelajar yang berkepentingan keluar kelas karena hajat tertentu namun ia main selonong begitu saja. 

Jangan membuat gaduh (mengajak teman-temannya untuk gaduh)

Tatkala seorang pelajar mengikuti pembelajaran atau pun ada di dalam kelas alangkah baiknya ia tidak membuat gaduh. Baik itu kegaduhan yang ditimbulkan dengan maksud menghibur diri atau secara sengaja (terang-terangan) mengajak teman-temannya untuk gaduh. Tentu saja tindakan itu tidak elok, sebab kebisingan yang ditimbulkan dapat memecah tingkat konsentrasi dan fokus siswa-siswi lain dalam mengikuti proses pembelajaran. 

Proses pembelajaran yang diwarnai dengan kegaduhan tentu tidak akan maksimal dan efektif. Terlebih-lebih kegaduhan itu dapat menyulut emosi dan ketegangan otot penghuni semua jenjang kelas yang ada di sekolah yang bersangkutan. 

Jangan mudah putus asa 

Salah satu budaya yang berlaku di sekolah adalah pelajar alergi terhadap beberapa mata pelajaran yang dipandang sulit. Misalnya kasus yang banyak ditemukan di SDIT Baitul Qur'an Tulungagung dan lainnya, secara general mayoritas pelajar tampaknya sepakat memandang mata pelajaran matematika, bahasa Inggris, bahasa Jawa tergolong mata pelajaran yang sukar dipahami.

Alasan itu pula yang kemudian kerap menjadi batu sandungan mengapa pelajar kerap berputus asa sebelum benar-benar mencicipi materi pelajaran yang diajarkan. Kendati demikian saya kira itu bukanlah satu alasan yang statis atau pun gunungan es yang tak bisa mencair, sebab kesukaran itu dapat dipecahkan manakala sedari awal: persepsi, antusias dan keyakinan pelajar  senantiasa dikondisikan positif thinking sekaligus dimotivasi bahwa mata pelajaran itu mudah. 

Jika pun suatu materi pelajaran sedikit sukar untuk dipahami dan dimengerti melalui cara tertentu, maka seorang guru yang kreatif dan inovatif dapat mengajarkan materi pelajaran melalui pendekatan dan metode yang lebih efektif. Di samping itu, pelajar juga dituntut aktif bertanya tatkala menemukan materi yang sungkar dipahami. Upaya-upaya tersebut penting dilakukan untuk menunjang sinerginya pemahaman atas materi.

Berdoa ketika selesai belajar

Sebagai pamungkas dari proses pembelajaran, tak lupa selaiknya seorang pelajar juga harus menutupnya dengan rapalan do'a. Jika di awal pembelajaran pelajar menjadikan doa untuk membukakan pintu pemahaman atas ilmu yang dipelajari, maka doa yang dipanjatkan setelah proses pembelajaran bertujuan memohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT atas ilmu yang telah terpahami. 

Melalui doa penutup pembelajaran, sesungguhnya kita sedang menitipkan pemahaman atas ilmu dan berharap pemilik samudera ilmu senantiasa menjaga keutuhan keterpahaman dalam ingatan dan hati nurani yang terpancangkan.[] (Roni Ramlan)

Minggu, 01 Januari 2023

Pentingnya Meluruskan Niat Sebelum Melakukan Satu Perkara

 

(Foto: Ustadzah Balqis sedang menyampaikan motivasi pagi)

"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga", (HR. Muslim)

Senin (02/01/2023) SDIT Baitul Qur'an Tulungagung kembali menghelat apel pagi sebagai kegiatan perdana di semester genap tahun akademik 2022/2023. Pada apel perdana ini ustadzah Balqis Jazillatul Habib (selaku guru Tahfidzul Qur'an yang selanjutnya dipanggil Balqis) tampil sebagai motivator dan fasilitator dalam apel ini.

Apel pagi ini diluar sekema awal yang menginisiasi pembukaan semester genap dengan menghelat upacara bendera. Akan tetapi karena cuaca tidak mendukung, yang sedari Subuh mendung bahkan di beberapa wilayah kecamatan Kedungwaru telah mengalami hujan deras maka rencana upacara bendera pun diurungkan.

Karena terkendala cuaca hujan ini pula tidak sedikit siswa-siswi dan dewan asatidz yang izin datang terlambat, bahkan ada pula siswa-siswi yang izin tidak bisa masuk. Entah itu izin karena sakit, terkendala acara keluarga dan lain sebagainya. Ironisnya, ketidakhadiran siswa-siswi itu terjadi secara merata, hampir ada di semua jenjang kelas.

Kendati demikian, fakta itu tidak menyurutkan niat semua elemen yang hadir pada pagi ini di sekolah untuk tetap menghelat apel pagi. Apel pagi di hari perdana masuk sekolah setelah libur panjang semester ganjil ini penting untuk dilakukan mengingat percaturannya sebagai gerbang yang akan menentukan semangat, motivasi dan kedisiplinan belajar siswa-siswi ke depannya.

Titik tekan itu pula yang kemudian menjadi pembahasan ustadzah Balqis dalam menyampaikan motivasi paginya. Ustadzah Balqis menegaskan bahwa memiliki niat sebelum memulai suatu perkara itu penting. Tak terkecuali niat yang lurus, tulus dan semata-mata mengharapkan rida Allah SWT akan memengaruhi proses dan capaian suatu perkara yang akan dikerjakan tersebut. Utamanya niat yang harus dimiliki oleh seorang pelajar tatkala menuntut ilmu.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah disebutkan:

"Dari Abi Darda r.a. berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Bagi siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya ke surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya (memayungkan sayapnya) kepada penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut." 

Dari hadits tersebut kita semua menjadi tahu bahwa Islam mengajarkan (mewajibkan) seluruh umatnya untuk menuntut ilmu yang tidak terbatas. Kapan dan dimana pun. Satu keharusan yang dilakukan seluruh umat manusia mulai sejak lahir hingga tutup usia. Atas dasar itu pula maka tidak heran jika kemudian manusia dilekatkan dengan titel mahalul khatha' wa nisyan. Makhluk yang tidak pernah luput dari kesalahan dan lupa. 

Titel itu menegaskan bahwa manusia senantiasa berada pada tahapan peran "pembelajaran sejati". Maka dapat dikatakan wajar jika kemudian dalam tindak-tanduknya selalu tidak sempurna. Selaiknya anak kecil yang sedang belajar berjalan dengan tertatih, maka ia akan banyak terjatuh namun terus bangkit dan mencoba lagi. 

Begitupun penuntut ilmu, mungkin di hadapannya akan banyak rintangan yang menghalaunya dan terkadang membuatnya putus asa, akan tetapi jangan sampai yang demikian menjadikannya pantang arah dalam mewujudkan niat dan tekad kebaikannya. 

Bukankah dalam surat Al Insyirah Allah SWT telah mengingatkan umatnya, bahwa setelah kesulitan terdapat kemudahan. Di balik kemusykilan suatu persoalan senantiasa tersodor jalan keluar terbaik yang mencerahkan. 

Begitupun posisi penuntut ilmu, jika sebelumnya ia akan mengalami kegelapan, kekacaubalauan dan gelisah tatkala menatap setumpuk masalah dalam hidup, maka dengan ilmu yang mempelajari dan dipahami ia akan menjadi lentera penerang jalan menuju kebenaran yang membuatnya hidupnya sakinah.

Berlambar pada pandangan itu pula maka selaiknya seorang pelajar meluruskan niatnya dalam menuntut ilmu sehingga rasa ikhlas duduk (bersemayam kuat) di dalam hatinya. Tanpa upaya itu, bisa jadi niatnya akan goyah dan terkoyak oleh segala hal khas yang berbau hawa nafsunya. Alhasil, seluruh amal perbuatannya akan sia-sia belaka. 

Jangan sampai terhujam di dalam hati seorang penuntut ilmu tatkala berangkat ke sekolah sekadar untuk bermain, hiha hihi (ngobrol ngalor-ngidul dengan teman) dan semata-mata mendapatkan uang saku untuk jajan di kantin ketika waktu istirahat tiba. Terlebih-lebih berangkat ke sekolah hanya untuk asyik bermain lato-lato. Permainan yang booming akhir-akhir ini.

Tentunya seorang penuntut ilmu telah dzolim sekaligus mencederai peran dan status "pelajar" jika kemudian ia tidak menempatkan sesuatu hal tidak sesuai dengan tujuan pokok dan fungsi dari lembaga pendidikan yang menuntutnya untuk fokus menengguk ilmu. 

Sebagai pamungkas, ustadzah Balqis membakar semangat seluruh peserta apel pagi dengan memekikkan sepenggal dua penggal kalimat motivasi belajar. Tidak ketinggalan, beliau memberikan peringatan kepada seluruh siswa-siswi bahwa siapa pun yang kedapatan membawa dan memainkan lato-lato ataupun permainan lainnya di lingkungan sekitar sekolah maka akan permainannya dirampas dan ia mendapatkan sanksi. 

Bukankah menjadi siswa-siswi yang disiplin dan bertanggung jawab itu lebih baik? Oleh karena itu mari menjadi pembelajar sejati yang beretika, merawat kesadaran dan kerapkali membelalakkan kedua mata.[] (Roni Ramlan)


Classmeeting Part 2: Membangun Solidaritas dan Integritas Melalui Lomba

 

(Foto: Ustadz Fadhil memberikan arahan sebelum lomba dimulai)

Selain menghelat lomba menghias mie goreng (17/12/2022) yang sifatnya individual, pada hari selanjutnya, Senin (19/12/2022) SDIT Baitul Qur'an Tulungagung kembali menghidupkan semarak agenda kegiatan classmeeting part 2 dengan lomba kelompok. Lomba kelompok dalam konteks ini bermakna kompetisi antarakelas. 

Kompetisi antarakelas tersebut dibagi menjadi dua kategori: kelas bawah dan atas. Kelas bawah dihuni oleh siswa-siswi yang duduk di bangku kelas 1, 2 dan 3. Sedangkan kelas atas menghimpun siswa-siswi yang hampir menginjak usia adolsen, 4, 5 dan 6. Dua kategori kelompok peserta yang saling memperebutkan nominasi juara 1. 

Kategorisasi tersebut sengaja disetting sedemikian rupa dengan logika kerja mempertimbangkan bentuk fisik, kekuatan-masa otot dan perbedaan tingkat kedewasaan masing-masing kelas. Tentunya akan sangat timpang dan tidak adil jika kemudian dalam satu kasus lomba kelas 1 melawan kelas 6. Kemenangan kelas 6 tampaknya bukan sesuatu hal yang "wah" jika mendapatkan lawan yang dihadapi tidak seimbang. 

Tentu onak yang bersemayam dalam benak khalayak adalah pemenang lomba antarakelas itu telah disetting sejak awal. Sehingga kesan yang ditangkap dari perhelatan lomba tersebut hanya formalitas belaka. Mungkin kita masih ingat dengan sengkarut sepak bola gajah beberapa tahun silam yang sempat menggaduhkan kancah persepakbolaan Indonesia, nah seperti itulah arus utama persepsi yang akan mencibir pihak panitia. Persis tak jauh beda. 

Bedanya hanya dalam tataran istilah, cabang dan ruang lingkup cakupan peserta lomba yang digalakkan. Kasus di masa silam itu sepak bola gajah, ini lomba antarakelas gajah. Cabang olahraga yang dilombakan dahulu adalah sepak bola sedangkan dalam perhelatan lomba ini adalah estafet bola, kereta balon dan pensil botol. Ruang lingkup kompetisi sepak bola gajah itu memiliki cakupan nasional sedangkan lomba antarakelas ini bersifat interlokal. 

Begitu mungkin analogi logis borok (negatif; stigmatif) yang akan dituai dan menghujani pihak panitia jika tidak ada upaya pengkategorian peserta lomba dalam semarak agenda kegiatan classmeeting part 2. Maka dengan berbagai alasan dan banyak pertimbangan itu pula, pengkategorian lomba antarkelas itu dapat dikatakan sudah benar, sesuai dengan etika dan estetika lomba. 

Sebelum lomba dimulai, dengan sat-set (gerak cepat) pihak panitia menyulap halaman sekolah menjadi arena lomba. Ustadz Fadhil selaku instruktur lomba memberikan arahan kepada seluruh siswa-siswi, sementara beberapa panitia tampak sibuk menata arena. 

Tiga meja yang biasanya digunakan untuk mengaji kala itu ditata linier di tengah halaman. Sebagian panitia yang lain sibuk mengisi gelas plastik dengan air mentah yang diambil dari kran sekolah. Terdapat 30 gelas plastik dan 3 bola pingpong yang menjadi media lomba. Lantas masing-masing meja memuat 10 gelas plastik dan 1 buah bola pingpong.

Teknis perlombaan estafet bola ini, setiap kelompok terdiri dari 6 orang: 3 siswa dan 3 siswi. Masing-masing 3 orang tersebut mengantri di kedua ujung meja yang berkebalikan. Satu orang harus meniup bola pingpong yang diatruh di atas gelas yang berisi air tersebut dari gelas pertama hingga terakhir. Setelah itu bola pingpong ditiup kembali sampai 3 kali secara beruntun. Kelompok mana yang tercepat menyelesaikan lomba, itulah pemenangnya.

Dalam pelaksanaannya, setiap lomba kelompok tersebut dilakukan secara bergantian. Mula-mula kelas bawah terlebih dahulu yang melakukan kompetisi estafet bola. Masing-masing wakil kelas telah ditentukan oleh pihak panitia. Dalam hal ini sebenarnya bersifat fleksibel, terlebih jika wakil peserta yang telah ditunjuk tidak hadir. Entah itu karena sakit, izin ataupun alfa maka dapat digantikan oleh siswa-siswi satu kelas yang hadir. 

Hasil dari perlombaan estafet bola kelas bawah dimenangkan oleh kelompok kelas 2. Sedangkan untuk kategori lomba estafet bola kelas atas diraih oleh kelas 5. Kebetulan juara yang diambil dalam lomba kelompok ini hanya peraih juara 1. 

Kedua, lomba kereta balon. Dalam lomba ini masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang peserta campuran: siswa-siswi. Keenam peserta tersebut berbanjar membentuk permainan kereta-keretaan. Lantas mereka bertolak dari satu tempat ke tempat lain yang telah disediakan balon. Tugas mereka adalah mengambil balon sehingga setiap orang dalam kelompoknya memegang satu balon.

Setiap kali mengambil satu balon maka peserta akan kembali ke tempat bertolak untuk menjemput temannya. Setiap kali mengambil satu balon maka akan dipegang oleh satu orang. Posisi balon harus konstan, tidak boleh jatuh ataupun pecah. Masing-masing kelompok beradu cepat. Kelompok mana yang tercepat menyelesaikan tantangan, ialah pemenangnya.

Aturan penentuan pemenangnya masih sama dengan lomba sebelumnya, masing-masing kategori diambil satu juara. Titel juara dalam lomba kereta bola kategori kelas bawah kembali disabet oleh kelas 2, sedangkan kelas atas dijuarai oleh kelas 6.

Adapun perhelatan lomba pensil botol menjadi pamungkas. Konteks pensil botol di sini bermakna satu kelompok peserta harus memasukkan pensil yang menjadi pusat dari ikatan pinggang mereka. Masing-masing kelompok terdiri dari enam orang: siswa-siswi. 

Dalam pelaksanaannya, mereka yang terlibat dalam lomba pensil botol ini satu sama lain harus saling mengingatkan dan mengamati arah pensil sekaligus lubang botol. Sementara satu orang dari mereka bertugas sebagai pemimpin yang memberikan arahan: ke mana pensil itu harus dimasukkan, apakah tegak pensil sudah presisi dengan lubang botol atau belum, dan mengatur tingkat kencang-kendornya rumput jepang yang terikat di pinggang mereka.

Teknis perlombaannya, masing-masing kelompok bertolak dari tempat start menuju letak botol yang telah ditentukan panitia. Mereka berjalan bersamaan dengan catatan tidak boleh mengendurkan tali yang terikat di pinggang mereka. Setelah sampai persis mengelilingi letak botol tujuan, mereka mulai memasukan pensil secara pelan-pelan. Kelompok mana yang tercepat, itulah pemenangnya. 

Dalam perlombaan pamungkas ini, lagi-lagi kelas 2 kembali tampil sebagai juara dari kategori kelas bawah. Sedangkan tropi juara 1 kategori kelas atas diambil alih oleh kelas 4. Jika diperhatikan lebih lanjut, kelas 2 berhasil menyabet gelar juara umum perlombaan. Adapun kelas atas membagi tropi juara secara merata. 

Hikmah dari perhelatan tiga lomba kelompok antarkelas ini setidaknya dapat melejitkan tali persaudaraan, rasa tanggung jawab, kedisiplinan dan kepedulian serta sikap kesetiakawanan dalam interaksi sosial--baik tatkala mereka berada di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat--di antara masing-masing seluruh siswa-siswi yang ada di SDIT Baitul Qur'an Tulungagung.[] (Roni Ramlan)

Tulungagung, 01 Januari 2023


Classmeeting: Menghias Mie Goreng

(Foto: Nominasi juara menghias mie goreng)

Salah satu upaya untuk menghidupkan masa transisi setelah pelaksanaan penilaian akhir semester (PAS) ganjil sembari menanti momentum pembagian raport, SDIT Baitul Qur'an Tulungagung menghelat kegiatan Class Meeting. Class Meeting semester ganjil ini mengusung konsep menghias mie goreng. Menghias atau menata berbagai jenis makanan di atas piring untuk dijadikan penilaian di depan juri dalam dunia kuliner familiar disebut dengan istilah platting.

Terhitung beberapa hari sebelum acara, segelintir panitia inti yang merupakan dewan asatidz SDIT Baitul Qur'an Tulungagung tampak sibuk merumuskan konsep acara. Sebagai hasilnya, Kamis (14/12/2022) pengumuman resmi yang berisikan pemberitahuan akan dihelatnya acara Class Meeting di-share ustadzah Elly (sapaan akrab) di grup utama dewan asatidz SDIT Baitul Qur'an Tulungagung. 

Setelah pengumuman resmi itu dianggap fiks dan sesuai dengan konteks acara lantas semua guru wali kelas diinstruksikan untuk meneruskan pengumuman itu ke grup wali kelas masing-masing. Mengetahui hal itu mayoritas wali santri pun tampak setuju dan mengapresiasi. Kendati kemudian di setiap kelas ada segelintir siswa yang izin tidak bisa mengikuti acara karena terhalang sakit dan acara keluarga.

Jumat (16/12/2022) dewan asatidz menghelat rapat di kantor. Rapat ini digelar dalam rangka persiapan dua acara: Class Meeting dan Daurah Tahfidz. Mula-mula rapat fokus mendedahkan konsep dan runtutan pelaksanaan acara Class Meeting. Susunan panitia pelaksana, kategori dan teknis acara tidak luput dibahas di dalamnya. Hampir semua pihak yang hadir mendapatkan tugas yang sama rata. 

Ustadzah Asna selaku ketua pelaksana acara tampil dominan mempresentasikan konsep acara. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk mencapai kata sepakat dan jelas di benak semua partisipan yang hadir. Lantas rapat menginjak pembahasan acara yang kedua, Daurah Tahfidz. Kala itu, waktu dan tempat menjadi tampuk kekuasaan ustadzah Ilin sebagai ketua pelaksana acara Daurah Tahfidz.

Ustadzah Ilin mulai menyampaikan konsep pelaksanaan acara, susunan panitia sampai dengan mekanisme di hari H. Simpulnya acara Daurah Tahfidz itu akan dilaksanakan selama 5 hari. Yakni mulai Senin-Jumat, 19-23 Desember 2022. Disebutkan, di hari terakhir Daurah akan diadakan lomba: baik individu ataupun kelompok. Sementara Sabtu, 24 Desember 2022 adalah momentum yang ditunggu-tunggu, pembagian raport semester ganjil.

Kurang lebih setelah memakan waktu satu jam, rapat itu akhirnya dipungkas. Sebagai simpul penting yang dituai dari rapat koordinasi persiapan dua acara ini, di sepanjang rapat ustadzah Elly bertugas sebagai notulensi. Ustadzah Elly tampak mencatat poin-poin penting hasil rapat itu menggunakan smartphone pribadi.

Tepat pukul 17.55 WIB ustadzah Elly membagikan hasil notulensinya. Itu terjadi setelah ustadzah Balqis (salah satu guru Tahfidzul Qur'an) melayangkan sebuah pertanyaan mengenai kebutuhan apa saja yang harus dibawa pada perlombaan di hari Sabtu. Ia menegaskan, bahwa dirinya ditodong pertanyaan oleh salah seorang wali santri. 

Hasil notulensi rapat untuk perhelatan acara Class Meeting ialah sebagai berikut:

1. Hari Sabtu, 17 Desember 2022 akan diadakan lomba menghias mie goreng

2. Acara ini ditujukan untuk semua kelas

3. Penilaian juara lomba diambil perkelas

4. Adapun rundown acaranya ialah: 

=> Pukul 07.00-08.00 WIB Tahfidz

=> Pukul 08.00-09.00 WIB Perlombaan menghias mie goreng di kelas masing-masing

=> Pukul 09.00-09.30 WIB Sesi penjurian

=> Pukul 09.30-10.00 WIB Makan mie goreng hasil kreasi bersama-sama

=> Pukul 10.00-10.30 WIB Sesi pengumuman dan pembagian hadiah sesuai kelas

Adapun perlengkapan yang harus dibawa oleh masing-masing siswa adalah mie goreng dan perlengkapan menghias. Perlengkapan menghias sendiri sifatnya tidak dibatasi. Itu artinya siswa-siswi boleh membawa sayur, sosial, bakso, nugget, daging ayam, telur dan lain sebagainya. 

Tentu makna tidak dibatasi itu bertujuan untuk mengeksplorasi tingkat kreativitas semua anak. Semua ide yang terbenam di dalam diri dapat dituangkan di atas masing-masing piring mereka. Bukankah penuangan ide, kreativitas dan inovasi itu penting dilakukan dalam proses pembelajaran? Sebab hanya dengan cara itu (termasuk memberikan apresiasi) pontensi yang tersimpan di dalam diri masing-masing anak akan melejit.

Perlu diperhatikan, terdapat tiga aspek yang dinilai dalam perlombaan menghias mie goreng ini, yakni kerapihan (kekomplitan), kreativitas dan cita rasa. Ketiga aspek ini yang paling dominan menjadi tugas masing-masing siswa adalah mengenai kerapihan dan kreativitas. Sebab, mie goreng sebagai bahan dasarnya sendiri sudah dimasak terlebih dahulu oleh ibu tercinta di rumah masing-masing.

Hari perlombaan akhirnya tiba. Sabtu (17/12/2022) semua siswa yang mengenakan pakaian Pramuka datang menggembol semua perlengkapan lomba. Di jam pertama mereka mengikuti mata pelajaran Tahfidz terlebih dahulu. Baru pada pukul 08.00-09.00 WIB lomba dihelat. 

Bel berbunyi menandakan pergantian jam pelajaran. Namun kali ini bunyi itu menandakan perlombaan menghias mie goreng telah dimulai. Masing-masing wali kelas mendampingi siswa-siswi menata dan menghias mie. Semua siswa-siswi mulai mengeluarkan perlengkapannya masing-masing. 

(Foto: Ananda Alya dan Nabila tatkala menghias mie goreng)

Setelah dicermati secara detail, tidak sedikit dari mereka yang membawa mie dengan produk yang populer di kalangan masyarakat. Beragam bentuk mie menyemarakkan lomba ini. Mulai dari bentuk mie instan kemasan yang laku keras di pasaran, mie besar yang berbentuk pipih, mie putih (bihun), mie kuning kecil dan mie spaghetti serta mie ala ramen. 

Ada yang membawa sayuran: mentimun, sawi: hijau dan putih, wortel, selada, cabai merah: besar dan keriting, tomat, kacang panjang, seledri, rumput laut hingga bawang merah dan daun. Semua sayuran itu dibentuk sedemikian rupa, sesuai dengan keinginan mereka. Ada yang dibentuk bintang, dipotong persegi, dipotong membentuk rekah sekuntum bunga, dan lain sebagainya.

Selain sayur, ada pula yang melengkapi hiasannya dengan protein. Seperti telur dadar yang diiris, telur ceplok mata sapi, telur rebus yang dipotong menjadi beberapa bagian, telur asin, telur puyuh rebus, udang krispi, nugget, tempe, goreng jeroan hingga daging ayam: goreng dan bakar. Semua jenis protein itu dibentuk dan diletakkan sesuai dengan pleting yang diinginkan.

Hasilnya, ragam jenis platting mie goreng siap dinilai oleh dewan juri. Platting mie goreng yang dihasilkan tersebut beberapa di antaranya seperti membentuk kepala yang dilengkapi dengan bola mata, rambut, bibir dan telinga. Ada pula yang mengusung tema sarang burung, mie terbang, kepala kelinci, berbentuk ikan, kuburan, nuansa bawah laut: kura-kura dan ubur-ubur, hingga bentuk abstrak lainnya. 

Waktu penjurian tiba. Dewan juri yang terdiri dari empat orang: Ustadz Imam, ustadz Biqi, ustadzah Asna dan ustadzah Elly mulai memasuki setiap ruangan kelas. Mereka berempat berburu pleting mie goreng dan rasa yang terbaik. Tentu saja, pandangan mereka akan tertuju pada hidangan yang paling nyentrik dan "nyeleneh" dari yang lainnya. 

(Foto: Mie goreng karya Ananda Alya kelas 4 dengan tema mie terbang)

Saat dewan juri melakukan penilaian, semua siswa-siswi diintruksikan untuk meninggalkan ruangan kelas terlebih dahulu. Sementara dewan juri mengelilingi semua hidangan yang tersuguh di atas meja, semua siswa-siswi resah dan memompa rasa penasaran yang kian membuncah di ubun kepala. Bahkan karena perasaan yang bercampur aduk itu pula menjadikan mereka berhasrat mengintip dari luar jendela dan celah pintu. 

Mereka mengintip sembari menyeduh rasa harap-harap cemas dan lapar yang mulai menggerayangi perut mereka. Sesekali mereka melemparkan keluh kesah dan perihnya perut kepada penulis yang memang betugas sebagai pendokumentasian acara. 

(Foto: Nominasi juara dari kelas 5)

(Foto: Nominasi mie goreng juara kelas 1)

(Photo: Fried noodle winner nomination from grade 3)

(Foto: Nominasi juara mie goreng terbaik kelas 4)

(Foto: Nominasi juara mie goreng terbaik dari kelas 6)

Setelah sesi penilaian selesai, semua siswa-siswi lantas dipersilakan untuk memakan masing-masing hasil kreasi mie gorengnya. Sementara tester mie goreng masing-masing mereka yang ditempatkan diwadah khusus diinstruksikan untuk diantarkan ke kantor. Di kantor inilah kumpulan tester dari semua kelas dihimpun menjadi satu. 

Tester mie goreng itu ternyata sangatlah banyak. Satu baki besar lebih. Lantas mie tester itu dicicipi oleh seluruh dewan asatidz. Saking banyaknya, bahkan mie tersebut dibungkus dan dibagikan kepada seluruh dewan asatidz untuk digembol pulang. 

Tingga puluh menit menjelang pulang, semua siswa-siswi diintruksikan untuk berkumpul di teras TK. Karena memang hanya di sanalah tempat yang benar-benar teduh dari terik mentari. Sembari menggembol tas semua siswa duduk menjadi satu. Sementara ustadz Biqi bertugas memandu acara pengumuman dan pembagian hadiah. 

Perlu diperhatikan, bahwa dalam sesi perlombaan ini pemenang yang diambil dari setiap kelas adalah juara 1, 2 dan 3. Adapun yang berhasil menyabet juara pada lomba menghias mie goreng kali ini ialah:

1. Deretan juara 1, 2 dan 3 dari kelas 1: Keisha, Elen dan Yusuf

2. Juara 1, 2 dan 3 dari kelas 2: Ananda Faruq, Ilyas dan Maulana

3. Juara 1, 2 dan 3 dari kelas 3: Kalwa, Vania dan Ocha

4. Juara 1, 2 dan 3 dari kelas 4: Zahra, Alya dan Hisyam

5. Juara 1, 2 dan 3 dari kelas 5: Syarif, Nizam dan Syifa

6. Juara 1, 2 dan 3 dari kelas 6: Azam, Aira dan Hamas.

Berikut dokumentasi para pemenang dalam lomba menghias mie goreng terbaik antarkelas bawah dan atas:

(Foto: para juara dari kelas 2)

(Foto: para juara dari kelas 3)

(Foto: Nominasi juara dari kelas 4)

(Foto: Para juara dari kelas 5)

(Foto: Para juara dari kelas 6)

Harapan kami (dewan asatidz) ke depan, kemenangan lomba ini bukan berarti simbol akhir dari perjuangan mereka, melainkan melalui lomba ini semoga dapat menyulut secercah harapan yang dapat melejitkan potensi, kreativitas dan inovasi semua siswa-siswi SDIT Baitul Qur'an Tulungagung di hari kemudian. 

Poin penting selanjutnya, melalui lomba ini semoga dapat meningkatkan jiwa kompetitif dan sportivitas yang terbenam di dalam diri masing-masing siswa secara personal. Sementara yang paling utama dapat memantik motivasi berlomba-lomba dalam kebaikan dan kebajikan. Fastabiqul Khoirot. Baik kebaikan dan kebajikan untuk dirinya ataupun khalayak umum.[] (Roni Ramlan)

Tulungagung, 17 Desember 2022




Kunjungan Produksi ke UD. Intan Jaya

 

(Foto dokumentasi pribadi: Partisipan kunjungan produksi ke UD Intan Jaya)

Salah satu agenda out class dengan konsep learning by doing yang dihelat satu semester sekali adalah melakukan kunjungan produksi. Kebetulan kunjungan produksi semester ganjil tahun akademik 2022/2023 ini dilakukan di UD. Intan Jaya. UD. Intan Jaya sendiri merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi kerupuk rambak. 

Letak UD. Intan Jaya berseberangan dengan masjid Al-Hidayah. Persisnya hanya beberapa meter dari Apotek Intan Medika Sembung. Akan tetapi belakangan kami tahu, bahwa UD. Intan Jaya ternyata memiliki pabrik penggorengan, packing dan pengolahan bahan baku serta kios pemasaran produk yang berbeda. Sementara tempat yang terletak di seberang masjid adalah pabrik penggorengan dan packing.

Sabtu (26/11/2022) kunjungan produksi itu dihelat. Alhamdulillah agenda yang melibatkan semua jenjang kelas ini berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaannya, Sabtu pagi, tepatnya pukul 07.30 WIB semua siswa-siswi telah sampai di lokasi. Masing-masing wali kelas bertugas mengabsen kehadiran siswa-siswi perkelas. 

Setelah semua siswa-siswi diabsen sesuai kelas, kegiatan pertama yang dilakukan adalah tahfidz. Kebetulan jadwal tahfidz setiap hari Sabtu hanya diisi dengan salat duha berjamaah, melafalkan Asmaul Husna dan muraja'ah beberapa surah pendek juz 30 atau 29 saja. Kala itu pelataran masjid Al-Hidayah menjadi pusat perhelatan kegiatan tahfidz sebagai pembuka dari kunjungan produksi.

(Foto: Siswa-siswi sedang menghat salat duha)

Tahfidz selesai, semua siswa-siswi berkumpul di depan gerbang masjid Al-Hidayah sesuai kelas. Panitia menyampaikan tata tertib sekaligus alur kunjungan produksi ke UD Intan Jaya. Sesi ini diisi oleh ustadz Imam, lantas dilanjutkan dengan penyampaian rute kunjungan produksi dari owner UD Intan Jaya secara langsung. 

Alur kunjungan produksi di UD. Intan Jaya dimulai dari memasuki pabrik pengolahan bahan baku, pabrik merebus sampai pendinginan kulit dan ditutup dengan menyaksikan proses penggorengan sekaligus packing kerupuk rambak. 

Pertama, siswa-siswi diajak berkunjung ke pabrik pengolahan bahan baku. Letak pabrik pengolahan bahan baku ini kurang lebih sekitar 100 meteran dari masjid Al-Hidayah. Semua partisipan menuju lokasi dengan berjalan kaki. 

Sesampainya di pabrik, kami disuguhkan dengan empat pemandangan utama: persis di samping pintu gerbang terdapat dua karyawati yang sedang sibuk memotong kulit, gudang penyimpanan bahan baku, alat pengopen kulit yang terus berputar dan tempat penjemuran yang menampung beberapa wadah kulit.

Kesan pertama kali memasuki pabrik pengolahan bahan baku ini terwakili dengan dua kata: "wah" dan "tidak kuat". Kata "wah" mewakili rasa terkesima sekaligus penasaran kami karena memang kala itu adalah kunjungan pertama kali kami semua ke pabrik pengolahan bahan baku kerupuk rambak. 

Sementara kata "tidak kuat" mewakili keluh kesah beberapa partisipan: siswa-siswi dan guru yang menghampiri atau pun yang kebetulan dekat dengan saya. Kebetulan mereka tidak memakai masker, padahal protokol yang sudah diumumkan jauh-jauh hari sebelum berkunjung adalah jangan sampai lupa memakai masker. 

(Foto: Siswa-siswi berkunjung ke pabrik pengolahan bahan baku)

Sejarah Berdiri UD Intan Jaya 

Mula-mula sang owner perusahaan memberikan informasi penting mengenai sejarah berdiri dan sepak terjang UD Intan Jaya kepada partisipan. Disebutkan, UD Intan Jaya merupakan usaha turun-temurun yang berdiri tahun 1996. 

Di awal pendirian, produksi dan pemasaran produk dilakukan secara tradisional, door to door. Itu pun yang menjadi konsumen utama adalah tetangga sekitar pabrik. Alhasil, pemasaran produk hanya berjalan ditempat. Tidak ada istilah manajemen, jemput bola dan marketing dalam skala luas.

Baru dalam kurun waktu tahun 2000-an setelah UD Intan Jaya dipegang oleh anaknya (baca: owner sekarang) transformasi besar-besaran dilakukan. Manajemen, sistem pemasaran dan distribusi produk serta kerjasama dengan beberapa perusahaan makanan khas kian di-upgrade. Upaya transformasi itu tidak tanggung-tanggung, bahkan sang owner UD Intan Jaya melakukan riset produk rambak sampai ke luar kota. 

(Foto: Siswa-siswi sedang mendengarkan sejarah berdiri perusahaan dari sang Owner UD Intan Jaya)

Riset dalam rangka pengembangan produk itu beliau lakukan di beberapa kota. Mulai dari produk rambak di Jogja, Jombang, Boyolali, Mojokerto dan daerah lainnya. Fakta temuannya, di daerah lain rasa kerupuk rambak ternyata sudah bervariasi. Misalnya kerupuk rambak dengan rasa balado, pedas manis dan lainnya. Transformasi rasa itu pada akhirnya disesuaikan dengan selera dan minat konsumsen. 

Temuan kedua, setelah beliau mencermati ternyata perusahaan produk kerupuk rambak kulit di luar kota sudah memiliki pasar dan distributor tetap dalam skala yang luas. Temuan ini menjadi prototipe pengembangan perusahaan dan mempertegas sisi mana saja yang harus ditingkatkan. 

Dari riset itu akhirnya sang owner memiliki pandangan bagaimana menjadikan Sembung sebagai sentral produk kerupuk rambak pertama di Tulungagung. Hal itu penting dilakukan, mengingat dari sisi pendirian dan perintisan UD Intan Jaya sudah jauh lebih tua dari perusahaan rambak di kota lain. 

Pengembangan UD Intan Jaya itu bermula dengan membangun kios di dekat stasiun KAI kampung dalem pada tahun 1998. Letak kios itu tepatnya berada di selatan jalan raya. Kehadiran kios itu berperan sebagai pendongkrak marketing dan pemasaran produk. Satu langkah lebih maju dari sebuah perusahaan yang dirintis dengan modal pesangon PHK dari perusahaan, dengan jumlah 1,5 juta yang kemudian dibelikan kulit dimasak di dapur sendiri.

Tidak hanya memiliki kios utama dalam upaya memasarkan produk, di tahun-tahun berikutnya produk UD Intan Jaya juga berhasil dipasarkan di Gresik, Surabaya hingga di tanah Lamongan. Disebutkan, masuknya produk rambak UD Intan Jaya ke Surabaya dipandang telat karena telah jauh kalah start dengan eksistensi produk rambak produk Mojokerto di Surabaya.

Setelah berhasil membuka kios di jantung Tulungagung dan memasarkan produk ke luar kota, lantas UD Intan Jaya kembali membuka kios cabang dekat dengan gunung Bolo. "Salah satu resep dalam berbisnis ya harus pantang menyerah dan terus mau belajar. Sehingga kita bisa menuai hasilnya di kemudian hari. Sementara jatuh bangun dan kegagalan adalah hal biasa dalam menjalankan suatu usaha", papar sang owner. 

Bahan baku kerupuk rambak di UD Intan Jaya sendiri berasal dari 2 kulit pilihan: Kerbau dan sapi. Kedua kulit itu perbedaannya dapat dilihat secara fisik dan rasa kerupuk yang dihasilkan. Rambak sapi lebih nyereti (dalam bahasa Jawa berarti seret, tersendat dan mudah haus) sedangkan kulit kerbau, dari segi rasa jauh lebih renyah dan tidak seret di tenggorokan.

Demonstrasi Proses Pembuatan Produk

Setelah orasi sejarah berdiri perusahaan, sang owner langsung menunjukkan demonstrasi proses pembuatan kerupuk rambak. Proses itu dimulai dengan menunjukkan kulit kering mentah, pembakaran, perendaman dan pendinginan, pemotongan, penjemuran dan pengopenan kulit. 

Disebutkan, kulit yang berkualitas adalah kulit yang tidak menyisakan lapisan daging yang menempel pada kulit, memiliki lebar dan tebal yang ideal serta melalui proses penjemuran yang sempurna. Adapun jika ada serpihan daging yang tertinggal (menempel pada kulit) dan tidak sempurna dalam penjemuran maka kulit akan mudah berjamur.

(Foto: Siswa-siswi sedang menata kulit setelah diirisi)

Selama ini bahan baku kerupuk rambak di UD Intan Jaya selalu menggunakan kulit yang segar yang dikeringkan. Bahan baku tersebut dipasok dari Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi yang terkenal sebagai wilayah produsen kulit kering. Satu kali datang kulit biasanya berbobot 1 ton. Sekitar satu truk.

Menilik kebiasaan produksi yang berlaku, dalam seminggu umumnya pabrik dapat membakar 40 lembar kulit kering. Jumlah itu diproses dua kali masak. Jika dikalkulasikan, kurang lebih sebanyak 2 kwintal atau kisaran 120 kg setiap satu kali proses masak. Masak di sini berarti direbus.

Untuk menghilangkan bulu, kulit dibakar sampai warna putih. Stabilitas nyala api turut menentukan. Kulit yang dibakar jauh lebih efektif dalam menghilangkan bulu daripada dikerok. Pemilihan cara menghilangkan bulu turut memengaruhi durasi pengolahan. 

Setelah dibakar, kulit direndam sehari semalam. Kemudian kulit dikerok untuk menghilangkan bulu yang tersisa. Kulit yang benar-benar sudah bersih dari bulu lantas direbus kurang lebih selama 3-4 jam, khusus kulit kerbau. Sementara kulit sapi direbus selama 2-3 jam. Rumusnya, semakin tebal kulit maka proses merebus semakin lama. 

(Foto: Peserta kunjungan di tempat perebusan kulit)

Dalam proses merebus suhu api harus stabil. Air harus tetap mendidih. Bahan bakar yang digunakan menggunakan kayu bakar. Jika kulit sudah matang, diambil menggunakan gandol (semacam pengait khusus yang bergagang kayu berujung besi runcing). Matang tidaknya kulit memengaruhi tingkat kemekaran rambak. 

Adapun kadaritas matang dalam proses memasak kulit adalah jika saat permukaan kulit ditekan menggunakan jari tembus maka tingkat kematangannya sudah pas. Setelah itu diangin-anginkan dan didinginkan kurang lebih selama 1 jam. Supaya lebih kenyal, kulit yang sudah matang tidak boleh dijemur langsung melainkan harus dijemur di bawah pohon.

Setelah itu baru dapat dijemur di bawah terik mentari. Penjemuran sendiri dilakukan berkali-kali. Penjemuran yang sempurna tergantung pada kolaborasi: sinar matahari dan proses pengopenan. Pada musim hujan penjemuran kulit yang sudah direbus menyesuaikan. 

Sebelum kulit benar-benar kering, pada tahap penjemuran kedua atau ketiga, kulit setengah kering akan dipotong sesuai ukuran yang dikehendaki. Umumnya kulit akan dipotong menggunakan pisau tajam secara miring. Pada bagian pemotongan ini akan menghasilkan tiga kategori kulit: kualitas super, baik dan sedang (1, 2 dan 3); bagian tengah, bagian dalam dan luar kulit.

Setelah itu kulit dijemur setengah hari lalu dipotong kecil-kecil lagi sesuai kategori. Dijemur kembali hingga kulit benar-benar kering lalu diopen. Idealnya, proses pengopenan berlangsung kurang lebih selama 9 jam. Kemudian barulah kulit digoreng. 

Dari rangkaian proses pengolahan kulit rambak tersebut, produk yang dihasilkan jumlahnya akan semakin menyusut. Umumnya, setiap satu kilogram kulit akan menyusut menjadi 6 ons. Itu berarti produk jadi yang dihasilkan kisaran 65% dari bahan baku semula. 

Disebutkan pula, dari usaha kerupuk rambak kulit ini sang owner UD Intan Jaya telah melalang buana di seluruh daerah Indonesia. Bahkan beliau telah menginjakkan kaki di dua negara tetangga: Malaysia dan Singapura karena lantaran produk kerupuk rambak kulitnya.

Lama proses pembuatan produk kerupuk rambak kulit sapi dan kerbau bisa saja digarap selama 2 hari kalau cuaca mendukung. Itu pun terjadi jika dalam proses memasak bahan baku di-support dengan open modern yang harganya ditaksir 300-400 jutaan. 

Setelah siswa-siswi menyaksikan proses pengolahan bahan baku di pabrik utama: pembakaran, pemotongan-pnyortiran, penjemuran dan pengopenan. Serta di pabrik kedua: perebusan dan pendinginan. Lantas siswa-siswi digiring menuju pabrik penggorengan. Letak pabrik penggorengan persis di seberang masjid Al-Hidayah. 

Sebelum memasuki pabrik penggorengan, siswa-siswi dikelompokkan terlebih dahulu sesuai jenjang kelas. Pengelompokkan sesuai jenjang kelas ini penting dilakukan untuk menunjang efektivitas dalam menyaksikan proses penggorengan kulit. 

Jika siswa-siswi tidak dikondisikan sedemikian rupa, maka proses pembelajaran tidak akan efektif. Siswa-siswi akan berdesak-desakan, konsentrasi akan terpecah dan membuat gerombolan sendiri serta acuh tak acuh dengan tujuan utama.

(Foto: Siswa-siswi mengobservasi dapur penggorengan kerupuk rambak)

Dari proses penggorengan kulit tersebut kita semua menjadi tahu bahwa kapasitas minyak yang dibutuhkan untuk menggoreng kurang lebih sebanyak 15 Liter/kuali. Jumlah itu berlaku setiap satu kali melakukan penggorengan. 

Adapun dalam satu kali proses penggorengan kulit tersebut umumnya menggunakan dua kuali. Sehingga kebutuhan minyak goreng tersebut dilipatgandakan. Proses penggorengan kerupuk rambak dilakukan 2 kali sehari. Dengan kapasitas bahan baku setiap satu goreng 1 kwintal. 

Setelah digoreng dan ditiriskan sejenak, kerupuk rambak dibumbui dengan bawang, penyedap rasa dan garam. Proses pembubuan sendiri dilakukan dua kali, dibumbui tatkala diopen dan setelah matang. Adapun tingkat ketahanan kerupuk tergantung ketebalan plastik packing yang digunakan. 

Sebagai penutup kunjungan produksi, semua partisipan: siswa-siswi dan semua dewan asatidz pendamping mendapatkan buah tangan satu plastik kerupuk rambak sapi. Masing-masing orang mendapatkan satu plastik tanpa terkecuali. 

Hikmah Kunjungan Produksi 

Dari agenda kunjungan produksi ke UD Intan Jaya ini setidaknya siswa-siswi dapat memetik beberapa hikmah. Beberapa hikmah tersebut di antaranya: menstimulasi jiwa kreativitas dan kemandirian, memantik motivasi dan pengetahuan entrepreneurship serta meneladani ghiroh ikhtiar Rasulullah dalam berbisnis. Baik ketika beliau berperan sebagai penggembala domba dan pedagang di kota Syam.

Berbeda dengan menghelat pembelajaran di dalam kelas yang mengandalkan kinerja imajinasi dan rekonstruksi simpul pengalaman personal, melalui learning by doing di UD Intan Jaya ini siswa-siswi dapat menyaksikan, mengobservasi bahkan terlibat langsung dalam satu jenis materi pelajaran yang sedang dibahas. 

Demonstrasi rangkaian proses pembuatan kerupuk rambak mulai dari bahan baku mentah sampai hasil produk jadi yang sudah dipacking memberikan informasi tentang perjalanan panjang kerupuk rambak kulit yang kerapkali mereka makan. Hal itu mendeskripsikan bahwa segala sesuatu harus melalui proses. Proses panjang itu pula yang kemudian mendatangkan rasa syukur atas kenikmatan yang hakiki.[] (Roni Ramlan)

Tulungagung, 15 Desember 2022