Dokpri: Momentum Apel HGN
SDIT Baitul Qur'an (25/11/2024) menghelat upacara peringatan Hari Guru Naional (HGN) ke-79. Upacara yang biasanya dipetugasi siswa-siswi khusus momentum HGN diambil alih oleh dewan guru. Masing-masing guru mengemban tugas sesuai peran dan fungsi.
Momentum ini setidaknya dapat menjadi penegas, contoh dan ajang pembuktian bahwa dewan guru multi talenta. Serba bisa tidak sekadar pintar mengarahkan telunjuk. Semua guru mampu menjadi petugas upacara. Apa pun peran dan fungsinya mampu diemban. Tanpa pandang bulu dan pilih-pilih semua peran bisa dijalankan dengan baik.
Dalam amanat yang disampaikan, dengan mengusung judul Guru Bermutu Indonesia Maju, ustadz Roni selaku kepala sekolah SDIT Baitul Qur'an menegaskan bahwa, dari sekian banyak ciri setidaknya ada tiga ciri guru bermutu. Apa sajakah tiga ciri tersebut?
Pertama, guru bermutu senantiasa menjadi teladan. Sebagaimana istilah guru itu sendiri yang berarti digugu dan ditiru seorang guru harus mampu menjadi teladan dalam berbagai kondisi dan keadaan. Baik dalam perkataan, tindak-tanduk mau pun keputusan. Hal itu berlaku di lingkungan sekolah ataupun tatkala berinteraksi sosial di masyarakat.
Yang demikian penting untuk digalakan, mengingat siswa yang notabene anak-anak adalah peniru ulung. Rumus utamanya, lembaga tidak mungkin dapat mencetak generasi yang memiliki akhlakul karimah jika tidak ada contoh konkret di lingkungan ia tumbuh-kembang. Maka, sebagai sosok terdekat dengan siswa selama di lingkungan sekolah, guru wajib menebar keteladanan.
Upaya menebar keteladanan tersebut di lain pihak dimaknai sebagai bentuk implementasi dari keimanan kita terhadap utusan Allah, Nabi Muhammad SAW. Warrosatul Anbiyya. Sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
Yang artinya: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang (mengharap) rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
Terkait hal ini dalam hadits juga ditegaskan:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَکَارِمَ الْاَخْلَاق
Artinya: "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (dan mengajarkannya)."
Kedua, guru bermutu selalu kreatif dan inovatif. Guru hakikatnya tulang punggung peradaban, agen perubahan masa depan dan jembatan tertanamnya wawasan pengetahuan. Status itu menempatkan guru untuk terus meningkatkan kompetensi dan mutu. Tak terkecuali adaptatif dengan berbagai kemajuan zaman.
Pesatnya teknologi yang kian mutakhir adalah tantangan, kesempatan sekaligus asistensi yang memudahkan berbagai tupoksi profesi pekerjaan. Guru yang pandai akan memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai media pengembangan dan peningkatan skill diri. Data yang melimpah dan inovasi yang tertuang di media sosial digital akan diserap, dipahami dan diolah kembali menjadi bahan untuk menciptakan dimensi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Berbeda halnya dengan guru yang gagal paham teknologi (gaptek) atau anti teknologi dapat dipastikan hanya menggunakan pendekatan, metode dan media yang monoton. Tidak ada upaya pengembangan skills dan kapasitas diri karena merasa sudah bisa dan pintar. Dua sikap purba yang menegaskan dirinya sombong dan tidak ingin maju. Sikap kemerasaan ini tentu menjadikannya guru yang membosankan, kurang kreatif dan tidak memiliki terobosan baru untuk mengelola kelas yang interaktif dan menarik.
Hanya guru-guru yang mau terus belajar dan medudukan diri sebagai pembelajar sejati yang akan terus maju dan berkembang. Guru kreatif dan inovatif akan senantiasa menggaungkan materi sesuai dengan kebutuhan zamannya. Hal ini sebagaimana pesan Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah: "Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya."
Semangat untuk terus berkreativitas dan berinovasi seorang guru ini sejatinya bentuk pengalaman dari hadits: "Mencari ilmu itu mulai dari lahir sampai dengan ke liang lahat." Seorang muslim memiliki kewajiban untuk terus belajar sepanjang hidupnya tanpa terkecuali. Jika seorang muslim merasa pintar dan enggak untuk mau belajar sesungguhnya ia telah bodoh saat itu juga.
Ketiga, guru bermutu memiliki sikap profetis. Profetis dalam konteks ini guru selalu meneladani sikap-sikap yang ada dalam diri seorang nabi dan rasul. Sikap keteladanan tersebut yakni Sidiq, amanah, tabligh dan fatonah.
Guru harus memiliki kejujuran. Jujur dalam hati-pikiran, jujur dalam perkataan dan jujur dalam tindakan serta jujur dalam mengambil keputusan. Kedisiplinan adalah salah bentuk implementasi jujur dalam tindakan atas peran dan tupoksi yang diemban. Sedangkan memberi nilai yang objektif terhadap seluruh siswa tatkala ujian sekolah selesai adalah jujur dalam mengambil keputusan.
Sikap amanah seorang guru adalah manakala ia mampu tanggungjawab terhadap kepercayaan yang diberikan atasan. Tanggung jawab dalam: Mendidik siswa, mengelola kelas, dan mencukupi proses pembelajaran dengan baik selama berada di sekolah. Hanya dengan jalan tersebut seorang guru mampu menjalankan tupoksinya dengan baik.
Menyampaikan pengetahuan secara lugas dan detail tanpa menyembunyikan sedikit pun ilmu pengetahuan adalah bentuk pengamalan dari sikap tabligh. Hal ini tidak lain bentuk kesadaran bahwa seroang guru juga merupakan pendakwah. Dakwah bil lisan ataupun dakwah bil qolam. Perbedaannya jika guru hanya melakukan dakwah bil lisan bisa saja apa yang dikatakan, disampaikan dan dinasehatkan kepada para siswa masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Hanya diingat dalam waktu yang terbatas. Selebihnya dilupakan.
Sementara jika seorang guru melakukan dakwah bil qolam, seluruh gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan dan berbagai bentuk kebaikan dituangkan dalam bentuk karya tulis akan lebih langgeng. Selama karya tulisnya dapat dibaca oleh khalayak umum jariyahnya akan mengalir kepada penulis. Perubahan-perubahan itu akan terus terjadi meski penulisnya sudah tidak lagi menginjak bumi.
Begitu halnya dengan guru yang mengamalkan sikap fatonah ia akan terus introspeksi diri dan adaptatif demi kebaikan dirinya dan siswa yang dididiknya. Guru yang memiliki sikap fatonah senantiasa mengambil keputusan, pendekatan dan metode yang tepat untuk memaksimalkan pencapaian prestasi para siswa.
Berikut ini beberapa dokumentasi peringatan HGB SDIT Baitul Qur'an:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar