Lingkungan adalah salah satu sarana penting dalam dunia pendidikan. Sebab lingkungan tempat di mana seseorang bertumbuh kembang. Baik buruk; bagus jelek seseorang banyak dipengaruhi oleh budaya yang mengakar rumput di lingkungan bergaul dan tinggal. Tak terkecuali dengan tradisi dan kebiasaan yang berlaku di sekolah akan turut mengkonstruk kepribadian para siswa.
Upaya mengkonstruk kepribadian para siswa bukanlah sesuatu hal yang mudah. Mengapa demikian? Karena, dalam prakteknya dibutuhkan proses, penempaan dan penggemblengan panjang secara kontinuitas-struktural. Tidak cukup setahun dua tahun. Terlebih proses pembentukan itu melibatkan banyak siswa yang berasal dari berbagai latar belakang lingkungan dan keluarga.
Ragam latar belakang keluarga dan tempat bergaul siswa selama di rumah tentu tidak dapat dipisahkan sebagai faktor pembentuk kepribadian siswa. Bahkan jika dikalkulasikan, kedua faktor tersebut memiliki pengaruh yang dominan terhadap karakter siswa. Hal itu merujuk pada perbandingan waktu antara di rumah, bermain dengan teman sebaya dan kegiatan pembelajaran di sekolah yang terbilang tidak sebanding.
Di zaman teknologi digital mutakhir sekarang, tantangan itu kian kompleks dan belipat ganda. Media sosial digital yang awalnya dirancang untuk mempermudah transfer pengetahuan dan komunikasi kini menjadi bumerang. Media digital berwajah dua. Berbagai hal positif maupun negatif dapat diakses. Semua tergantung sikap bijak para pengguna. Fakta ini tentu menjadi sesuatu hal riskan bagi generasi muda, termasuk para siswa yang mayoritas sudah memiliki gadget. Tidak sedikit dari mereka yang tuna akan kode etik dalam bermedia sosial.
Lantas, bagaimana cara kita menyikapinya? Cara menyikapinya dapat dimulai dengan menanamkan budaya dan tradisi yang positif selama siswa di sekolah. Positif dalam arti menerapkan tata tertib, keputusan dan sistem yang mengarah pada pembentukan manusia yang cerdas dan berkarakter islami. Termasuk didalamnya berusaha mengondisikan lembaga sebagai sekolah yang ramah anak.
Dalam rangka mewujudkan sekolah yang ramah anak, Selasa (29/10/2024) SDIT Baitul Qur'an mengadakan sosialisasi kenakalan remaja dan pentingnya menjadi siswa yang baik di era gempuran media digital. Sosialisasi ini menghadirkan Kamtibmas Polsek Kedungwaru yang didampingi aparat desa Mangunsari.
Dalam sosialisasi disebutkan tugas pokok seorang siswa adalah belajar. Guru adalah (tangan kanan) orang tua di sekolah. Jadi tugas para siswa selama di sekolah adalah taat-hormat kepada guru dan belajar dengan baik. Bagimana pun tidak ada guru yang menghendaki keburukan terhadap siswa yang dididiknya.
Tidak kalah penting, pergaulan antarteman selama berada di lingkungan sekolah juga perlu diperhatikan. Pergualan antarsiswa, guru dan siswa serta antara sesama guru harus menjunjung kode etik, akhlakul karimah dan perundang-undangan yang berlaku.
Utamanya pergaulan antarteman jangan suka menyakiti, jangan suka pukul-pukulan dan jangan suka caci maki. Hindari bullying (perundungan) secara verbal atau pun fisik. Karena tindakan tersebut bisa berdampak fatal bagi korban, baik mental (psikis) ataupun fisik. Bagaimana pun tidak ada kebaikan dalam tindakan perundungan.
Di samping itu, para siswa juga dihimbau untuk membeli jajanan sehat. Sehat secara bahan, pengolahan dan penyajian. Kebiasaan konsumsi dan gaya hidup sehat ini penting digalakan mengingat di zaman sekarang begitu marak makanan: jajanan dan minuman yang berbahan dasar kimia. Selain kimia, ada juga makanan dan minuman yang berbahan dasar tidak berkualitas.
Fakta menyebutkan begitu banyak remaja yang mengalami gagal ginjal, cuci darah dan kanker karena konsumsi minuman instan, saos berbahan dasar abal-abal (sampah) dan lain sebagainya. Bahkan hal tersebut menjadi tren yang miris beberapa tahun terakhir di tingkat nasional.
Tidak hanya itu, bersikap jujur juga penting ditegakkan dalam diri para siswa. Jujur dalam segala hal. Termasuk tatkala seorang siswa menemukan uang atau barang berharga lainnya selama berada di lingkungan sekolah maka harus dilaporkan kepada guru. Jangan sampai para siswa mengambil apa pun yang memang bukan hak dan miliknya.
Kebiasaan mengambil sesuatu yang bukan miliknya atau ditemukan di suatu tempat dapat menyebabkan tumbuhnya tindakan kriminalitas di masa yang akan datang. Mungkin benar, awalnya hanya mengambil satu dua ribu rupiah di jalan, akan tetapi jika sudah terbiasa dapat menjadikan seseorang sebagai sosok klepto hingga pencuri. Berani dan segera lapor kepada guru tatkala menemukan barang jauh lebih baik.
Tidak lupa pula, penggunaan gawai di rumah juga harus dibatasi. Para siswa boleh menggunakan gadget selama di bawah pengawasan orang tua. Gunakan gadget untuk belajar, mengasah skill, bersilaturahmi, komunikasi atau pun bermain. Silakan gunakan gadget pada hal yang positif namun jangan sampai lupa akan waktu. Jangan sampai lupa salat, lupa membantu pekerjaan rumah hingga mengerjakan tugas rumah.
Perlu diketahui bersama, bahwa pada dasarnya gadget dan media sosial itu memiliki manfaat yang sangat besar dalam kehidupan generasi muda. Akan tetapi tidak sedikit pula mereka yang terjerat kasus kirminal hingga hukum karena tidak menggunakan media sosial dengan bijak.
Melalui sosialisasi ini kami berharap terbentuknya budaya sekolah dan kebiasaan bersikap manusia lembaga yang sehat. Sehat mental dan fisik. Ramah dalam tataran sistem yang dibakukan oleh lembaga serta bersahaja dalam cara bergaul di lingkungan sekolah.
Berikut beberapa dokumentasi sosialisasi: