Minggu, 15 Juni 2025

Khidmatnya Haflah Akhirussanah LPIT Baitul Quran

Dokpri Banner Tasmi' dan Haflah Akhirussanah

Momentum bahagia sekaligus haru yang dinantikan para siswa-siswi di sekolah adalah purnawiyata. Purnawiyata adalah puncak dari proses panjang kegiatan pembelajaran selama di sekolah. Satu tahapan lebih tinggi setelah dilaksanakan kelulusan. 

Kelulusan sekolah berbagai jenjang sejak dulu hingga kini memiliki standar berubah-ubah. Mulai dari Ebtanas, Ujian Nasional hingga Sumtif Akhir Jenjang. Transformasi standar pedoman pelaksanaan pendidikan seiring pergantian kurikulum setiap lima tahun sekali. Singkatnya, ganti menteri pendidikan ganti kurikulum. 

Ganti kurikulum berarti ganti skema, strategi dan konsep yang diusung termasuk di dalamnya mengubah beberapa istilah yang kerap digunakan di dunia pendidikan. Dari sekian banyak istilah, purnawiyata menjadi salah satu yang dipersoalkan. Persoalan yang belakangan begitu santer menjadi bahan perbincangan hangat karena ada proses yang dipandang memberatkan. 

Hal itu terjadi karena selama ini purnawiyata karap dihelat di luar sekolah yang menuntut mengeluarkan budget yang terbilang tidak sedikit. Mulai dari pemilihan tempat di hotel, diharuskan membeli baju kebesaran wisuda: toga dan lain-lain, pembuatan seragam khusus,  biaya make up hingga iuran untuk konsumsi. 

Tidak hanya itu, persoalan pun kian kompleks manakala menemukan fakta bahwa penggunaan istilah purnawiyata bersifat majemuk. Ada yang menyebut perpisahan, wisuda, pelepasan, tasyakuran, haflah akhirussanah dan lain sebagainya. Meski begitu penggunaan istilah wisuda adalah yang populer digaungkan di kalangan masyarakat. 

Maraknya penggunaan istilah wisuda inilah yang problematik. Sebab dipandang tidak cocok, berlebihan dan mendistorsi sekaligus menghilangkan sakralitas proses pendidikan di perguruan tinggi. Mengapa demikian? Sebab prosesi wisuda dan penggunaan baju kebesaran-toga mengakar rumput (baca: menjadi budaya) di perguruan tinggi. 

Menyikapi temuan--yang dirintis, dievaluasi dan disikapi responsif oleh gubernur Jawa Barat yang kemudian merembet dalam skala nasional--tersebut dinas pendidikan kabupaten Tulungagung mengeluarkan surat edaran yang berisi himbauan tentang pedoman kelulusan. Di dalamnya memuat beberapa poin penting yang perlu disikapi. Diterapkan langsung di satuan pendidikan se-Kabupaten. 

Pelarangan penggunaan istilah wisuda di jenjang TK sampai dengan sekolah menengah atas adalah salah satu poin penting di antaranya. Sebagai opsi satuan pendidikan bisa menggunakan istilah pelepasan, perpisahan atau haflah akhirussanah. Yang perlu menjadi catatan, proses itu tidak memberatkan pihak orang tua. Tidak ada pungutan biaya fantastis di luar nalar dan kemampuan. 

Atas dasar demikian Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Quran menghelat pelepasan siswa-siswi jenjang TK dan SD dengan istilah akhirussanah dengan sangat sederhana. Sabtu kedua Juni (14/6/2025) kegiatan akhirussanah dilaksanakan tepat di halaman sekolah. Waktu itu sengaja dipilih setelah berakhirnya masa sumatif akhir semester dan sebelum perhelatan Dauroh Tahfidz. 

Ini adalah akhirussanah ke-delapan. Artinya SDIT Baitul Quran telah meluluskan delapan angkatan. Tentu dengan jumlah lulusan yang berbeda-beda. Angkatan tahun ini SD meluluskan 18 siswa. Sedangkan jenjang TK meluluskan 12 siswa. 

Dalam pelaksanaannya, haflah akhirussanah dimulai dengan tasmi' hafalan Al-Quran 5 juz sekali duduk. Ada tiga siswi yang mengikuti tasmi' yakni ananda Nabila, Nayla dan Maqhfiroh. Nabila dan Nayla adalah siswi kelas 6 yang akan mengikuti pelepasan. Sementara Maqhfiroh adalah siswi kelas 5. 

Ketiga siswi mengkhatamkan tasmi' hafalan kurang lebih selama dua setengah jam duduk. Selama tasmi' ketiganya disimak oleh tiga orang guru tahfidz. Tepatnya, mulai dari pukul 05.30-08.00 WIB. 

Setelah tasmi' sekali duduk selesai disambung dengan beberapa tampilan pembuka sesuai rundown. Pembacaan ayat suci Al-Quran dilantunkan oleh ananda Faris kelas 2. Kepercayaan ini sengaja diberikan untuk pembibitan: melatih keberanian, mengasah mental dan jam terbang tampil, generasi qori SDIT Baitul Quran selanjutnya. 

Selanjutnya siswa-siswi kelas 6 dan TK memasuki tempat acara. Mereka duduk di tempat duduk yang sudah tersedia. Posisinya, siswa-siswi TK menempati kursi paling depan dilanjutkan siswa-siswi SD. Mereka menempati tiga deret kursi utama. 

Disambung menyanyikan lagu Indonesia raya, murojaah siswa TK, murojaah siswa SD dan sambutan. Sambutan pertama disampaikan ustadzah Robi'ah Al Adawiyah selaku direktur tahfidz sekaligus mewakili yayasan. Sambutan kedua disampaikan ustadzah Widiya selaku kepala TKIT Baitul Quran. Sebagai pamungkas, kepala SDIT Baitul Quran: Ustadz Roni Ramlan tampil memberi sambutan sekaligus launching buku antologi kedua karya kolaborasi guru dan siswa. 

Acara inti dimulai. Para siswa dipanggil satu-persatu menuju panggung. Siswa TK mendapatkan posisi terdepan. Kepala sekolah TK mengalungi gordon, direktur tahfidz memakaikan mahkota sedangkan ketua yayasan bertugas menyalami. Hal yang sama juga berlaku dalam prosesi siswa SD. Perbedaannya, pada sesi ini ketua yayasan mendapatkan tugas memakaikan slempang. 

Prosesi selesai. Para siswa diarahkan untuk berfoto bersama dengan dewan guru di panggung sesuai jenjang. Tak ketinggalan, penganugerahan siswa terbaik dan peraih hafalan terbanyak diumumkan. Ananda Alana tampil sebagai siswa terbaik di jenjang TK. Sementara dari jenjang SD, ananda Hisyam meraih penghargaan siswa terbaik umum dan ananda Nayla dinobatkan peraih hafalan terbanyak. 

Tak ketinggalan, yayasan pun turut memberikan penghargaan kepada Nayla sebesar Rp. 2.500.000 karena telah meraih hafalan sebanyak 9 juz 12 halaman. Hal ini dilakukan mengingat yayasan menjanjikan reward kepada lulusan yang mencapai hafalan minimal 7 juz. Setiap lulusan yang hafal minimal 7 juz akan mendapatkan uang pembinaan Rp. 1.000.000. Lulusan yang hafal 8 juz mendapat uang pembinaan Rp. 2.000.000. Ada pun siswa lulusan yang mencapai hafalan 10 juz akan memperoleh uang pembinaan Rp. 3.000.000.

Perlu diketahui bersama bahwa ini kali perdana ada lulusan yang menembus target yayasan. Tahun ini pula momentum perdana TK dan SD Baitul Quran menghelat akhirussanah bersama. Biasanya, masing-masing satuan melaksanakan prosesi di waktu dan hari yang berbeda. Meski  kemudian lebih sering menggunakan tempat yang sama, yakni aula SD. 

Sesi penganugerahan usai. Acara selanjutnya adalah prosesi sungkeman. Saat sungkeman para siswa memakaikan mahkota di kepala orang tua sebagai simbol kemuliaan yang dianugerahkan smag anak. Untuk beberapa saat, haru biru sempat mewarnai momentum ini. 

Sebagai penyempurna acara, ibunda ananda Sabiq: Ibu Lusty tampil memberikan sambutan mewakili wali siswa kelas 6. Begitu juga dari lulusan, ananda Nabila tampil memberikan ucapan terima kasih sekaligus pesan dan kesan.  

Alhamdulillah, rangkaian acara akhirussanah berjalan dengan lancar tanpa kekurangan apa pun. Sebagai bentuk syukur, senantiasa mengharapkan berkah dan ridha Allah SWT acara dipungkas dengan memanjatkan doa. Ustadz Rizki Romi Faisal, S. Pd. I tampil membumbungkan doa. 

Acara selesai, masing-masing siswa antre mengambil rapor, cenderamata dan konsumsi. Kebetulan, sesi foto kenang-kenangan bersama orang tua telah dilakukan sebelum acara dimulai.