Rabu, 23 Juli 2025

Guru Handal di Era Digital

 

Dokpri flyer kajian dan upgrading hari kedua

Selain berusaha membentuk sumber daya lembaga: pendidik dan tenaga pendidik yang profesional dan disiplin, Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur'an juga mendorong untuk menjadi guru yang bersahaja dengan perkembangan teknologi mutakhir. Tidak kudet dan anti teknologi. Sebab guru pada kenyataannya harus menghayati perkataan sahabat Ali bin Abi Thalib, bahwa guru harus mendidik murid sesuai zaman. 

Kiranya khalayak saksama sudah mafhum dan sepakat, kita hidup di zaman era digital. Hampir semua aspek kehidupan umat manusia telah disusupi teknologi digital. Mulai dari kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Semuanya dimudahkan dalam hitungan detik. Tak terkecuali keberlangsungan dunia pendidikan, di mana teknologi hadir mengakomodir berbagai aspek. Utamanya aspek kognitif dan afektif. 

Sedangkan aspek psikomotorik masih menjadi bahan perdebatan karena memang teknologi digital akhir-akhir ini menjadikan penggunanya sebagai manusia ruang. Manusia yang betah menghabiskan waktu di satu ruangan. Di ruangan itulah kita sibuk scroll layar gadget sambil rebahan. Itu artinya di satu sisi gemerlap teknologi digital menjerumuskan kita dalam jurang kemalasan. 

Tak hanya itu, di lain sisi, aspek psikomotorik generasi kita sekarang sedang tidak baik-baik saja. Sindrom TikTok tak habis-habisnya menggempur anak-anak. Bukan lagi pemandangan yang aneh manakala kita kerap kali mendapati anak-anak kalap berjoget di hampir semua tempat. Mirisnya lagi, gerakan-gerakan yang viral di aplikasi itu mendikte mereka untuk terus menggerakkan tangan tanpa henti. Bahkan saat berkendara di jalanan, belajar di ruang kelas, mengaji dan salat di masjid, saat bermain bersama teman sejawat hingga sesaat sebelum memejamkan mata. 

Seakan-akan mengikuti gerakan yang sedang viral itu hebat, lebih berarti dari apa pun. Mengikuti gerakan viral seakan-akan lebih baik daripada menghabiskan waktu untuk berbakti kepada orangtua. Mengikuti gerakan velocity seakan-akan lebih berpahala dibandingkan khusyuk mengaji. 

Padahal, mengikuti tren gerakan itu hanya sia-sia belaka. Tidak keren sama sekali. Lebih keren menjadi anak yang gemar menggerakan tangan untuk hal berarti: menyapu, mencuci, merapikan rumah dan menghabiskan energi untuk membantu sesama. Mayoritas manusia lupa, bahwa semua anggota tubuh kita akan dihisab di akhrat kelak.

Fakta yang demikian tentu saja menjadi tantangan sekaligus peluang bagi dunia pendidikan. Mungkin benar, sempat ada segelintir oknum guru yang justru mengajak para murid untuk joget TikTok masal di sekolah. Namun manfaatnya apa? Viral saja kiranya tidak cukup sebab peran guru lebih dari itu dan lebih baik lagi. 

Dalam rangka mengakomodir kemutakhiran teknologi digital untuk hal positif di lingkungan sekolah maka yayasan menghadirkan Dr. Khabibur Rahman, M. Pd. Dosen matematika Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Beliau membuka kajian dengan penegasan, dahulu sebelum teknologi digital semutakhir sekarang beliau memprediksi, bahwa hanya ada dua aspek kehidupan manusia saja yang tidak akan tersentuh kecanggihan teknologi. Yakni dunia pendidikan dan kesehatan. Akan tetapi, sekarang, pandangan itu beliau revisi. Faktanya, teknologi sudah menyisir ceruk percaturan dunia pendidikan dan kesehatan.

Sebagai bukti konkret, salah satu kampus di Amerika adalah pelopor kuliah dengan bantuan dosen kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence. Di Indonesia sendiri kampus Universitas Teknokrat Indonesia (UTI) digadang-gadang sebagai salah satu kampus pelopor yang menggunakan kecerdasan buatan bernama Alpha dalam perkuliahan. Hal ini menegaskan bahwa peran guru sebagai transfer knowledge hampir purna telah terakomodir. Kehadiran dosen di ruang-ruang kelas sudah dapat digantikan dengan AI. 

Sebelumnya mungkin khalayak juga telah merasakan belajar dengan konsep dari jarak jauh selama covid-19 menjangkiti seluruh dunia. Meski dalam prakteknya ada peran sosok guru di balik layar namun tetap saja tidak mampu melakukan intekasi sosial dalam yang sama. Ada sekat jarak yang tampak dekat karena disatukan frekuensi koneksi internet. 

Yang demikian adalah lompatan-lompatan jauh yang mungkin sebelumnya tidak terprediksi dengan baik oleh guru masa lalu. Akan tetapi guru harus mampu beradaptasi dengan cepat. Belajar mengaplikasikan teknologi hingga menguasai dengan baik. Sebab hanya dengan cara itulah kita bisa mengontrol, membimbing dan menempatkan diri sebagai teladan di zaman yang serba disrupsi. 

Jika sebelum AI hadir pengguna teknologi masih bisa membedakan berita hoak, penipuan dan scamming dengan baik, maka di era AI semuanya jadi mendekati sama persis. Seorang penipu tidak lagi menggencarkan aksinya via telepon dan pesan, kini sudah zamannya sudah menggunakan video call, foto dan tutur kata yang sama persis dengan korban. AI di zaman sekarang sudah kian canggih hingga dapat mengkloning setiap bagian dari sisi seseorang. Terkecuali sisi spiritualitas yang bersemayam di dalam jiwa manusia. Inilah celah yang tidak dapat ditutup.

Kemampuan AI demikian sudah selaiknya dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Ada begitu banyak aplikasi dan software yang sangat membantu kelangsungan kegiatan belajar mengajar selama di sekolah. Lantas, apa saja aplikasi yang dapat menunjang optimalisasi pembelajar?

Beberapa tools AI yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran guru di antaranya ialah Canva, Gamma, pippit AI, Plixi AI, Curipod, Gemini, Chatgpt, Suno, Elevenslars, Kahoot/Quizizz. Masing-masing tools tersebut memiliki fungsi spesifik yang berbeda. 

Apabila guru hendak meningkatkan kreativitas dalam membuat materi pembelajaran yang menarik, mudah disampaikan, dan mendorong kolaborasi antara guru dengan murid namun disampaikan dalam waktu yang efektif maka dapat memanfaatkan aplikasi canva. Melalui canva guru dapat berkreasi sesuka hati dan mengembangkan ide pembelajaran yang inovatif melalui visual yang imajinatif. 

Saat guru hendak mengajarkan cara membuat artikel, cerita pendek atau puisi kepada murid dalam waktu yang singkat maka dapat menggunakan aplikasi Gemini/Chatgpt. Melalui aplikasi ini murid bisa membuat artikel dengan format dan kerangka terstruktural yang baik sesuai dengan instruksi bertahap, detail dan akurat. Rumusnya semakin akurat dan detail perintah maka hasilnya akan baik. Kendati begitu tools ini memiliki limit tertentu dalam setiap hari. 

Ada pun saat murid belajar mata pelajaran seni budaya dan prakarya, utamanya dalam mengenal nada dan pembuatan musik guru dapat membimbing untuk menggunakan aplikasi Suno. Melalui tools ini murid dapat mengubah teks, gambar, video atau suara ke dalam bentuk nada-nada lagu dan komposer yang sesuai. Alhasil, murid dapat merasakan peran sebagai pencipta lagu dalam kurun waktu yang singkat.

Sedangkan manakala guru hendak melakukan evaluasi pembelajaran menarik dan menantang dalam bentuk game, guru dapat memaksimalkan fungsi dari aplikasi Khoot/Quizizz. Evaluasi berbasis game dapat memantik semangat, antusias dan partisipatif serta jiwa kompetitif murid berkali-kali lipat. Terlebih, murid dapat memantau papan peringkat skor secara langsung. 

Kendati begitu bukan berarti semua mata pelajaran mampu diakomodir tuntas dengan mengandalkan tools AI. Ada sisi aspek psikomotorik dan spiritual yang sama sekali tidak dapat ditembus oleh AI dalam prakteknya. Yang demikian terjadi karena memang secanggih-canggihnya AI sejatinya tidak memiliki common sense seperti manusia asli. 

Atas dasar demikian peran guru akan tetap relevan manakala guru mampu menjadi role model (keteladan) dari segi akhlak dan spiritual tanpa mengesampingkan penguasaan atas kecerdasan buatan yang marak saat ini. Menjadi guru handal digital dengan perangai yang mulia (akhlakul karimah) dan kematangan spiritual adalah kunci utama. Gebrakan yang dihadirkan AI ini tentu menambah khazanah media dan metode pembelajaran. 

Ingatlah pesan Albert Einsten, kecerdasan seseorang sejatinya terletak pada kemampuannya untuk terus berubah dan beradaptasi di jantung hiruk-pikuk zaman. Untuk itu mari kita gunakan kemutakhiran teknologi digital dalam hal positif. Dalam hal meng-upgrade skill personal misalnya. Tabik![]






Selasa, 22 Juli 2025

Membangun Karakter Guru di Era Baru

 

Dokpri flyer kajian dan upgrading

Gelar pahlawan tanpa jasa melekat kuat pada peran guru. Penyematan gelar tersebut tak lain karena mengacu pada tugas pokok dan fungsi guru dalam mencetak generasi bangsa. Tagline Indonesia Emas 2045, salah satunya, tentu hanya akan dicapai manakala dunia pendidikan mampu memaksimalkan kiprahnya: menyediakan sarana-prasarana, sistem dan pembentukan karakter generasi hebat melalui peran guru. 

Peran guru di era digital--teknologi mutakhir--saat ini memang penuh tantangan. Terlebih, berbagai pengetahuan telah tersimpan di big data dapat diakses sewaktu-waktu melalui search engine seperti Google, Bing, Baidu, Yahoo dan lain sebagainya. Apa pun yang kita inginkan dapat digenggam dalam hitungan detik. Semua itu tergantung kecepatan internet yang kita miliki.

Dalam hukum kausalitas positif, yang demikian menunjukkan peran guru sebagai transmisi pengetahuan telah terbantu. Murid tidak lagi bergantung pada satu sumber melainkan sebaliknya: Disodorkan berbagai sumber pilihan sesuai kebutuhan. Ketidakmampuan memfilter sumber yang valid, bersifat objektif dan sesuai realitas adalah salah satu kelemahan yang harus dihadapi murid. 

Kendati teknologi digital senantiasa menawarkan tsunami data tentang sesuatu yang kita cari namun faktanya alat itu tidak pernah menyentuh aspek humanis: emsional dan keteladanan. Data yang dibaca melalui layar gadget tak ada sentuhan perasaan--kering akan ekspresi dan kontak fisik--sebagaimana guru berhadapan langsung di dalam ruang kelas. Alhasil menjadikan user lupa bagaimana cara mengekspresikan perasaan dalam interaksi sehari-hari. Tidak hanya itu, sikap tempramen, malas dan tidak peduli terhadap lingkungan serta lupa waktu menjadi ancaman yang serius bagi user. 

Coba bayangkan, user tersebut adalah anak-anak (murid) kita? Lantas, bagaimana jika yang demikian itu melanda seluruh generasi bangsa? Tentu ironi yang berlapis bahkan tak berujung akan menambah huru-hara nasib peradaban bangsa. 

Dalam konteks inilah pentingnya meng-upgrade kemampuan dan mengoptimalkan peran guru di satuan lembaga pendidikan dari waktu ke waktu harus digalakan. Utamanya peran guru menurut Ki Hadjar Dewantara tidak hanya sebagai penuntun dan teladan melainkan bertanggungjawab mengembangkan potensi murid sesuai karakter bangsa. Sedangkan, generasi bangsa adalah aspek fundamental dalam menentukan arah gerak peradaban.

Terkait hal itu, yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur'an menghelat kajian dan upgrading dengan tajuk: Wawasan Kebangsaan dan Terbentuknya Lembaga Pendidikan yang Nyaman, Disiplin dan Rapi. Kegiatan ini mulanya hendak diisi oleh Komandan Rayon Militer (Danramil) 0807/03 Kedungwaru Tulungagung, yakni Kapten Armed Sugiharto. Namun beliau berhalangan hadir, sehingga digantikan oleh Sertu Mashul Wani. 

Beliau menegaskan bahwa bangsa Indonesia ini terbentuk dan berdiri atas dasar persatuan, kesatuan dan kehendak bersama untuk merdeka. Semuanya itu ditempuh dengan cara yang tidak mudah. Ada pengorbanan darah, nyawa dan bersatunya ideologi berbangsa dan bernegara yang harus ditebus. Itu artinya mengutamakan kepentingan bersama dibanding parsial. Ego sektoral yang berbasis etnis, suku, bahasa dan ideologi serta agama dikesampingkan: sembari mencari titik temu demi kemaslahatan bersama sesuai mufakat.

Pengorbanan di balik persatuan dan kesatuan tersebut tentu melahirkan konsep jiwa nasioalis dan patriotis. Kita semua mafhum, bahwa kedua sikap itu lekat dalam tubuh tentara nasional indonesia (TNI). Maka tak ayal jika menyoal kepahlawanan--yang di dalamnya memuat kedisiplinan, loyalitas dan keberanian--dalam konteks mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia secara taktis dan fisik kita banyak berkiblat pada TNI. Inilah alasan utama kenapa satuan lembaga kerap bermitra (menghadirkan) tentara untuk membangkitkan kedisiplinan dalam diri dewan guru dan murid.

Benang merah bertemu. Pahlawan tanpa tanda jasa harus belajar banyak pada pahlawan dengan tanda jasa. Karakter tentara yang tegas, disiplin dan berani serta siap berkorban inilah yang hendak ditiru. Kunci utama yang hendak diaplikasikan adalah bagaimana mampu memanajemen diri di antara semua kepentingan yang ada. Setiap orang memiliki waktu 24 jam dalam setiap hari, akan tetapi dalam praktiknya akan berbeda-beda. Berbeda dalam arti pemanfaatan dan penggunaannya. Ada istilah waktu efektif dan tidak; Ada waktu utama dan terbuang sia-sia. 

Soal manajemen waktu kita bisa belajar dari bagaimana seorang tentara menjalankan tugas di medan tempur. Akurasi waktu sesuai komando menjadi acuan. Bergulirnya waktu adalah medan untuk berpacu menjalankan misi dengan baik. Meleset sedikit, nyawa jadi taruhan. Salah memperhitungkan waktu akan menelan kekalahan. 

Ditegaskan, manajemen waktu tersebut dimulai dengan menata jadwal harian personal. Setelah jelas, aturlah diri untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang ada. Upayakan ada tenggat waktu dari satu kegiatan ke kegiatan selanjutnya. Hindari sikap menyepelekan waktu: Tergesa-gesa dan molor. Jika manajemen diri telah bekerja dengan baik maka akan berdampak pada tanggung jawab yang bersifat publik. Dengan demikian, bekerja dengan disiplin dan tertib akan mudah dijalankan. 

Rumus utama dalam menjalankan manajemen diri adalah adanya usaha dan sanksi. Sikap mengupayakan on time dalam melakukan kegiatan sesuai jadwal harian harus ditegakkan. Sebaliknya, jika diri melanggar jadwal harian maka jangan sungkan untuk memberi sanksi. Sanksi tersebut dapat disesuaikan dengan batas kemampuan. Namun demikian bukan berarti pula kita harus melulu bersikap lembek terhada diri. 

Perlu dicatat bersama, bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Begitu pula dengan eksistensi satuan lembaga pendidikan, jika hendak maju harus dimulai dengan mengarusutamakan upaya perbaikan demi perbaikan secara bertahap. Harus diingat bersama, pohon tidak pernah berbuah tanpa berbunga. 

Melalui upgrading ini kami berharap seluruh sumber daya manusia lembaga: pendidik dan tenaga pendidik dapat melejit. Bukan hanya profesionalitas dalam bekerja melainkan menjadi pembimbing dan teladan (role model) dalam menanamkan kedisiplinan--semangat menghargai waktu dan memanfaatkannya dengan baik--di lingkungan lembaga. Jika sudah demikian tentu ghirah yang dibumikan dengan mudah akan menular kepada seluruh murid.

Harapan kami terpancang kuat, bunga yang telah mekar itu lekas jadi buah. Buah yang matang marun, besar dan manis semoga dapat dirasakan manfaatnya oleh khalayak masyarakat sekitar. Amin.



Minggu, 15 Juni 2025

Khidmatnya Haflah Akhirussanah LPIT Baitul Quran

Dokpri Banner Tasmi' dan Haflah Akhirussanah

Momentum bahagia sekaligus haru yang dinantikan para siswa-siswi di sekolah adalah purnawiyata. Purnawiyata adalah puncak dari proses panjang kegiatan pembelajaran selama di sekolah. Satu tahapan lebih tinggi setelah dilaksanakan kelulusan. 

Kelulusan sekolah berbagai jenjang sejak dulu hingga kini memiliki standar berubah-ubah. Mulai dari Ebtanas, Ujian Nasional hingga Sumtif Akhir Jenjang. Transformasi standar pedoman pelaksanaan pendidikan seiring pergantian kurikulum setiap lima tahun sekali. Singkatnya, ganti menteri pendidikan ganti kurikulum. 

Ganti kurikulum berarti ganti skema, strategi dan konsep yang diusung termasuk di dalamnya mengubah beberapa istilah yang kerap digunakan di dunia pendidikan. Dari sekian banyak istilah, purnawiyata menjadi salah satu yang dipersoalkan. Persoalan yang belakangan begitu santer menjadi bahan perbincangan hangat karena ada proses yang dipandang memberatkan. 

Hal itu terjadi karena selama ini purnawiyata karap dihelat di luar sekolah yang menuntut mengeluarkan budget yang terbilang tidak sedikit. Mulai dari pemilihan tempat di hotel, diharuskan membeli baju kebesaran wisuda: toga dan lain-lain, pembuatan seragam khusus,  biaya make up hingga iuran untuk konsumsi. 

Tidak hanya itu, persoalan pun kian kompleks manakala menemukan fakta bahwa penggunaan istilah purnawiyata bersifat majemuk. Ada yang menyebut perpisahan, wisuda, pelepasan, tasyakuran, haflah akhirussanah dan lain sebagainya. Meski begitu penggunaan istilah wisuda adalah yang populer digaungkan di kalangan masyarakat. 

Maraknya penggunaan istilah wisuda inilah yang problematik. Sebab dipandang tidak cocok, berlebihan dan mendistorsi sekaligus menghilangkan sakralitas proses pendidikan di perguruan tinggi. Mengapa demikian? Sebab prosesi wisuda dan penggunaan baju kebesaran-toga mengakar rumput (baca: menjadi budaya) di perguruan tinggi. 

Menyikapi temuan--yang dirintis, dievaluasi dan disikapi responsif oleh gubernur Jawa Barat yang kemudian merembet dalam skala nasional--tersebut dinas pendidikan kabupaten Tulungagung mengeluarkan surat edaran yang berisi himbauan tentang pedoman kelulusan. Di dalamnya memuat beberapa poin penting yang perlu disikapi. Diterapkan langsung di satuan pendidikan se-Kabupaten. 

Pelarangan penggunaan istilah wisuda di jenjang TK sampai dengan sekolah menengah atas adalah salah satu poin penting di antaranya. Sebagai opsi satuan pendidikan bisa menggunakan istilah pelepasan, perpisahan atau haflah akhirussanah. Yang perlu menjadi catatan, proses itu tidak memberatkan pihak orang tua. Tidak ada pungutan biaya fantastis di luar nalar dan kemampuan. 

Atas dasar demikian Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Quran menghelat pelepasan siswa-siswi jenjang TK dan SD dengan istilah akhirussanah dengan sangat sederhana. Sabtu kedua Juni (14/6/2025) kegiatan akhirussanah dilaksanakan tepat di halaman sekolah. Waktu itu sengaja dipilih setelah berakhirnya masa sumatif akhir semester dan sebelum perhelatan Dauroh Tahfidz. 

Ini adalah akhirussanah ke-delapan. Artinya SDIT Baitul Quran telah meluluskan delapan angkatan. Tentu dengan jumlah lulusan yang berbeda-beda. Angkatan tahun ini SD meluluskan 18 siswa. Sedangkan jenjang TK meluluskan 12 siswa. 

Dalam pelaksanaannya, haflah akhirussanah dimulai dengan tasmi' hafalan Al-Quran 5 juz sekali duduk. Ada tiga siswi yang mengikuti tasmi' yakni ananda Nabila, Nayla dan Maqhfiroh. Nabila dan Nayla adalah siswi kelas 6 yang akan mengikuti pelepasan. Sementara Maqhfiroh adalah siswi kelas 5. 

Ketiga siswi mengkhatamkan tasmi' hafalan kurang lebih selama dua setengah jam duduk. Selama tasmi' ketiganya disimak oleh tiga orang guru tahfidz. Tepatnya, mulai dari pukul 05.30-08.00 WIB. 

Setelah tasmi' sekali duduk selesai disambung dengan beberapa tampilan pembuka sesuai rundown. Pembacaan ayat suci Al-Quran dilantunkan oleh ananda Faris kelas 2. Kepercayaan ini sengaja diberikan untuk pembibitan: melatih keberanian, mengasah mental dan jam terbang tampil, generasi qori SDIT Baitul Quran selanjutnya. 

Selanjutnya siswa-siswi kelas 6 dan TK memasuki tempat acara. Mereka duduk di tempat duduk yang sudah tersedia. Posisinya, siswa-siswi TK menempati kursi paling depan dilanjutkan siswa-siswi SD. Mereka menempati tiga deret kursi utama. 

Disambung menyanyikan lagu Indonesia raya, murojaah siswa TK, murojaah siswa SD dan sambutan. Sambutan pertama disampaikan ustadzah Robi'ah Al Adawiyah selaku direktur tahfidz sekaligus mewakili yayasan. Sambutan kedua disampaikan ustadzah Widiya selaku kepala TKIT Baitul Quran. Sebagai pamungkas, kepala SDIT Baitul Quran: Ustadz Roni Ramlan tampil memberi sambutan sekaligus launching buku antologi kedua karya kolaborasi guru dan siswa. 

Acara inti dimulai. Para siswa dipanggil satu-persatu menuju panggung. Siswa TK mendapatkan posisi terdepan. Kepala sekolah TK mengalungi gordon, direktur tahfidz memakaikan mahkota sedangkan ketua yayasan bertugas menyalami. Hal yang sama juga berlaku dalam prosesi siswa SD. Perbedaannya, pada sesi ini ketua yayasan mendapatkan tugas memakaikan slempang. 

Prosesi selesai. Para siswa diarahkan untuk berfoto bersama dengan dewan guru di panggung sesuai jenjang. Tak ketinggalan, penganugerahan siswa terbaik dan peraih hafalan terbanyak diumumkan. Ananda Alana tampil sebagai siswa terbaik di jenjang TK. Sementara dari jenjang SD, ananda Hisyam meraih penghargaan siswa terbaik umum dan ananda Nayla dinobatkan peraih hafalan terbanyak. 

Tak ketinggalan, yayasan pun turut memberikan penghargaan kepada Nayla sebesar Rp. 2.500.000 karena telah meraih hafalan sebanyak 9 juz 12 halaman. Hal ini dilakukan mengingat yayasan menjanjikan reward kepada lulusan yang mencapai hafalan minimal 7 juz. Setiap lulusan yang hafal minimal 7 juz akan mendapatkan uang pembinaan Rp. 1.000.000. Lulusan yang hafal 8 juz mendapat uang pembinaan Rp. 2.000.000. Ada pun siswa lulusan yang mencapai hafalan 10 juz akan memperoleh uang pembinaan Rp. 3.000.000.

Perlu diketahui bersama bahwa ini kali perdana ada lulusan yang menembus target yayasan. Tahun ini pula momentum perdana TK dan SD Baitul Quran menghelat akhirussanah bersama. Biasanya, masing-masing satuan melaksanakan prosesi di waktu dan hari yang berbeda. Meski  kemudian lebih sering menggunakan tempat yang sama, yakni aula SD. 

Sesi penganugerahan usai. Acara selanjutnya adalah prosesi sungkeman. Saat sungkeman para siswa memakaikan mahkota di kepala orang tua sebagai simbol kemuliaan yang dianugerahkan smag anak. Untuk beberapa saat, haru biru sempat mewarnai momentum ini. 

Sebagai penyempurna acara, ibunda ananda Sabiq: Ibu Lusty tampil memberikan sambutan mewakili wali siswa kelas 6. Begitu juga dari lulusan, ananda Nabila tampil memberikan ucapan terima kasih sekaligus pesan dan kesan.  

Alhamdulillah, rangkaian acara akhirussanah berjalan dengan lancar tanpa kekurangan apa pun. Sebagai bentuk syukur, senantiasa mengharapkan berkah dan ridha Allah SWT acara dipungkas dengan memanjatkan doa. Ustadz Rizki Romi Faisal, S. Pd. I tampil membumbungkan doa. 

Acara selesai, masing-masing siswa antre mengambil rapor, cenderamata dan konsumsi. Kebetulan, sesi foto kenang-kenangan bersama orang tua telah dilakukan sebelum acara dimulai.




Selasa, 27 Mei 2025

Asyiknya Outbound di Singapore Waterpark

 

Dokpri: dewan guru dan para siswa di depan wahana

Sabtu kedua Mei (10/5/2025) keluarga besar SDIT Baitul Qur'an berkunjung ke wahana Singapore Waterpark Ngunut untuk menghelat outbound. Outbound adalah salah satu agenda yang senantiasa dinanti-nantikan oleh segenap siswa. Mengingat perhelatan acara dapat dipastikan berlangsung di tempat baru, di luar lingkungan sekolah. 

Bertema: Melalui Kegiatan Outbound, Kita Jalin Kerjasama Kelompok Lewat Alam agenda outbound kali ini tampak lebih mengasyikan. Mengasyikan karena destinasi tujuan berada di luar kecamatan Kedungwaru. Itu artinya para siswa akan dimanjakan hamparan pemandangan sepanjang perjalanan Mangunsari-Ngunut. Terlebih tidak setiap hari para siswa bertandang-refreshing ke tempat tersebut.

Tepat pukul 06.30 Wib para siswa telah berkumpul di sekolah. Sebelum bertolak ke lokasi, para siswa dibimbing untuk menunaikan salat duha dan muraja'ah. Lekas itu kumpul di halaman sekolah untuk mendengarkan arahan dari panitia. 

Tak berselang lama empat mobil elf terparkir rapi di gang masuk sekolah. Para siswa diarahkan untuk memasuki dan menduduki bangku elf sesuai nomor yang telah ditata. Masing-masing elf didampingi tiga orang guru. Keberadaan guru pendamping ini penting guna memastikan kondisi siswa selama dalam perjalanan. Termasuk sigap manakala ada siswa yang haus, mabuk kendaran dan pusing.

Sekitar empat puluh menit perjalanan ditempuh. Para siswa turun tepat di pintu masuk destinasi. Sumngrih terlukis jelas di wajah mereka. Sebelum masuk, tak lupa kami menyempatkan diri berfoto bersama. Dokumentasi ini penting untuk memoar dan menandai kunjungan. Sebab, foto pada dasarnya bagian dari sejarah. Foto memang tidak bisa bicara namun di dalamnya ada ragam ingatan, jejak dan saksi hidup yang mengiringi momentum tersebut. 

Sesi dokumentasi selesai, para siswa antre memasuki wahana. Perkepala diganjar Rp. 10.000/tiket. Langkah kaki menuju area hijau kosong yang dipagari pepohonan, jalan paping dan beberapa gazebo di pojokan. Tas para siswa diletakan di gazebo yang ada. 

Tim instruktur Sultan Adventure sigap mengarahkan para siswa. Outbound dimulai dengan pembukaan, sambutan dan pengarahan dari dua belah pihak yang bersinergi. Inilah perbedaan outbound sesi ini dengan sesi lainnya, pada kesempatan ini SDIT Baitul Qur'an berkerjasama dengan Event Organizer Outbound Sultan Adventure. Jadi dewan guru hanya bertugas mengawasi dan memantau kelangsungan agenda. 

Sebagai pembuka para siswa dikelompokan merata, berdiri dengan bendera masing-masing, lantas diajak untuk olahraga bersama. Ada enam permainan yang digarap bersama. Mulai dari kapal pecah, menyusun kata, menyusun gambar bertingkat, estafet karet, mengeluarkan bola kesabaran, dan ditutup dengan banteng takesi. 

Khusus pada permainan terakhir, guru-guru pendamping dilibatkan. Topi lingkaran kertas diikatkan di kepala pendamping sedangkan anggota kelompok menyerang dengan pistol air. Badan dan wajah pendamping menjadi bahan bulan-bulan semprotan air. Saking asyiknya tak sedikit siswa yang justru menjadikan momentum tersebut untuk menyiram pendamping dengan air botol dan cup. Tapi hanya senyuman yang merekah di kedua bibir, tak ada rasa marah yang meletup ke muka. 

Permainan selesai. Para siswa diinstruksikan untuk makan siang terlebih dahulu dilanjutkan berenang di kolam renang yang tersedia. Sebelum nyebur ke kolam, tak lupa para siswa diwajibkan untuk membilas pakaian mereka. Sebab, mayoritas pakaian mereka kotor belumur tanah basah. Tentu air kolam akan kotor jika mereka langsung mencebur dengan pakaian kotor. 

Ada tiga tingkatan kolam renang yang tersedia: kolam untuk anak usia dini, remaja dan dewasa. Kendati begitu mayoritas siswa berenang di kolam yang diperuntukan remaja. Dalam kolamnya sekitar 1 meteran. Sebagian siswa ada yang menggunakan kacamata renang dan ban sewaan. Wajah-wajah mereka memedarkan sumringah. Persis saat mereka memenangi hadiah dan menggenggam piala di atas panggung. Sungguh pemandangan yang menyejukkan.

Pukul 12.00 Wib para siswa sudah membersihkan diri. Para siswa sibuk mengantre untuk menunaikan salat dzuhur berjamaah. Kondisi musala yang ciut menjadi salah satu alasan mendasar mengapa mereka harus menunaikan salat dzuhur secara berkelompok dengan silih bergantian. 

Sembari menunggu sebagian siswa menunaikan salat, terpantau sebagian siswa lain menikmati jajanan. Mereka duduk melingkari meja yang tertata rapi. Ada canda tawa, berbagi jajanan dan cerita yang tertumpahkan di sana. Ada pengalaman baru yang menjadi warna baru kehidpuan siswa. 

Salat selesai. Para siswa kembali bertolak ke sekolah. Di sekolah itulah para orangtua telah sigap menjeput putra-putrinya untuk kembali ke pelukan. 

Berikut beberapa dokumentasi kegiatan:


























 

Minggu, 27 April 2025

Orangtua Andal di Era Digital

 

Dokrpi: Flyer kegiatan Halal Bihalal dan Parenting

Perkembangan teknologi kian hari kian mutakhir. Transformasi ini melahirkan gaya hidup baru yang  mengubah arus utama peradaban manusia tak terkecuali tradisi dan budaya yang mengakar rumput di dunia pendidikan. Salah satu dampak positif yang telah kita rasakan adalah manakala Covid-19 melanda, teknologi digital telah benar-benar menunjukkan tajinya dengan konsep pembelajaran jarak jauh via daring. 

Pembelajaran jarak jauh via daring mengajarkan kita bahwa belajar itu tidak terbatas ruang dan jarak. Dimana pun kita berpijak di sanalah dahaga keingintahuan itu harus dicukupi. Informasi terbaru dan materi pelajaran dapat diakses seiring persebaran jaringan internet yang mudah dijangkau. 

Ya, era digital memudahkan kita mengakses segala bentuk informasi  dengan cepat menggunakan teknologi digital. Teknologi digital (gadget) zaman sekarang bervariatif: gawai, tablet dan laptop. Kendati begitu gawai yang populer kita sebut smart phone adalah benda yang sangat lekat dengan keseharian hidup kita. 

Saking lekatnya, tampak akan sangat musykil bagi kita menemukan anak yang asing dan tidak mengenal dengan gawai. Mengapa demikian? Sebab ada istilah yang menyebutkan: "Anak dilahirkan dari rahim manusia, namun diasuh dan dibesarkan oleh media sosial (teknologi digital)." 

Dokpri: Dr. Nuryani sedang memberikan sambutan

Tidak percaya? Mari renungkan bersama gambaran rutinitas keluarga atau pun tetangga sekitar kita. Zaman sekarang, jika seorang bayi rewel maka yang dilakukan orangtua (dewasa) bukan berupaya keras membujuknya untuk tenang, namun malah disodorkan tontonan di kanal youtube. Ketika seorang anak kesulitan mengerjakan materi tertentu saat belajar bukan dibimbing langsung namun disuruh bertanya pada google. Saat orangtua sibuk bekerja, mayoritas anak cukup ditenangkan dengan sebuah gawai. 

Mirisnya lagi, bahkan saat keluarga besar berkumpul, masing-masing anggota keluarga malah asyik bermain gawai pribadi. Jika pun ada anggota keluarga yang tidak mempunyai gawai maka dicap aneh, katro, kurang update (kudet), dan tidak normal. Tak jarak khalayak umum (termasuk kita) merasa iba manakala mengetahui ada anak yang tidak memiliki gawai.  

Pertanyaan mendasarnya, apakah paradigama dan sikap lekat (bahkan, maaf ketergantungan) kita terhadap teknologi digital itu sudah benar? Apakah era digital itu melulu membawa kita pada perdaban yang positif? Atau justru di lain pihak era digital yang digandrungi tersebut lambat laun menjerumuskan kita? Orang-orang yang berkesadaran terhadap arus zaman tentu akan berpikir keras dan refleksi diri dengan apa yang sedang terjadi. 

Al-Qur'an menyebutkan, nasib suatu kaum sangat ditentukan dengan ikhtiar dan keputusannya sendiri. Dalam konteks ini, tentu manusia yang hidup di era digital dituntut untuk mawas diri, melakukan refleksi dan proyeksi diri di zaman ia sedang berdiri. Berkaitan dengan dunia pendidikan, selaras dengan perkataan sahabat Ali bin Abi Thalib, didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya. 

Dalam rangka menghadapi tantangan zaman era digital tersebut SDIT dan TKIT Baitul Qur'an (19/4/2025) mengadakan Halal Bihalal dan Parenting dengan tajuk: Orangtua Andal di Era Digital. Pada kegiatan ini Dr. Naharin Suroyya, M. Pd., CH, Cht. (Konselor, Terapis dan Dosen UIN Sayyid Ali Ramhatullah Tulungagung) tampil sebagai pembicara.

Dokpri: Dr. Naharin sedang memaparkan materi

Beliau memaparkan, kebiasaan orangtua saat ini adalah membiarkan anak diasuh oleh teknologi digital. Tidak sekadar membiarkan namun mengarahkan dan memfasilitasinya tanpa kontrol. Kebiasaan tersebut lambat laun tentu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap orientasi tumbuh kembang sang anak. 

Satu sisi kita tidak bisa menutup mata terhadap dampak positif yang diberikan era digital. Anak pintar memilih informasi, cepat mengambil keputusan, berpikir kreatif dan kebiasaan baik serta terasahnya potensi diri adalah beberapa di antara manfaat yang dapat dituai dari pemanfaatan gawai. Yang demikian terjadi manakala anak menggunakan gawai secara baik dan benar.

Meski begitu, setiap waktu sang anak juga terus dibayang-bayangi dampak negatif dari penggunaan gawai. Hal ini terjadi manakala anak menggunakan gawai dalam rentang waktu yang lama, tanpa kontrol orangtua (dewasa) sampai dengan berselancar di aplikasi yang sia-sia. Kesehatan mata terganggu, kemampuan psikomotorik menurun, telat bicara, perkembangan otak terganggu sampai dengan kondisi mental rentan merupakan dampak negatif yang dapat melanda diri sang anak.

Dampak negatifnya tidak hanya itu, dampak lanjutan lain di antaranya: gangguan perilaku, kecanduan pornografi, cyberbullying, gangguan tidur, obesitas, minim interaksi sosial (anti sosial), kecanduan game online, judol hinggan pinjol. Dampak negatif itu kian kompleks seiring keterkaitan berbagai aspek sosial yang telah digitalisasi. 

Lantas, bagaimana cara orangtua mendidik anak di era digital yang baik dan benar? Hemat Bu Dr. Naharin, setidaknya ada 6 tahapan penting yang harus dilakukan orangtua dalam mendidik anak di era digital. Keenam tahapan tersebut yakni dimulai dengan mengenalkan teknologi digital kepada anak, menjalin komunikasi dua arah antara keinginan anak dan orangtua, mengajak anak untuk disiplin dalam menggunakan gawai (perlu dibuat komitmen bersama), sediakan waktu khusus/utama untuk mengajak anak bermain tanpa gawai, monitor aktivitas anak saat menggunakan gawai, sampai dengan manfaatkan teknologi digital untuk mengembangkan minat dan bakat anak. 

Dalam prakteknya, tahapan pendidikan penggunaan teknologi digital ini juga harus disesuaikan dengan tumbuh kembang anak. Ada fase usia yang perlu diperhatikan. Anak usia 1 sampai 3 tahun orangtua mendampingi anak belajar mengenal perbedaan dan membedakan hal baik dan buruk; mengenal fakta dan fantasi. Hal ini dilakukan dengan akses menambah kosa kata, angka dan lagu pada anak. 

Ketika anak menginjak usia PAUD dan TK, usia 4 sampai 6 tahun, anak dibimbing meningkatkan keterampilan, mengenal huruf, angka dan pengetahuan dasar. Fokus utama yang diasah masih sekitar tentang membedakan baik dan buruk; mengenal fakta dan yang fantasi. Sedangkan jika anak sudah menginjak usia sekolah dasar, 7-12 tahun, gunakanlah teknologi untuk mengenal dan memahami anggota tubuh serta meningkatkan daya imajinasi anak. Selebihnya, anak diarahkan untuk tidak mendownload aplikasi yang tidak penting dan bukan usianya. 

Tak kalah penting, hal yang perlu menjadi perhatian adalah pengawasan dan kontrol saat anak menggunakan teknologi digital. Pengawasan dan kontrol ini dimulai dengan menerapkan jadwal penggunaan perangkat digital saat di rumah, orangtua harus mengerti media sosial dan situs apa saja yang diakses anak, orangtua harus tahu aplikasi edukasi yang berdampak positif bagi anak, dampingi anak saat bermain media digital, memonitor aktivitas dunia maya dan situs-situs yang tidak layak bagi anak, gunakan perangkat yang sama saat dipinjamkan kepada anak sampai dengan mengajak anak untuk bermain offline/tradisional untuk meningkatkan hubungan emosial dan interaksi dengan anak. 

Secara pribadi, Dr. Naharin juga berbagi tips menjadi orangtua andal di era digital versi keluarga kecilnya. Mendidik anak di era digital itu dimulai dengan adanya kesadaran orangtua terhadap kewajiban, hak dan tanggungjawab orangtua kepada anak, renungkan kembali firman Allah SWT dan ancaman, orangtua harus belajar menjadi seorang sahabat bagi anak, memberikan keteladanan yang baik, latihan untuk disiplin dalam hal positif, membangun hubungan dan komunikasi yang baik, hindari marah-marah, luangkan waktu untuk bermain dengan anak secara konsisten, pastikan memberi makan/mencukupi kebutuhan anak dengan harta yang halal sampai dengan panjatkan doa terbaik untuk kebaikan sang anak. 

Dari paparan tersebut setidaknya kita mampu mengambil satu simpulan bahwa mendidik anak di era digital itu harus didampingi, diawasi dan dikontrol dengan baik oleh orangtua. Orangtua harus mampu memainkan peran; terkadang menjadi sahabat, terkadang menjadi guru, terkadang menjadi orangtua yang tegas. Membangun hubungan dan komunikasi dua arah yang baik adalah kunci utama. Intensitas anda berada di sisi sang anak akan menentukan orientsi masa depan anak.[] (Roni)

==============================================================
Informasi penting!

TKIT Baitul Qur'an dan SDIT Baitul Qur'an telah membuka program penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2025/2026. Bagi anda yang mencari sekolah bermutu, mencetak generasi Qur'ani/ hufadz dan berprestasi mari bergabung menjadi keluarga besar Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur'an. Informasi lebih lanjut silakan hubungi kontak di bawah ini:

TKIT Baitul Qur'an: 085 649 333 825 (WA Ustazah Widya)
SDIT Baitul Qur'an: 085 646 674 732 (WA Ustazah Yuli)
Buruan hubungi kontak sebelum kehabisan kuota!


Rabu, 05 Maret 2025

Semarak Tarhib Ramadan Baitul Qur'an

 

Dokpri: Kelas 1 foto bersama setelah pawai

Apa gerangan yang ada dalam benak anda tatkala mendapati kedatangan bulan Ramadan? Kebahagiaan. Ya, itu jawaban yang tepat. Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan kemuliaan. Momentum umat Islam di seluruh dunia memanen pahala dan merajut kedekatan dengan Allah SWT melalui berbagai amal kebaikan. 

Tadarus, ngaji pasan, banyak sedekah, salat sunnah taraweh, salat malam hingga berbagi takjil untuk berbuka puasa  adalah beberapa amalan yang gayeng dikerjakan umat Islam di jantung bulan Ramadan. Tanpa amalan tersebut sungguh kering-kerontang dan sia-sia belaka kita menjalani hidup di bulan Ramadan. 

Terlebih sudah menjadi rahasia umum, bahwa pada bulan Ramadan terdapat malam seribu bulan yang familar kita sebut lailatul qadar. Barang siapa yang mendapati lailatul qadar maka sungguh sangat besar pahala yang dituai: Pahalanya sama dengan ibadah selama seribu bulan. Seribu bulan kurang lebih sama dengan delapan puluh tahun. 

Tidak hanya itu, di malam lailatul qadar pintu ampunan terbuka lebar, pahala semua amal ibadah dilipatgandakan, malam yang penuh rahmat, serta malam yang penuh ketenangan sebab banyak para malaikat yang turun ke muka bumi. 

Oleh karena itu kita dianjurkan untuk memperbanyak amalan pada malam lailatul qadar. Amalan yang dianjurkan pada malam lailatul qadar di antaranya: memperbanyak membaca Al-Qur'an dan dzikir, melaksanakan salat malam, bersedekah, memperkuat silaturrahmi dengan kerabat, tetangga dan keluarga, memanjatkan doa dengan tulus dan ikhlas, banyak bertaubat hingga menghabiskan waktu untuk ibadah dan kebaikan. 

Berlambar alasan itu pula maka segenap keluarga besar Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur'an yang menaungi TKIT dan SDIT Baitul Qur'an (26/2/2025) menginisasi acara Tarhib Ramadan 1446. Tarhib ini dilakukan sebagai ekspresi kebahagiaan, sukacita dan penyambutan atas Ramadan yang segera hadir dalam hitungan hari. Tepatnya, dua hari menjelang puasa.

Tarhib kali ini dihelat dalam dua bentuk: Pawai dan kajian. Pawai dilakukan berjalan kaki mengikuti rute yang sudah ditentukan. Start dari SDIT Baitul Qur'an, melewati perempatan Mangunsari, menyusuri jalan Botoran, belok ke barat melewati masjid Pelem, kembali ke jalan raya Mangunsari dan finish di sekolah. 

Menariknya, pawai tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena para siswa melakukan pawai dengan membawa payung hias. Masing-masing siswa menghias payung sesuai selera. Ada payung yang dihias dengan aksesoris bling-bling, ditempeli stiker sampai dengan digantungi jajanan: Cokelat, wafer, permen, snack hingga kismis. Tidak hanya itu, bahkan ada pula yang menghias payung dengan uang mainan.

Dokpri: Payung berhiaskan uang mainan

Setelah pawai usai, siswa-siswi dipersilakan istirahat. Beberapa siswa membagikan jajanan yang digantung di payung mereka kepada siswa lain. Bahkan guru kelas pun mendapatkan jatah. Namun mayoritas siswa jajan di kantin sekolah. Pawai ternyata cukup menguras tenaga para siswa, sehingga ada upaya untuk menebus dahaga.

Setengah jam berlalu, lantas para siswa dikondisikan di aula sekolah untuk mengikuti kajian yang diisi oleh ketua yayasan, ustadz M. Ali Said, S. Pd. Dalam momentum tersebut beliau menyampaikan topik tentang berpuasa Ramadan yang berkualitas. Termasuk didalamnya mengenai syarat, rukun, sunnah dan batal puasa yang harus diketahui bersama. 

Kajian ini diikuti dengan khidmat dan penuh antusias. Bahkan, saking antusiasnya para siswa, kajian sempat diwarnai dengan termin tanya jawab yang cukup matang. Siswa-siswi tampak sangat puas dengan jawaban yang dijabarkan ustadz Ali.

Dokpri: Ustadz M. Ali Said, S. Pd. menyampaikan kajian

Akhirnya sampailah kita di penghujung kegiatan. Pengumuman terkait libur awal puasa disampaikan langsung oleh Kepala Sekolah SDIT Baitul Qur'an: Ustadz Roni Ramlan, M. Ag. Tak lama dari itu, barulah para siswa membubar diri. Beberapa siswa memutuskan diri untuk pulang. Sedangkan petugas piket kelas harus sabar menjalankan tanggung jawab terlebih dahulu. 

Uniknya, perhelatan kegiatan Tarhib Ramadan tersebut tidak sesederhana yang dijabarkan dalam tulisan ini. Sebab satu hari sebelum perhelatan acara, panitia dengan sukarela dan penuh sabar harus mempersiapkan sayuran yang akan dibagikan ke masyarakat sekitar. Kesabaran panitia ditambah, manakala petugas pembeli sayuran satu jam lebih berbelanja di pasar Ngemplak. 

Kubis, wortel, buncis, bawang daun, tomat dan seledri dibersihkan sedemikian rupa. Semua sayur dibungkus plastik setelah beberapa sayur dipotong presisi sama rata. Kendati begitu, Alhamdulillah, proses itu terjadi dengan cepat sebab dilakukan dengan gotong royong. Berikut dokumentasi pejuang Tarhib di belakang layar.




==============================================================
Informasi penting!

TKIT Baitul Qur'an dan SDIT Baitul Qur'an telah membuka program penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2025/2026. Bagi anda yang mencari sekolah bermutu, mencetak generasi Qur'ani/ hufadz dan berprestasi mari bergabung menjadi keluarga besar Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur'an. Informasi lebih lanjut silakan hubungi kontak di bawah ini:

TKIT Baitul Qur'an: 085 649 333 825 (WA Ustazah Widya)
SDIT Baitul Qur'an: 085 646 674 732 (WA Ustazah Yuli)
Buruan hubungi kontak sebelum kehabisan kuota!











Gebyar Kreasi Anak Saleh

 

Dokpri: Banner Gebyar Kreasi Anak Saleh


Sabtu (22/2/2025) terakhir di bulan kabisat tahun ajaran 2024/2025 merupakan hari bersejarah bagi Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur'an. Pasalnya, di tahun ini SDIT dan TKIT Baitul Qur'an perdana menghelat tiga kegiatan dalam satu waktu secara serentak. Ketiga kegiatan tersebut yakni lomba, panen karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan bazar kelas. 

Kegiatan ini sejatinya merupakan "gong" dari rangkaian seleksi penerimaan murid baru (SPMB) tahun ajaran 2025/2026 setelah sebelumnya sukses menghelat trial class dua sesi. Sesi trial class perdana dihelat bulan November sedangkan trial class kedua berhasil diadakan di awal tahun, Januari. Jejak kegiatan tersebut dapat dibaca di postingan sebelumnya.

Dengan mengusung tajuk Gebyar Kreasi Anak Saleh panitia berhasil menyebar undangan ke 38 Taman Kanak-kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di sekitar kecamatan Kedungwaru. Asumsi awal, masing-masing lembaga tersebut diminta untuk mengirimkan 20 orang peserta. 10 orang peserta lomba tahfidz dan sisanya mengikuti lomba mewarna. 

Ekspekatasi itu gugur di hari H. Peserta lomba yang hadir pada kenyataannya tidak sampai di atas 150 orang peserta. Kiranya, hal demikian dapat dimaklumi, sebab kabar angin menyebutkan di hari yang sama ada rapat kepala TK se-kecamatan Kedungwaru ditambah dengan lembaga tetangga menginisiasi acara yang sama persis. 

Kendati begitu, lomba tingkat kecamatan ini tetap berjalan dengan meriah dan sukses. Yang demikian terindikasikan dari delapan stand bazar yang ludes diborong pembeli, stand P5 yang ramai dikunjungi bahkan ada beberapa barang terjual dan pelaksanaan lomba pun berjalan khidmat. Tak ketinggalan,  beberapa tampilan siswa menjadikan acara kian semarak.

Beberapa tampilan siswa tersebut yakni musabaqoh tilawatil qur'an, hafalan asama'ul husna yang disertai gerakan makna, pidato, puisi, hingga seni gerak karate. Menariknya, di sela-sela pertunjukan dan pengumuman pemenang lomba, MC juga membagikan doorprize yang melimpah ruah. Setiap peserta diberikan kesempatan yang sama untuk menjawab soal secara random. 

Perihal soal untuk doorprize bersifat suka-suka MC. Artinya tidak ada persiapan matang dan terencanakan sejak dini. Hanya gambaran besar yang terlintas di benak. Yang benar-benar terkondisikan dengan baik adalah soal tersebut ditujukan untuk para peserta lomba ataupun orang tua yang mendampingi. 

Adanya doorprize tentu menambah antusias para peserta dan orang tua yang hadir. Saking antusiasnya bahkan ada peserta yang mengangkat tangan dan maju berkali-kali meski keberuntungan datangnya di kesempatan yang ke sekian. Namun wajahnya tetap sumringah ketika berusaha menjawab pertanyaan yang berikan.

Alhamdulillah, senang luar biasa melihat lautan peserta lomba memadati halaman TKIT dan SDIT Baitul Qur'an. Dari ratusan peserta ini setidaknya ada harapan kuat yang terselip, kuota untuk menjadi keluarga besar Baitul Qur'an kemungkinan besar bertambah. Terlebih, masing-masing pemenang 1, 2 dan 3 mendapatkan golden tiket dan beasiswa untuk bersekolah di TKIT dan SDIT Baitul Qur'an yang terbilang cukup besar. 

Lantas, bagaimana jika golden tiket dan beasiswa tidak diambil? Setiap golden tiket dan beasiswa yang tidak diambil oleh pemenang bersifat gugur. Beasiswa tidak bisa pula dicairkan kedalam bentuk uang tunai. Ketentuan ini bersifat mengikat dan tidak bisa diganggu gugat.   

Besar harapan kami, banyaknya peserta yang terjaring dan terketuk hati untuk menjadi bagian dari Baitul Qur'an adalah goal utama dari perhelatan kegiatan ini. Selain berusaha mensyi'arkan TKIT dan SDIT Baitul Qur'an sebagai lembaga unggulan yang selaiknya menjadi pilihan khalayak. 

Tidak hanya itu, kami juga memberikan apresiasi setiggi-tingginya kepada seluruh partisipan bazar kelas. Tiga pemenang utama dipanggil ke atas panggung untuk menerima hadiah. Partisipan selebihnya mendapatkan bingkisan apresaisi. 

Berikut dokumentasi kegiatan Gebyar Kreasi Anak Saleh: 






==============================================================
Informasi penting!

TKIT Baitul Qur'an dan SDIT Baitul Qur'an telah membuka program penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2025/2026. Bagi anda yang mencari sekolah bermutu, mencetak generasi Qur'ani/ hufadz dan berprestasi mari bergabung menjadi keluarga besar Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur'an. Informasi lebih lanjut silakan hubungi kontak di bawah ini:

TKIT Baitul Qur'an: 085 649 333 825 (WA Ustazah Widya)
SDIT Baitul Qur'an: 085 646 674 732 (WA Ustazah Yuli)
Buruan hubungi kontak sebelum kehabisan kuota!